Selasa, 31 Juli 2018

Tak Ada yang Abadi

Ini nulis beneran sambil dengerin lagunya Ariel (Noah) yang judulnya "Tak Ada yang Abadi". Walaupun temanya beda sama yang mau aku tulis, tapi seenggaknya kalimat judulnya diulang-ulang terus di reff nya, pas buat ngingetin aku. Emang beneran gaes, tak ada yang abadi.. 😢

Apa sih yang aku maksud? Jadi ini tentang pekerjaan, yang buat aku nggak sekadar sebagai sarana mencari nafkah, mengais rupiah. Tapi sebagai guru, duniaku sama murid-murid aku tuh macam udah jadi bagian dari hidup aku. Mungkin bagian dari jiwa aku juga. Kedekatan aku sama mereka betul-betul udah menyatu rasanya.

Nah, apakah ketidakabadian itu artinya aku nggak lagi menjadi guru? Bukan gaes.. Aku tetep jadi guru, tapi unit kerjaku dipindah. Aku harus berpisah sama murid-murid lamaku yang anak-anak SMP itu. Amanahku tahun ajaran baru ini mengajar di SMA.

Entah mungkin ada yang menyebutku lebay .. tapi meninggalkan SMP teramat sangatlah berat buatku .Oh my Allah.. aku sayaang banget sama mereka. Airmata tumpah ruah mengingat perpisahan ini.

Lagu ini memang menyadarkan kita bahwa tak ada yang abadi. Tapi tetap aja rasanya hatiku masih tertinggal di SMP. Masih timbul pertanyaan, kenapa harus sekarang? Kenapa harus tahun ini? Aku masih ingin membersamai mereka.. satu tahun ini lagi aja. . 😔

Ternyata betul, move on itu susah. Aku masih berurai airmata saat mengingat mereka. Termasuk saat menulis ini.

Tapi seiring suara Ariel yang terus menerus memekik tak ada yang abadi.. yaah aku harus menguatkan hati. Aku harus ikhlas melepas mereka. Walau gimana pun, keadaan nggak bisa berubah. Keputusan sudah ditetapkan, vonis sudah dijatuhkan.

Mungkin ada juga yang bilang, hellow.. anak-anak muridmu itu boleh jadi udah mulai lupa atau merasa biasa aja dengan ketiadaanku di antara mereka. Rasanya aku nggak peduli.. aku tetap kehilangan dan merindu mereka, sangaatt ...

Aku toh bukan malaikat. Aku manusia biasa yang punya emosi sedemikian. Jadi nggak apa-apa lah sesekali meluapkan rasa. Berkamuflase memang kadang membantu, tapi ada masa ketika topengku sedikit terkuak. Pada ketika itu, menulis seperti ini cukup melegakan sejenak.

Tentu aku harus kuat. Masalah semacam ini nggak boleh membuat aku nampak cengeng. Memasuki tempat kerja baru, adalah hal biasa, bukan? Seperti itu rupanya aku harus memaknainya.

Kesedihan ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan penolakan atau protes. Aku tau konsekuensi yang harus dilakoni adalah bersedia ditempatkan di mana pun. Tapi gulana hati ini hubungannya dengan hati dan rasa. Itu saja.

Ok, fine.. I'm here now. I'll do my best.. for my new students..