Jumat, 30 November 2012

Memulai Hidup Baru Bersama Modena


Dalam hidup ini beragam masalah dan ujian silih berganti menerpa. Masing-masing dalam kadar yang sesuai dengan kapabilitas manusia yang mengalaminya. Namun adakalanya seseorang merasa mendapat masalah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Begitu berat. Demikian sulit.


Seorang yang selama hidupnya bergelimang harta tiba-tiba jatuh miskin yang membuat hidupnya terasa amat menderita. Ada yang semula aktif bergerak dan berkarya dalam banyak bidang, seketika jatuh sakit akibat penyakit ganas yang muncul tanpa dinyana lalu menggerogoti tubuhnya dan melumpuhkan aktivitasnya. Ada pula seorang yang hidupnya penuh puja dan puji, dalam waktu singkat berbalik dicaci, dimaki, dan dihina orang. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Menghadapi aneka masalah yang menimpa, suka tidak suka, mau tidak mau, kita harus siap. Meski kenyataan yang ada, di luar dugaan, ya harus dihadapi dan dijalani. Itulah lakon yang harus diperankan dalam episode kali itu.

Begitu pun yang terjadi pada diriku. Tiba-tiba kehilangan suami, rumah, mobil, dan harta benda lainnya. Rasanya tidak perlu diceritakan asal muasal mengapa itu terjadi. Apa pasal? Karena ceritanya panjaaang. Jadi nantikan saja peluncuran novelku yang baru ya..

Yang perlu digarisbawahi di sini adalah, bahwa kaum perempuan harus siap dengan kondisi yang pahit, dimana ia tiba-tiba harus berperan sebagai single mom. Ia menjadi ibu sekaligus ayah. Ia membacakan cerita, menemani membuat PR, mendidik beribadah, dsb, sekaligus juga harus mencari nafkah, menjadi tulang punggung keluarga.

Lalu apa yang kulakukan? Aku harus mencari tambahan penghasilan di luar profesiku sebagai guru. Anak-anakku urun suara, memberi ide.

“Ma, kita jualan kue aja! Nanti dititip di Bu Ruhyat yang jualan nasi uduk pagi-pagi.”
“Dititip di kantin sekolahku juga bisa, Ma!”
“Atau seperti Bu Nanik, dititip di warung deket stasiun!”

Aku sungguh terharu dengan pengertian anak-anak. Dan aku pun mulai memutar otak. Ah, andai aku punya peralatan dapur yang mendukung. Tentu cita-cita untuk berjualan kue dan makanan akan lebih mudah dan efektif proses pengerjaannya.

Hingga kemudian aku ketemu sahabat baikku, Mbak Anik, yang jago baking ‘n cooking. Aku buka blognya. Ada tulisan tentang hobi masaknya dengan Modena. Lalu aku klik web Modena Indonesia. Wow.. (tapi ga pake koprol).. aku tercengang! Duhai, inilah yang kubutuhkan.

MODENA Indonesia memang keren banget. Usianya pun sudah tergolong senior, 31 tahun! Ya, Modena telah hadir di Indonesia sejak 1981. Produk-produknya menunjang gaya hidup modern masyarakat Indonesia. Ada 3 kategori yang diusung, yaitu cooking, cleaning & cooling. Di dalamnya terkandung aspek estetika desain, fitur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna (user friendly), teknologinya canggih dan selalu up date, ramah lingkungan pula. Benar-benar pilihan cerdas untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik dan direkomendasikan bagi masyarakat Indonesia.

Nah, sekarang saatnya memilih alat yang paling vital. Apalagi kalau bukan kompor. Produk Modena menawarkan Built-in Hob (BH) Crista White Series. Banyak variannya nih. Ada Seri Christa BH 1945 W dengan ukuran 90 cm, dan Christa BH 1645 W dengan ukuran 60 cm. Keduanya memiliki 4 tungku. Ada pula yang memiliki 3 tungku yaitu Christa BH 1935 W berukuran 90 cm, dan Christa BH 1735 W ukuran 70 cm. Yang 2 tungku pun ada juga, yaitu Christa BH 1725 W ukuran 70 cm, Christa BH 1425 W ukuran 40 cm, dan Christa BH 1325 W ukuran 30 cm. Untuk menunjang kebutuhan dalam memasak dengan partai besar, tentu kupilih kompor dengan 4 tungku

Selain penampilannya yang cantik dan elegan, kompor Modena ini memiliki spesifikasi bahan yang berkualitas, tatakan tungkunya terbuat dari besi baja cor ( Cast iron grid ) sehingga panas dihantarkan lebih sempurna. Ini hubungannya dengan efisiensi waktu, bukan? Mengingat aku juga harus tetap menunaikan amanah sebagai pendidik di sekolah. Lalu bahan kompornya terbuat dari stainless steel, dijamin anti karat. Keamanannya pun terjaga, karena ada gas safety device yang dilengkapi thermocouple, yang merupakan sensor pengaman otomatis. Ia akan menghentikan suplai gas begitu api padam tiba-tiba.

Setelah memilih kompor, pilihan berikut adalah oven. Produknya bernama Modena Profilo White Series. Ada oven listrik, Profilo 2633 W, dan oven gas Profilo 2663 W. Aku pilih kapasitas besar 56 liter karena frekwensi penggunaan yang tinggi dan dalam jumlah banyak. Bagi yang masaknya biasa-biasa saja, tersedia kapasitas lebih kecil, yaitu 40 liter.

Setelah memilih dua pemeran utama, aku memikirkan bagaimana caranya agar dapurku tetap bersih dan nyaman. Ternyata Modena menjawab masalah ini. Wastafel cuci piring atau Sink dari Modena. Bowlnya terbuat dari bahan stainless steel, yang dipadankan dengan paduan kaca kristal warna hitam. Perawatannya mudah serta usianya dijamin awet. Struktur kaca yang rapat, tidak berpori, membuatnya kuat. Sistem pembuangannya pun didisain ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi aroma. Karena pipa-pipa saluran pembuangan airnya tidak akan membuat bau sisa makanan atau pencucian kembali ke permukaan sink. Sehingga kesegaran dapur tidak terganggu. Dan penyaringan sisa curian dilakukan oleh filter pada lubang pembuangan. Sedang kedalaman bowl yang mencapai hingga 20 cm dengan kapasitas besar, akan membuat dapurku menjadi tempat kerja yang menyenangkan.
serta satu lagi, kulkas showcase tempat menaruh cake atau kue yang harus disimpan di tempat bersuhu rendah atau dingin. Dengan kulkas showcase, cake buatanku akan terpampang dan aku harap dapat menarik yang melihat untuk membeli.
Semoga impianku untuk memulai hidup baru bersama Modena akan terwujud. Aku perlu mencari investor yang mau membantuku membeli produk-produk Modena. Karena ya.. harganya.. U know lah! Eits.. tapi harga yang mahal itu tidak akan membuat rugi. Kenapa? Karena tingkat keawetannya sangat panjang. Jadi, produknya canggih, disainnya cantik, keamanannya terjaga, awet lagi!

Rasanya aku sudah tidak sabar ingin segera memulai usaha kuliner ini. Dan untuk membantuku nanti dalam mencari variasi menu dan resep, ada lho MODENA Cooking Club. Di sana ada juga tips memasak, tips merawat peralatan dapur, hingga tips desain dapur.

Bagi yang ingin tahu lebih dalam tentang Modena Indonesia, bisa di-klik di: www.Modena Indonesia atau di:
- https://www.facebook.com/ModenaIndonesia
- https://www.facebook.com/MODENACooking Club
- https://twitter.com/@MODENAIndonesia

Rabu, 14 November 2012

Siapakah Orang yang Paling Menderita Sedunia?







SIAPAKAH ORANG YANG PALING MENDERITA SEDUNIA?

Hidup tak selamanya penuh senyum dan tawa.  Adakalanya sendu dan tangis mewarnai. Seperti langit, yang hadir dalam kecerahan yang menyenangkan, namun di lain hari ia menyeramkan dengan gemulung mendung yang kemudian memuntahkan hujan badai disertai kilat menyambar petir menggelegar.

Demikian episode hidup yang kita jalani. Bahagia dan nestapa akan tampil pada waktu dan porsi yang telah sesuai dengan skenarioNya. Semua sudah tertulis. Tak akan tertukar antara si fulan dan si felin.

Kala bahagia menyapa, suka cita kita dibuatnya. Sebaliknya, kala dirundung duka, segala rasa gundah dan resah gelisah, hingga bergelut kalut, membebani pikiran. Dunia mendadak suram. Duhai, betapa malang rasanya diri.

Tak bisa dibantah bahwa pada fase tertentu, timbullah asumsi bahwa dirinya adalah orang yang paling menderita sedunia. Tersebab aneka masalah rumit yang terus membelit. Boleh jadi ia seorang tua yang ditimpa penyakit berat namun tak punya ongkos untuk berobat ke rumah sakit ditambah putra-putrinya tak peduli, dan dibayangi biaya kontrak rumah serta hutang menggunung di warung. Mungkin juga ia seorang muda yang ditinggal pacar yang amat disayanginya, kehilangan pekerjaan pula, serta diusir dari tempat kostnya karena menunggak bayar sewa, namun tak ada nyali pula bila harus pulang ke kampung. Atau seorang istri yang mengalami KDRT tingkat dewa. Bisa juga suami yang ‘dijajah’ istri dan keluarganya, hingga membuatnya tak berdaya.

Rupa-rupa masalah berkelindan dalam kehidupan. Terkadang hal-hal yang di luar dugaan, bak sinetron di layar kaca. Namun semua nyata adanya. Semua harus dihadapi.

Sudah sangat akrab di telinga kita, bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu perkara berat di luar kesanggupan kita. Semua sudah ditakar. Pas. Tidak boleh protes. Karena semua itu sejatinya untuk kecemerlangan hidup di masa yang akan datang. Apakah ia sabar dan tangguh menjalani, atau tersungkur terpuruk dalam keputusasaan. Untuk yang pertama, tentu di ujung episode sulit itu, ia akan tampil sebagai pribadi baru yang lebih unggul, lebih dewasa, lebih berkualitas. Namun, bila seperti yang disebut terakhir, maka ia hanya merugi bahkan dimurka Allah karena ketakberjuangannya.

Yang sudah sangat pasti adalah, tak ada kesulitan yang abadi. Semua berujung. Tinggallah  kita memilih apakah ingin akhir yang indah atau akhir yang buruk. Pun tak ada orang yang ternestapa di dunia. Semua memiliki kadar kesulitan sendiri-sendiri. Tengoklah sekeliling. Perluas silaturahmi. Buka mata buka hati. Maka kita akan temui beragam kemalangan dengan beragam variasinya. Si A suaminya selingkuh hingga memiliki anak, dengan kehidupan si selingkuhan yang lebih makmur, sementara dirinya terengah-engah mengirit pengeluaran. Si B suaminya selingkuh juga, malah tidak peduli lagi pada anak-anak, sehingga B harus pontang-panting mencari nafkah. Si C sepertinya langganan kena PHK, punya istri galak dan gampang naik darah, anak-anak sakit-sakitan pula. Si D sulit nian dapat pekerjaan tetap, masih tinggal di rumah mertua yang setiap hari bertubi-tubi menyindir dengan sinis, istrinya pun tak ada membela. Yang manakah yang paling susah?

Sesungguhnya masing-masing penderitaan A, B, C, dan D, tak bisa diperbandingkan. Semua memiliki kadar kesulitan dengan kombinasi yang tak saling mengungguli. Maka ketika kita disapa badai, lihatlah dan dengarlah bagaimana badai yang lain menimpa sahabat dan kerabat di sekitar kita. Di sana kita akan temui betapa kita tidak sendiri, kita bisa belajar bagaimana cara bertahan dan berjuang, bagaimana bersyukur bahwa kita masih mengecap iman sehingga tidak tergelincir melanggar aturanNya, semisal: sangat terdesak butuh rupiah dalam jumlah besar, tidak akan membuat terpaksa meminjam pada rentenir dengan sistem bunga yang jelas-jelas dilarangNya.

Demikian aneka permasalahan yang mengepung, tetap tidak akan membuat Anda sebagai orang yang paling menderita sedunia. Apakah ia si buruk rupa yang miskin papa, atau si jelita nan kaya raya namun tergolek tak berdaya karena penyakit ganas yang dideritanya, atau ia korban perang berkepanjangan, atau seorang ibu yang berputrakan teroris, ah.. sungguh tak terhitung ‘derita’ dalam hidup ini.

Dengan senantiasa mohon petunjuk dan lindungan dari Sang Penggenggam Hidup, semoga kita semua mampu menjalani apapun episode yang menjadi bagian kita dan memainkan peran sebaik-baiknya.  



JODOH BUKAN OBAT FLU

Artis cantik itu dengan kenes berujar “Cocok!” saat mengiklankan sebuah merk obat flu. Ya, kesuksesan obat dalam menyembuhkan penyakit sangat ditentukan oleh cocok tidaknya obat tersebut. Betapapun harga obat itu selangit, namun bila tidak cocok, percuma saja. Sementara itu, ada juga obat yang murahnya nggak ketulungan, eh ternyata cespleng.

Ketika kemudian kita mendengar seringnya para selebritas maupun orang biasa, yang berpisah dengan pasangannya, mengemukakan alasan “sudah tidak ada kecocokan”, apakah jodoh ini berbanding lurus dengan obat flu, maupun obat lainnya?

Setiap manusia sesungguhnya sudah ditetapkan olehNya siapa pasangan hidupnya. Jika demikian, lalu mengapa banyak orang bercerai. Konon angka perceraian di negeri tercinta ini cukup tinggi. Mungkin itu akibat para pasangan menganggap bahwa pendamping hidup laksana obat flu, yang bila tidak cocok, maka jangan dikonsumsi lagi, lebih baik cari lagi yang lain.

Sejatinya, pasangan hidup itu menentramkan jiwa. Mereka saling menyayangi satu sama lain, saling membela, saling melengkapi dan mengutuhkan. Lalu apa jadinya bila dalam perjalanan berumah tangga ditemukan kondisi yang di luar dugaan?  Percekcokan tak bisa dihindari. Hingga akhirnya berbuntut perceraian.
Bila sudah begini, apakah Allah salah memilihkan jodoh? Untuk menjawab pertanyaan ini, nyatalah mengapa Allah meninggikan manusia beberapa derajat dibanding makhluk lainnya. Ya, karena manusia diberi akal pikiran. Dan dengan akal pikiran inilah kita bisa menganalisa pertanyaan di atas.

Yang tak terbantahkan dan harus diyakini benar adalah bahwa Allah Maha Tak Pernah Salah. PerhitunganNya pasti tepat. Mustahil meleset. Ketika skenario hidup tiba di fase yang tidak terduga, yang membenturkan, yang membuat terhempas, yang membuat seorang istri atau suami berkonflik satu sama lain, di sanalah kedewasaan, ketenangan, kecerdasan, bermain dalam ranah pikiran seseorang. Memang pasti ada yang salah di sana. Dan itu bersumber dari pasangan itu sendiri. Pada saat itu, dibutuhkan kelapangan hati untuk bermuhasabah, evaluasi diri.  Boleh jadi, masalah yang timbul memang sebuah kekhilafan, maka itu harus ditobati. Ada pula yang karena faktor keluarga, maka itu harus dimusyawarahkan. Demikian, segala hal yang timbul di sana sudah tersedia jalannya, hanya tinggal bagaimana kita menangkapnya dan mengaplikasikannya.

Tidak jarang kita mendengar para pemuda dan pemudi yang belum mendapat jodoh, berucap belum nemu yang cocok. Sesungguhnya cocok yang dimaksud adalah cocok pada saat itu. Sebab dalam perjalanannya, bukan tidak mungkin akan berjumpa dengan aneka ketidakcocokan. Maka, janganlah mengira jodoh itu bak obat yang bila sudah terasa cocok di awal, ia akan membuat nyaman sepanjang masa.

Sekali lagi, Allah mengaruniakan kita dengan perangkat lengkap berupa akal pikiran dan juga kepekaan hati. Bagaimana kita pandai memainkan perangkat tersebut, maka cocok-tidak cocok bukan masalah. Beragam perbedaan bisa diatasi dengan komunikasi yang dilandasi akal dan hati. Masing-masing pihak harus membuka diri untuk menerima pendapat pasangannya. Dan yang lebih penting adalah senantiasa memohon kepadaNya agar senantiasa mendapat lindungan dan tuntunanNya dalam menjalani bahtera rumah tangga. Sebab ada anak-anak (bagi yang memiliki) yang merupakan amanah dariNya yang harus dipertanggungjawabkan. Terkait dengan masalah anak-anak, perlu satu tulisan yang lain lagi. Insya Allah nanti akan saya turunkan segera.

Maka, cocok atau tidak cocok, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bagaimana kita me-menej kendali rumah tangga. Meski tak urung kerap muncul pertanyaan, bila obat itu sudah demikian tidak cocoknya untuk dikonsumsi, hingga menyebabkan sakit-sakit yang lain, yang kemudian mempengaruhi jalannya kehidupan ia dan anak-anak, apakah obat tersebut harus tetap dipertahankan? Ok, saya tunggu jawaban Anda.. J