Rabu, 09 Oktober 2013

FF Iseng

Kehilangan itu pedih, Jendral. Meyrha membeku. Matanya menerawang.
Adhya mendekat. “Lu yakin, Rha… mau ninggalin dia?” tanyanya, hati-hati.
Meyrha bergeming. Tampak kristal di matanya. “Gue sayang dia, sayaaang bangeet,” lirihnya.
Tangan Adhya mengelus lembut bahu sahabatnya itu. “Rha… lu… jatuh cinta sama dia?”
“Ya, nggak lah… nggak mungkin!” Meyrha menepis tangan Adhya. “Dia tuh adik, gue kakaknya!”
Adhya terdiam. Ia memilih menenangkan Meyrha tanpa kata.
“Ya, kenapa gue harus ngelakuin hal yang gue ga suka, dan menjauh dari sesuatu yang bikin gue bahagia,” isak Meyrha.
Adhya menghela napas. Ini bukan saat yang tepat untuk mendebat. Ia tersenyum, membiarkan Meyrha mengeluarkan segala yang membuatnya sesak.
“Gue harus pergi dari kehidupan dia. Gue ga boleh ada lagi dalam kesehariannya.”
“Dia tahu rencana lu, Rha?”
Meyrha menggeleng lemah.
“Terus kenapa lu harus ninggalin dia? Kalian kan masih bisa deket kayak dulu…”
“Tapi sekarang segalanya beda, Ya. Ada rasa yang aneh saat gue deket sama dia. Meski itu hanya sebatas sms-an. Dia sama gue merasakan debar yang sama, getar yang tak biasa… dan itu ga boleh terus terjadi!” Bahu Meyrha bergerak naik turun menahan sedu sedan.
Adhya berusaha mencerna kalimat Meyrha yang cukup membingungkan baginya.
“Aku ga boleh egois, Ya… Aku ga boleh membiarkan dia terus hidup dalam dunia semu. Langkahnya masih panjang. Dia baru lulus kuliah. Aku… aku… harus mundur…” Suara Meyrha terbata.
Adhya tak kuasa mengucap apa pun. Meyrha dan ‘adik’nya itu memang tak mungkin bersatu, bahkan mungkin hingga matahari terbit di barat sekalipun.  
“Adhya, baru kali ini gue ngerasain kangen… gue kangeen Ya, kangeeen sama dia…”
“Lu yakin… lu bukan… jatuh cinta sama dia…?”
“Nggak, Ya! Nggak mungkin! Gue cuma ngerasa nyaman cerita sama dia!”
“Mungkin lu hanya belum terbiasa kehilangan kawan cerita, Ra!”
“Dia adik gue, Ya!”
Adhya tersenyum. Sahabatnya betul-betul sedang galau.
Tiba-tiba pembicaraan mereka ter-interupsi oleh pecahnya suara tangis batita. Celananya basah. Saat itu ia sedang tidak menggunakan diapers. Meyrha sigap melepas celana yang basah, sambil berseru, “Queensha, bisa tolong Mama ga, ambilin celana adek…?”

Seorang gadis kecil usia 7 tahun, tergopoh masuk kamar dan menyerahkan celana adik kepada Meyrha. Ia duduk di dekat adiknya yang tampan itu. Kepalanya yang semula menunduk, perlahan mendongak. Wajah princess-nya menatap lekat, “Ma, besok family day di sekolah. Aku malu… nggak punya Ayah…!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar