Rabu, 28 Mei 2014

"Aku Jadi Sebel Sama Ustadz Felix Siauw!"

Itu yang diteriakkan Nadia ketika tiba di rumah. Hari itu, hari Senin, Nadia tidak masuk sekolah. Padahal seminggu sebelumnya dia libur karena kelas 6 menjalani Ujian Sekolah. Pagi hari, aku bilang sama Nadia, Teh, nggak usah sekolah aja, gimana? Ikut sama Mama, ke seminar Ustadz Felix Siauw. Jadi nanti Teteh temenin adek di sana.

Nadia mengangguk mantap. Pingin ketemu juga sama Ustadz Felix, ucapnya dengan mata berbinar.

Awalnya aku berpikir untuk berangkat sendiri. Duh, males banget kalau seminar sambil bawa krucil. Tapi lantaran kemarin Salman baru saja kutinggalkan dari pagi sampai malem, karena aku pergi ke Bogor, maka tidak adil rasanya bila keesokan harinya pun ia ditinggalkan lagi. Maka si bungsu itu aku ajak saja, sambil kubawa Nadia untuk menemaninya.

Seminar ini aku nantikan betul. Infonya sudah aku dapat sejak beberapa minggu lalu. Tiketnya bikin bengong deh.. murah banget. Untuk early bird I cuma 25 ribu saja, setelah itu early bird II naik dikit 30 ribu, dan on the spot 35 ribu.

Karena beberapa kali nomor contact person panitia acara itu sulit dihubungi, aku pikir yo wes on the spot aja. Teringat percakapanku dengan seorang teman ketika pertama kali aku dapat info ini.

Ini harus daftar buru-buru, ya?

Ah, nggak juga...

Oh, emang kalau di Sukabumi, seminar-seminar kurang diminati?

Iya...

Tadinya kukira harus buru-buru, takut nggak kebagian tempat..

Halah, tenang aja.. on the spot juga, nggak apa-apa...

Makanya jadi aku tenang-tenang ae. Malah kemudian Zidan juga kuajak sekalian. Biar dia tahu, seminar itu macam mana, dan materinya juga kan pasti bagus. Kalaupun ada khilafah-khilafahnya, ya nggak apa-apa lah buat nambah pengetahuan.

Pas hari 'h' berbondong-bondonglah aku sama anak-anak. Kami siap untuk mendengarkan materi dari Ustadz Felix.

Begitu tiba di Gedung Islamic Centre tempat acara itu diselenggarakan, kulihat di parkiran lumayan banyak motor. Ada juga beberapa gerombol orang yang tampaknya seperti mahasiswa. Di gerbang berdiri seorang panitia, yang langsung menyapa kami, menanyakan tiket. Ketika kami bilang baru mau beli, panitia itu mengatakan tiket sudah sold out. Tidak bisa on the spot,tidak lagi bisa menjadi peserta pada hari 'h'.

Tentu saja aku protes. Kenapa panitia sulit dihubungi. Padahal aku juga sudah ingin memesan tiket sebelum acara dimulai. Panitia itu terus saja minta maaf.

Akhirnya, shikata ga nai, we have no choice, ya sudah balik kanan grak. Kembali pulang.

Sepanjang jalan pulang. Nadia diam saja. Wajahnya menekuk. Bibirnya manyun. Lalu keluar gerutuannya. Ngapain coba, aku nggak sekolah. Huh! padahal aku pingin sekolah, soalnya kemaren kan libur lama.

Puncak kekesalannya, setiba di rumah, ia berteriak, "Aku jadi sebel sama Ustadz Felix Siauw!"

Sejujurnya aku juga kesel banget sih sama panitia yang kurang rapi kerjanya. Udah jelas jadi contact person, lha ini malah nggak bisa dihubungi.. :(

Tapi yo wes lah, emang belum berjodoh sama Ustadz Felix kali itu. Maybe next time...



Minggu, 18 Mei 2014

Ulang Tahun Yang Ketiga Sejak Saat Itu

Menjelang hari lahirku, aku menulis status di facebook, berharap akan terjadi hal yang istimewa. Mungkin bukuku terbit, tulisan-tulisanku dimuat di media massa, dan yang lagi antri di penerbit hasilnya di-acc. Lalu bertaburan respons dari teman-teman. Sesuatu yang menyenangkan, bukan? Mendapati teman-teman meniupkan semangat, mengalirkan energi positif, melantunkan harap, mengamini doa-doa kebaikan.

Setelah menulis status itu, hari-hariku berlalu seperti biasa. Pun ketika hari kelahiranku, 15 Mei itu tiba. Aku tetap berangkat mengajar. Sesi pagi mengajar di taman kanak-kanak. Siangnya memberi les bahasa Inggris kepada anak-anak SD, hingga menjelang magrib. Pulangnya naik kendaraan umum, serupa mobil van besar, berhimpitan penuh sesak, tanpa ada kesempatan punggungku menyandar sekadar meminimalisir rasa pegal. Macet berat menghadang di jalan.

Hingga kemudian di suatu hari Minggu pagi, 18 Mei, ponselku berbunyi. Sms masuk. Kulihat namanya: Mbak Dhani. Ada apa nih?

Yang terjadi kemudian adalah.. aku memekik, rasanya tak percaya pada apa yang tertulis di sandek itu. Resensiku dimuat di Kompas Anak. Subhanallah. Sujud syukur.

Mbak Dhani sms lagi, ini hadiah yang manis dari Allah ya, Dik..

Aku tertegun. Teringat kembali pada statusku yang kemarin itu. Ya Allah... Kau kabulkan inginku. Subhanallah. Terima kasih Ya Allah.

Ingatanku terlempar pada proses pengiriman resensi itu. Aku menulisnya saat laptop rusak, sehingga aku menumpang di komputer keponakanku. Lalu kubawa hasil ketikannya di flashdisk ke warnet. Pas aku buka, lho.. kok berantakan..? Rupanya komputer ponakanku itu windows 2010, sementara di warnet masih 2007.

Dengan katroknya aku ubah-ubah semua. Lalu kata si bapak warnet, nggak usah diubah, langsung aja. Akhirnya dengan bantuan bapak warnet itu, resensiku terkirim.

Mengenang hal yang susah ketika berbuah manis, terasa nyess gitu deh. Betul-betul bersyukur sama Allah.

Kebahagiaanku hari ini dilengkapi juga dengan kabar dari sekolah anakku, bahwa dia hari ini masuk sekolah hingga jam terakhir. Ini hari pertamanya setelah sekitar dua bulan nggak pernah masuk sekolah. Duhai, betapa indahnya dunia.. :)

Semoga masih akan ada terus kabar-kabar yang membuat bibirku melengkungkan senyum. Seperti yang Nadia bilang, kalau Mama bibirnya membentuk huruf U, cantik deh.. ^^