Sabtu, 26 Mei 2012

Ping! Sebuah Kombinasi Hebat

Judul      :  Ping! A Message From Borneo
Penulis    :  Riawani Elyta dan Shabrina WS
Penerbit  :  Bentang Belia (PT Bentang Pustaka)
Tebal      :  139 halaman
Cetakan  :  2012
ISBN      :  978-602-9397-17-8

Pilihan tema fiksi remaja kian inovatif. Beberapa penulis melebarkan ide. Kisah percintaan tidak sebatas model cinta monyet yang lanjah-lenjeh, tapi dikemas dengan ide unik dengan penyampaian yang segar. Tema yang akrab dengan dunia remaja: persahabatan, cita-cita, dunia sekolah, dll kini hadir lebih beragam. Bahkan ada pula penulis yang mengangkat tema serius, seperti isu lingkungan, go green, save the earth,  dan semacamnya.

Tema serius  masih boleh dibilang jarang, karena tampaknya masih belum laku di pasaran. Acung jempol bagi para penulis yang concern pada masalah-masalah serius nan penting itu. Adalah Riawani Elyta dan Shabrina WS, dua dari sedikit penulis tersebut, dengan berani mengangkat tema yang tidak biasa, yakni penyelamatan satwa langka.

Dikisahkan tentang kiprah seorang remaja putri, mahasiswi tingkat satu, bernama Molly, beserta sahabat bulenya Nick dan Andrea, berpetualang ke kawasan Kalimantan, tepatnya Borneo Orang Utan Survival. Di sana mereka melihat sendiri, fakta menyedihkan tentang pengrusakan keseimbangan alam. Pembakaran hutan demi kepentingan pembukaan lahan sawit, telah mengakibatkan satwa-satwa kehilangan tempat tinggal. Banyak orang utan yang sengaja dilenyapkan, dengan rupa-rupa modus. Ada yang sengaja diberi pisang beracun, ada yang ditembak lalu dikubur, ada pula yang dijual secara illegal. Sehingga populasi orang utan menurun drastis.

Meski mengusung tema serius, namun bumbu-bumbu percintaan khas remaja, tetap hadir. Di Kalimantan, Molly berjumpa dengan sahabat kentalnya semasa SMA yang kuliah di sana. Namanya Archie. Niat Archie untuk mengajak Molly berjalan-jalan ke tempat-tempat indah di Kalimantan, ternyata bentrok dengan jadwal kunjungan ke konservasi hutan buatan untuk perlindungan orang utan. Lalu apakah Molly mengiyakan ajakan Archie, atau tetap pada rencananya semula? Mengapa Archie bersikap tidak ramah pada Nick? Cemburukah sebabnya? Akankah persahabatan Molly dan Archie berganti status  menjadi pasangan kekasih?

Selain petualangan Molly, dalam novel ini dikisahkan pula tentang perjalanan seekor orang utan yang masih kanak-kanak, bernama Ping. Ia kehilangan ibunya, yang ditembak oleh orang-orang biadab, para pelaku penjualan satwa langka. Setelah itu ia menemukan keluarga baru. Saudara yang hampir sebaya bernama Jong, serta ibunya yang lembut dan penuh kasih sayang.

Selayaknya kepada anak kandung, ibunya Jong banyak memberikan pelajaran keterampilan hidup kepada Ping. Sehingga Ping merasa nyaman dan terlindungi. Hatinya terobati.

Sayangnya hutan tempat mereka tinggal sudah tidak lagi aman. Kembali mereka berhadapan dengan para pemburu jahat. Apakah tragedi ditinggal ibu terulang lagi pada Ping? Siapa sajakah yang selamat dalam kejadian berdarah tersebut? Bagaimana nasib Ping dan Jong selanjutnya, tetapkah bersama ibunya?

