Sabtu, 26 Mei 2012

Cinta Sejati, Adakah?

Judul                     :  Yang Kedua
Genre                   :  Novel Romance
Penulis                 :  Riawani Elyta
Penerbit              :  Bukune
Cetakan I             :  Maret 2012
Tebal                     :  vi + 250 hlmn
ISBN                      :  602-220-040-7

Cinta sejati tidak butuh orasi, tidak perlu proklamasi, tidak usah dipenuhi deklamasi. Ia mengejawantah dalam laku, tanpa bingkai semu. Terurai penuh kelembutan, diiringi ikhlasnya pengorbanan dan penerimaan. Bukan hal yang mudah, namun bukan berarti ketiadaannya adalah hal lumrah.

Yang Kedua, sebuah karya Riawani Elyta, menyorot sisi itu. Sebuah kisah cinta dengan para pelaku yang memiliki karakter dan kondisi berlainan. Berhadapan dengan perputaran realita hidup yang tiba-tiba melejit tanpa disangka-sangka. Seorang perempuan biasa, dalam waktu singkat menjadi luar biasa. Kariernya yang menanjak berbanding lurus dengan popularitas yang terus melambung. Adalah Vienna, pemilik suara bening, yang bintangnya terus bersinar sebagai penyanyi papan atas. Berawal dari festival menyanyi di tingkat lokal yang berlanjut membawanya hingga ke negeri jiran.
Dari festival itulah, Vienna bertemu dengan Dave, yang kemudian menjadi pasangan duetnya.

Vienna yang pemalu merasa risi berpasangan dengan seorang pria. Namun Haris, suaminya, tak henti memberi semangat dan dukungan. Sayangnya, seiring perjalanan waktu, ternyata gelimang rupiah dalam bungkus kemewahan, membawa Vienna pada masalah yang tidak diinginkan. Masalah yang dibuat oleh Haris. Sementara kehadiran Dave yang simpatik membuat Vienna gamang dan cemas akan rasa-nya, apalagi ketika Dave dengan gentle mengakui perasaan cintanya. Meski Dave tetap menghormati ikatan pernikahan Vienna dan tidak bermaksud menyingkirkan Haris.

Mungkin bila mengacu pada nilai konservatif, pembaca tidak akan setuju seandainya Vienna meninggalkan suaminya lalu berpaling kepada Dave. Itu bukan istri yang terpuji, bukan? Namun dari lembar ke lembar, penulis menghadirkan pergerakan suasana yang dinamis. Sehingga boleh jadi pembaca mengharapkan sesuatu yang dramatis seperti pada novel karya Tere Liye yang bertajuk “Senja Bersama Rosie”, saat suami tokoh utama meninggal yang membuat terbuka kesempatan bagi si istri untuk menjalin cinta baru. Tapi sangat mungkin pembaca pun berharap pulihnya kehidupan rumah tangga Vienna, seperti pada awal mereka bersatu, di mana Haris bersedia menerima kondisi Vienna yang mengalami infeksi rahim yang menyebabkan ia tidak mungkin bisa hamil.  Yang manakah yang ditempuh penulis untuk menyudahi kisah ini dengan ending yang manis?

Seperti novel romance dari Bukune yang lainnya, cover Yang Kedua  tampil dalam nuansa romantis yang kental. Tak ketinggalan diksi yang cantik khas Riawani Elyta. Maka alunan kisah ini begitu lembut dan menghanyutkan. Konfliknya halus, tidak meledak-ledak apalagi nyinetron.

Jangan membandingkan novel ini dengan karya Riawani sebelumnya yang bertajuk Persona Non Grata atau Tarapuccino yang memuat isu menarik yang membutuhkan riset, semisal: ilegal trading, cyber crime, dan human trafficking. Dalam novel ini, dunia entertainment yang diangkat melatari jalinan cerita. Penulis dengan fasih membeberkan seluk-beluk dunia rekaman, show, promo tour, manajemen artis, dll. Namun interaksi dengan artis lain, sekilas pun tidak tampak.

Kekhasan Riawani yang suka dengan adegan melompat-lompat yang ciamik, tidak ditemukan dalam novel ini. Kisah ini sederhana, namun memikat karena keindahan sulaman kata-katanya. Kekuatan karakter tokoh utama cukup terasa. Konsistensi karakter Vienna sebagai perempuan teguh tetap konstan. Di sinilah tertangkap pesan bermakna dalam.

Dalam hal setting, penulis seperti biasa, tetap mahir memainkannya. Kota Batam dan Singapura, yang memang cukup akrab dengannya, tampil hidup mewarnai cerita ini. Begitu pun properti pendukung tokoh, sangat detil dijelaskan sehingga pembaca benar-benar memiliki gambaran utuh tentangnya.

Pada akhirnya, pembaca akan mendapati hakikat cinta sejati. Sebuah potret kehidupan Paman Dave hadir begitu menghentak, menyadarkan jiwa. Ketulusan cinta yang menjadi nafas kehidupan sang paman, menggambarkan episode keagungan cinta sejati. Sehingga bagian yang tiba-tiba muncul ini, mengaburkan kesan tempelannya karena pesan mulia yang terkandung di dalamnya.

Selamat menjalani cinta sejati..

“.. cinta tak lebih sekadar ucapan bibir selama kau tak mampu memperjuangkan apa pun.” (hlmn. 234)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar