Sabtu, 22 Desember 2012

PUISI NADIA



Untuk mamah
Mamah,
Engkau adalah wanita nomor 1                      
dalam hidupku.


Engkau adalah,                                                                  Wanita yang paling,                                                            Aku cintai.

Engkau telah,                                                                                 bersusah payah mengandungku,                                         selama 9 bulan.          

Dan merawatku Dari aku kecil, Sampai sebesar ini.
 
Maafkanlah aku ini,                                                                     
aku telah banyak salah padamu,                                                      mamah.                                                                                            

Karena,                                                                                          aku pernah membentakmu.                                         ketahuilah mamah,                                                                                     sebenarnya,                                                                              aku terkadang suka...........                                            entah grogi, entah takut                                                  a... a.... aku tak tahu,                                   itu namanya perasaan apa                                                    saat ingin meminta maaf langsung padamu, perasaan itu selalu menghantuiku.                                                                                                                                                                          

tolonglah aku,                                                              mamah,                                                                                                   dengan cara                                                            memaafkan semua kesalahanku.                                                                                                                                                                                                            

Dan terimakasih Karena Kau mau merawatku           Dan mengasihiku                                                                                             selamanya......................                                                                 

Selamat hari ibu            
i LOVE yoU mom 
you are my eVERYthing


Up Arrow: nadia
Ini, gulali cinta untuk mamahku yang tercinta juga.
         dari nadia                                                                          untuk mamah tercinta 

Jumat, 14 Desember 2012

Kemanakah Rahasia 'kan Menuju?



KEMANAKAH RAHASIA ‘KAN MENUJU?

Dalam hidup ini aneka masalah bertebaran. Suatu ketika ia pasti menimpamu. Dan pada saat itu, berbagi dengan seorang teman dekat, akan sangat membantu. Temanmu tentu akan berempati dan boleh jadi memberi solusi. Kalut mereda dan pikiran lumayan tenang. Dorongan semangatnya akan menguatkan. Bahkan temanmu tak akan pelit mengirim doa menuju langit. Semuanya kemudian perlahan mengikis gundah.

Tapi, kawan, pernahkah kau merasa bingung hendak kau ceritakan kepada siapa masalah yang tengah membelit itu? Kepada sahabat yang ini, ah.. dia kan lagi mau ujian, masa’ harus ditambah berat dengan curhat masalah sahabatnya. Kepada sahabat yang itu, hmm.. dia lagi sibuk menyiapkan ta’arufnya. Lalu sahabat yang lain lagi, dia baru melahirkan, pasti repot mengurusi buah hati. Atau kepada saudara kandung? Nanti khawatir malah jadi beban keluarga.. jadi kepada siapa dong..?

Mungkin salah seorang dari kalian, ada yang merasa tidak pernah mengalami kebingungan seperti itu. Aku pernah, kawan. Meski alasannya tidak persis seperti contoh di atas. Ya, pada saat itu aku bingung. Aku ingin berbagi, ingin bercerita, sekedar melepaskan beban yang mengganduli pikiranku.

Terbersitlah ide untuk menceritakan masalahku kepada seorang teman baik yang belum lama kukenal. Ia belum begitu tahu banyak tentang aku, siapa dan bagaimana aku, maka kupikir bila ia memberi pendapat, tentu akan merupakan pendapat yang objektif. Teman baik itu seorang yang suka menolong, baik hati, ramah dengan senyum manisnya, cerdas, dan cukup rasional. Maka kupercayakan masalahku, pula sedikit rahasiaku, kepadanya. Masalahku saat itu beraneka rupa. Cukup pelik dan rumit. Ada juga sisi-sisi yang beraroma tabu.  

Temanku itu merespons dengan penuh empati. Pendapatnya mengalir berupa analisa yang logis dan mudah dipahami. Kata-kata penghiburan juga dorongan untuk optimis, bertaburan dari lidahnya, menyemangatiku. Aku sungguh merasa lega. Kuucapkan terimakasih tak terkira, sambil tak lupa kusampaikan bahwa baru kepadanyalah rahasia ini kupercayakan.

Dengan segala hal positif tentangnya, seperti yang kuceritakan di atas, aku pun kemudian tenang-tenang saja. Kupikir, masalah dan rahasiaku aman bersamanya. Sampai suatu ketika… dalam satu pertemuan dengan sahabat-sahabatku yang lain.. terkuaklah! Apa?

Begini, kawan.. tak kusangka tak kuduga, sahabat-sahabatku itu, yang amat menyayangiku, dengan suara yang agak terbata dan volume rendah, mengingatkan dengan hati-hati sekali, agar aku tidak lagi menyampaikan rahasia kepada teman baik yang telah kupercaya itu. Mereka kini tahu rahasiaku tersebab si teman baik itu yang mengatakannya kepada mereka.Tercekat aku mendengar itu. Namun aku menahan diri untuk bereaksi. Khawatir emosi meluap. Aku beristighfar. Berbagai kekhawatiran serta merta bermunculan. Apa saja yang diumbar kepada mereka? Siapa saja yang juga menerima info rahasiaku selain mereka? Lalu kontennya, apakah rasa original atau dibumbuinya dengan aneka penyedap dan penguat rasa? Duhai, betapa malunya aku.

Sahabat-sahabatku itu menjamin bahwa rahasia yang mereka terima itu, akan dijaganya. Tak akan kemudian bocor lagi ke banyak orang. Aku tergugu. Teman baikku telah sukses menghancurkan kepercayaanku kepadanya.

Nah, ada tiga sisi yang berperan dalam kisahku ini. Yang pertama, teman baik yang menerima tumpahan masalah dan rahasia. Jadi kawan, bila kau ada di posisi ini, hargai dan sayangi si pencurhat yang saat itu tentu sedang kalut, bingung, gundah, dan sebangsanya. Janganlah kau tambah deretan masalahnya dengan perbuatan konyolmu yang menceritakan rahasia tersebut kepada orang lain. Meski hanya sepenggal dari rahasia tersebut. Apalah lagi bila semuanya. Kau sudah dipercaya. Kau sudah terpilih. Sepatutnya kau menjaga itu. Karena sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak kan percaya.

Yang kedua, orang-orang yang menerima bocoran rahasia. Lihatlah, betapa mulia sahabat-sahabatku. Tatkala menerima info rahasia, mereka bukannya menyebarkannya kembali. Namun dijaganya agar berhenti di mereka saja. Jangan sampai ada lagi orang lain yang tahu. Kemudian, tersebab rasa sayang, mereka mengingatkanku agar tidak terjebak untuk kedua kalinya, menceritakan rahasia kepada teman baik itu. Dan kuharap kau tidak menganggap sahabat-sahabatku sebagai mengadu domba. Karena tujuan mereka jelas, agar aku tidak lagi mengulang kecerobohan dengan membagi masalah kepada orang yang salah.

Yang terakhir, aku sendiri. Berhati-hatilah kawan, saat kau akan mencurahkan segala kesah dan resah. Jangan langsung percaya dengan senyum manis, bahasa mesra, sorot cerdas, dan tajam analisa. Pertimbangkan dan pikirkan yang dalam, kemanakah rahasiamu ‘kan menuju...