Kisah Molly dan Ping ini tidak berjalan sendiri-sendiri. Ada benang merah yang dapat ditarik. Mungkin sudah dapat diterka, bahwa penelitian Molly ke kawasan hutan Kalimantan tersebut akan mempertemukannya dengan Ping. Pada bagian awal, agak terasa bosan mengikuti kisah ini, karena pertemuan kedua titik antara tokoh manusia dan hewan, belum kunjung tampak. Namun semakin ke dalam, kisah ini semakin menyihir. Tidak heran bila Anda tidak ingin melepas novel ini sebelum mengkhatamkannya.

Tanpa mengecilkan arti penulis yang satu, namun penulis bagian fabel sungguh patut diberi standing applaus.  Dijamin Anda akan berdecak kagum pada keseriusannya melakukan riset tentang orang utan. Betapa fasih penuturannya tentang kehidupan dan kebiasaan hewan yang mirip manusia ini. Bagaimana mereka memilih bahan untuk sarang, bagaimana trik-trik untuk mendapatkan madu dari sarang lebah, bagaimana gerak-gerik saat berayun dan bergelayut, seperti apa caranya mengungkapkan sayang, buah apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan, serta banyak lagi seluk beluk mereka, bahkan hingga seperti apa komunikasi antara suami dan istri orang utan, semuanya sangat gamblang diceritakan. Namun riset yang serius itu, di tangan seorang Shabrina WS, mampu disulap menjadi sebuah fiksi yang indah dengan pilihan diksi yang menawan sehingga mewujud dalam kisah yang menyentuh.

Sementara Riawani Elyta, yang selama ini berjaya pada genre dewasa, ternyata cukup piawai dalam genre remaja. Dialog-dialognya segar, serta karakter tokoh yang tidak lari dari pakem remaja.  Namun jangan berharap ada konflik yang seru dan tajam, karena kisah Molly cs ini cenderung lurus-lurus saja. Tidak ada adegan menegangkan saat tersesat di hutan, atau bagian mencekam saat mobil mogok di tengah jalan yang lengang kala hujan deras, misalnya. Kisah dalam novel ini benar-benar fokus pada permasalahan penyelamatan orang utan, kalaupun ada selingan, itu ringan saja. Sayangnya, tidak diisyaratkan bagaimana caranya seorang remaja dapat turut bergabung pada gerakan mulia tersebut. Mungkin bila ada teman kuliah Molly yang juga tertarik, lalu dijelaskan langkah awal untuk terjun di kegiatan itu, akan menjadi info yang sangat bagus untuk para remaja, sebagai sasaran tembak dari novel ini. Bukan tidak mungkin, pembaca ada yang tersentuh dan ingin bertindak nyata, namun tidak mengetahui caranya.

Membincang novel ini, maka perlu disebut juga penerbitnya yaitu Bentang Belia. Salut kepada penerbit tersebut yang telah memilih novel ini sebagai juara satu pada lomba menulis yang diselenggarakannya beberapa waktu lalu. Isu lingkungan hidup yang sangat kental, misi untuk mengajak para remaja agar peduli pada penyelematan satwa langka, merupakan idealisme yang harus dijunjung tinggi. Tema krusial yang sudah saatnya menjadi perhatian para generasi muda, perlu disosialisasikan seluas-luasnya. Dan, pasangan Riawani Elyta-Shabrina WS, yang bahkan belum pernah saling bertemu muka ini, telah menunjukkan cara cerdas melalui novel dengan terobosan yang berani. Novel yang memadukan tokoh manusia dan tokoh hewan bersanding manis, menjadi sebuah bacaan bermutu dengan kalimat-kalimat yang bertenaga.

Jumlah halaman yang relatif tipis, diharapkan membuat novel ini menarik, terutama bagi para remaja yang tidak terlalu doyan membaca. Tidak dibutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan novel ini, namun tentu efek yang dirasakan, semoga bisa bertahan lama. Mari selamatkan lingkungan, amankan hutan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar