Rabu, 21 Maret 2012

Mas Jamil

Beberapa waktu lalu, saat jalan-jalan ke Gramedia, aku pernah melihat buku "Tuhan, Inilah Proposal Hidupku". Kebetulan sudah ada yang terbuka plastik segelnya, maka refleks kuintip isinya. Hmm.. isinya bagus, pikirku. Sebatas itu saja, belum tergerak untuk membelinya. Tampaknya terkait dengan isi dompet.. -_-

Seiring lipatan waktu, buku itu terlupakan. Hingga saat kunjungan rutin tahunanku ke Islamic Book Fair, aku melihat buku itu di stand Gramedia. Mungkin karena efek diskon, maka aku pun memasukkannya ke daftar belanjaan. Buku itu pun menuju rumahku, bersama tumpukan buku lainnya.



Satu-dua hari, aku masih sibuk dengan buku-buku lain. Kemudian, tiba juga hari ketika aku mulai membuka buku itu dan membacanya seksama. Subhanallah.. buku yang keren.. sungguh-sungguh keren!

Aku tidak bermaksud me-resensi, tapi ingin bercerita tentang penulisnya. Namanya, Jamil Azzaini. Aku tidak terpengaruh, karena merasa tidak/belum mengenalnya. Saat kubaca profilnya, aku tertegun pada kalimat.. "..bersama Mas Erie Sudewo dan teman-teman lain, kami banyak melahirkan program di DD Republika". Pikiranku berputar cepat. Lalu aku terpana, dan terlempar ke tahun 1994, saat aku melamar ke DD Republika dan di-interview oleh seorang yang bernama: Mas Jamil.

Tersentak aku mengingat itu. Ini.. Mas Jamil..? Mas Jamil yang itu.. ?

Oh.. betapa waktu punya kuasa untuk merubah segala. Aku telusuri profil dan jalan hidup Mas Jamil yang sekarang. Betapa lompatan prestasi yang luar biasa telah diukirnya. Dan aku..? hiks.. :'(

Tapi, kuyakin.. tak ada kata terlambat. Tak mengapa, kesadaran demikian lama menghampiri. Yang penting kini, aku bertekad untuk membuat hidup lebih baik 1% setiap hari, seperti yang ditulis Mas Jamil dalam bukunya.  Dan, ketika keesokan harinya aku bersua dengan orang STIFIn yang merupakan bagian dari PT Kubik SisiLain yang digawangi Mas Jamil, aku dikabari bahwa putra Mas Jamil saat ini tengah menuntut ilmu di Jerman. Maka, kutanamkan dalam hati juga, kelak anakku akan melanjutkan study ke luar negeri. Agar mereka melangkah dan belajar Iqro' di bumi Allah di mana pun.

Allaahumma Aamiin..

Selasa, 20 Maret 2012

Menyesap Nikmatnya Tarapuccino

Saya suka membaca, lalu akhir-akhir ini suka menulis juga, tapi menuliskan apa yang dibaca,  baru 1-2 kali saja saya lakukan.  Sekarang saya ingin melakukannya lagi, untuk novel “Tarapuccino”. Entah ini tergolong ke dalam resensi atau bukan.

Novel ini ditulis oleh Riawani Elyta dan Rika Y. Sari. Nama yang pertama disebut, lebih eksis dalam dunia kepenulisan, dengan deretan prestasinya dalam Lomba-lomba Menulis bergengsi tingkat nasional.

Kisah dalam novel ini berpusat  pada geliat sebuah  kedai roti, bertajuk “Bread Time”, yang dikelola dua orang pengusaha muda, Tara dan Raffi. Gejolak muncul setelah bergabungnya seorang pemuda ahli desain grafis, Hazel, ke dalam bakery  tersebut. “Bread Time” yang tengah naik daun itu, mengalami kejadian naas secara beruntun yang nyaris menghancurkan nama baiknya.

Cerita mengalir dengan sentuhan suspense yang cukup kuat. Pembaca dibuat penasaran dengan aneka konflik yang proses menuju penyelesaiannya tidak mudah ditebak. Hadir pula, seorang mahasiswa drop out dan mantan aktivis yang kemudian terlibat dalam sindikat illegal trading, demi menyambung hidup adik-adik tiri dan ibu tirinya juga.  Pemuda misterius itu bernama Ahmadiaz Syah Reza. Meski mudah ditebak keterkaitan antara Diaz dengan Hazel, namun bagaimana misteri itu terkuak, disampaikan penulis dengan elegan.

Yang juga mengundang decak kagum pada novel ini adalah kepiawaian penulis mengolah detil. Ini memperlihatkan bahwa penulis seorang yang pintar dan berwawasan luas. Bagaimana penggambaran operasi terselubung sebuah sindikat illegal trading, bagaimana lika-liku dan seluk beluk sebuah usaha kuliner modern, juga betapa kecanggihan IT merupakan hal yang seolah biasa dan ‘seharusnya’ pembaca mengerti, ditampilkan secara detil namun tetap menawan.



Nilai-nilai islami yang kental, yang kerap muncul dalam novel ini, sangatlah patut diacungi jempol. Meski pada beberapa bagian terasa dipaksakan, tapi secara keseluruhan, usaha penulis untuk mengusung nilai-nilai Islam ini, menjadikannya berbeda dengan novel-novel lain. Apalagi halaman pertama ditandai dengan lafaz ‘Bismillaahirrahmaanirahiim’, wow..

Sungguh, ini novel yang berkelas, dengan racikan cerita yang tak biasa. Walau tak lepas dari kisah cinta yang anggun mengalun, namun itu menjadi semacam pemanis saja, karena yang tercium kuat adalah aroma detektif. Penulis pun membiarkan setting berbicara.  Benar-benar keren, bahkan saya pun jadi merasa keren karena mengulas novel ini (halah!)

Oh ya, saya suka covernya, manis dan bercita rasa tinggi. Seorang pemuda dengan cinnamon cappuccino dihadapannya, duduk bersampingan dalam jarak yang tidak dekat dengan seorang perempuan berjilbab panjang. Mereka menatap laut dengan latar kota modern, cukup mewakili penggambaran Batam yang menjadi setting sentralnya. Tapi, saya sebetulnya pingin nanya, apakah warna peach itu seperti warna jilbab sang perempuan? Rasanya kurang pas..

Lalu, apa ya kekurangan novel ini? ehm.. secara fisik, saya lebih suka kalau ukuran bukunya tidak berbentuk bujur sangkar. Kemudian, dari segi isi, saya merasa ada ketidaksesuaian waktu pada ending, namun menurut penulisnya sih, bukan hal yang prinsipil. Endingnya yang terbuka, tak masalah, namun kemunculan Hazel yang tiba-tiba dalam kondisi sukses, agak-agak terkesan sinetron.

Anyway busway, ga bakal nyesel kalau beli novel ini. Membacanya adalah sebuah kenikmatan yang nikmat. Dengan pilihan kata yang terjalin apik. So.. tunggu apa lagi..? ayo.. baca!

Kemilau Cinta Bunda Khadijah

Judul     :  Khadijah (Mahadaya Cinta)
Penulis  :  Fatih Zam
Penerbit  :  Tinta Medina - creative imprint of Tiga Serangkai
Cetak I   : April 2011
Tebal      :  240 halaman
ISBN     :  978-602-98552-6-5



Tidak banyak buku yang secara khusus mengurai tentang sepak terjang seorang wanita mulia, Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW.  Bagaimana sebenarnya pesona kemilau cinta beliau sehingga tak ada perempuan yang sanggup menggantikan posisinya di hati Rasulullah, saya temukan dalam sulaman kisah yang terajut apik pada buku “Khadijah-Mahadaya Cinta”.

Buku karya Fatih Zam ini, sungguh membuka mata hati saya, tentang bagaimana seharusnya laku seorang istri terhadap suami, tentang bagaimana semestinya seorang istri menaruh cinta atas suaminya. Subhanallah, Siti Khadijah benar-benar tipikal istri panutan yang ketulusan pengabdian cintanya kepada suami, demikian luhur pula agung. Penggambaran detil sikap Siti Khadijah kepada Rasulullah, terasa nyata dalam buku ini. Penulis melarikkan kisah cinta pasangan mulia ini dengan bahasa puitis yang halus dan menyentuh.

Khadijah, seorang wanita cantik dan lembut dengan harta berlimpah, menambatkan hatinya pada seorang pemuda sederhana berakhlak terpuji, Muhammad. Pemuda tak berpunya dengan kejujuran tingkat tinggi, telah menawan hati wanita kaya raya nan cerdas dan dermawan. Melayari gelombang lika-liku perjalanan rumah tangga pasangan mulia ini akan mengantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa ini adalah kisah cinta terbaik sepanjang masa.

Khadijah mencurahkan segenap energi, materi, dan perasaannya pada perjuangan suaminya. Ia menjadi orang pertama yang meredam gulana sang suami kala ditimpa lara. Senyum nan sejuk dalam wajah teduhnya, peluk lembut dalam dekap hangatnya, senantiasa diberikan Bunda Khadijah kepada suami terkasihnya. Kokohnya kepercayaan yang dipompakan Khadijah, sungguh meneguhkan hati Muhammad dalam mengawali tugas kerasulannya. Maka tak heran, bila dikatakan bahwa sejarah Islam bermula dari sebuah kamar.

Mahadaya cinta Bunda Khadijah mengalir tiada putus bagi suami tercinta, putra-putri tersayang, serta orang-orang di sekitarnya. Sebuah cinta sejati yang bermuara dari cinta kepada Allah dan utusanNya. Maka ketika berbicara cinta, ia menjadi sebuah keniscayaan manakala didasari oleh cinta kepada Sang Maha. Tak kan ada lagi alasan bahwa kita tak mungkin berperilaku bagai Bunda Khadijah, sebab suami kita bukanlah lelaki bergelar ‘Al-Amin’, kekasih Allah. Pun sebaliknya, tak boleh para suami berkelit bahwa tidak mungkin memperlakukan istri bak perangai rasulullah SAW kepada Bunda Khadijah. Sesungguhnya, siapapun dan sebagai apapun pasangan kita, dengan berpijak pada penyerahan cinta utama kepada Allah SWT akan menuntun kita pada persembahan cinta terbaik.

Buku ini, tidak hanya menampilkan kisah kedahsyatan  mahadaya cinta Bunda Khadijah. Seperti yang dilakukan Tasaro GK dalam buku spektakulernya, Muhammad, maka Fatih Zam pun menyandingkan tarikh agung ini dengan sebuah kisah romansa fiktif yang elegan. Jalinan cerita cinta antara Nahar dan Laila, mengalun  dalam irama syahdu.  Lalu, apakah kisah mereka itu manis kesudahannya? Ataukah berujung lara? Sila temukan jawabannya pada ending buku ini.

Akhirnya, saya ingin katakan bahwa, setelah membaca buku ini makin berlipat kecintaan dan kekaguman saya kepada Bunda Khadijah.  It’s so inspiring.

Sensasi Seru Bersama Nibiru

Judul buku  :  Nibiru dan Kesatria Atlantis
Pengarang  :  Tasaro GK
Tebal  :  692 halaman
Tahun terbit  :  2010
Penerbit  :  Tiga Serangkai

Orang mengenal Nibiru sebagai planet yang ditengarai kelak akan menghancurkan bumi, namun dalam novel ini Nibiru adalah raja yang bertahta di Kerajaan Pusat Bumi. Daerah kekuasaannya tidak tersentuh dan tidak bisa ditembus oleh penguasa dari kerajaan manapun. Ia merupakan sosok jahat yang muncul setiap 5013 tahun, mengancam kehidupan dunia.

Tokoh sentral dalam novel ini adalah seorang bocah laki-laki bernama Dhaca Suli. Bersama ketiga sahabatnya: Sothap Bhepami, Nyithal Sadeth, dan Muwu Thedhmamu, melewati masa kanak-kanak yang bergerak cepat. Sebelumnya, hidup mereka dipenuhi kenakalan khas anak-anak, namun tiba-tiba peristiwa demi peristiwa fantastis terjadi, membawa pada perubahan yang mencengangkan. Menghadapi kebenaran ramalan akan semakin dekatnya waktu kehadiran Nibiru, keajaiban-keajaiban bergulir. Disinilah aksi fantasi penuh sensasi, dimulai.

Berawal dari ‘mimpi’ Dhaca yang mendebarkan, tentang pertemuannya dengan makhluk aneh nan mengerikan, yang ternyata merupakan penghubung pada kejadian di masa datang. Selanjutnya, cerita bergerak naik turun, dengan setting tempat sebuah kerajaan bernama Kedhalu. Penghuni Pulau Kedhalu memiliki kekuatan super zaman purbakala, bernama pughaba. Ada delapan pughaba, yang menguasai unsur alam (pughaba nyamal), satwa (pughaba nyegay), ruang dan waktu (pughaba kiyrany), ilmu menghilang (pughaba nyinaw), menyembuhkan luka (pughaba bhelsuny), kekebalan (pughaba pesam), kekuatan raksasa (pughaba sutha), dan pengendalian pikiran atau penyingkap tirai gaib (pughaba wanyis). Untuk mematangkan kemampuan pughaba, terdapat sebuah tempat berlatih, bernama Bhepomany. Semua anak wajib berlatih di sana, termasuk Dhaca. Namun Dhaca selalu ogah-ogahan sehingga tidak naik kelas selama empat tahun. Tidak lagi demikian setelah Dhaca mengetahui tentang Nibiru. Setiap mengingat Nibiru, Dhaca tergerak untuk melatih pughabanya dengan sungguh-sungguh.

Petualangan Dhaca bermula sejak ayahnya diculik oleh Jubah Sihir. Ketika itu, Dhaca baru saja menerima 2 benda pusaka dari ayahnya, yaitu: Pedhib Sakti dan Sabuk Lunez. Sebenarnya Jubah Sihir mengincar Dhaca, namun Dhaca berhasil lolos berkat bantuan ketiga sahabatnya. Sebagai gantinya, Jubah Sihir menculik ayah Dhaca.

Jubah Sihir ditengarai sebagai wujud terselubung Annunaki, sang penyihir jahat. Jika Annunaki sudah muncul, Nibiru tak akan lama lagi menampakkan diri. Dan itu berarti keselamatan Kedhalu terancam. Maka demi melindungi seluruh rakyat, Dhaca pun menjadi tanggung jawab istana dan berada di bawah pengawasan Tuan Luminya, Ketua Dewan Bintang Kelompok Pughaba Nyamal.

Lalu, bagaimana petualangan Dhaca bersama ketiga sahabatnya yang dinisbatkan sebagai ‘empat keparat kecil’ itu setelah peristiwa munculnya Jubah Sihir? Akankah kemudian Jubah Sihir menampakkan diri kembali? Bagaimana pula perkembangan kemampuan pughaba keempat keparat kecil itu di bhepomany? Siapakah sebenarnya Bhupa Supu, seorang yang selama ini memiliki tempat istimewa di hati Dhaca, karena banyak memberinya perhatian dan pengetahuan tentang banyak hal? Apa pula yang dimaksud dengan ‘Persekutuan Raja-raja’ dimana Nibiru adalah salah satu di dalamnya, namun Nibiru memiliki kebencian luar biasa terhadap persekutuan tersebut? Dan, Tergog yang berkuasa di Atlantis, musuh besar Nibiru, sejauhmanakah persiapan rencananya untuk memulai perang besar? Lalu, bagaimana ketegangan yang tercipta saat penyerangan Atlantis terhadap Kedhalu dengan kekuatan adidayanya?

Semuanya terjawab dalam jalinan cerita yang membius. Aneka petualangan memenuhi halaman demi halaman buku ini. Mengalir, mengasyikkan. Dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, buku ini pas diperuntukkan bagi segala usia. Penggambaran detilnya membuat pembaca bak menyaksikan serunya perjalanan fantasi ini.

Alur cerita kemudian bergerak naik turun, mengaduk emosi. Ada episode-episode yang mengharu biru. Tak kurang pula sentuhan suspense yang mencekam, penuh ketegangan. Suasana humor dan kocak pun turut meningkahi, dengan taburan bumbu-bumbu lucu, menampilkan keriangan petualangan empat keparat kecil ini. Bermunculan pula kejutan-kejutan tak terduga. Konflik diciptakan penulis dengan dinamis, dan pembaca tidak dengan mudah menebak ujung sebuah peristiwa.

Unsur keindonesiaan yang merupakan nafas Tasaro dalam karya-karyanya, tampil dalam setting tempat yang bernama Kedhalu, sebuah negeri antah berantah, yang suasananya asri beraroma alam pedesaan khas nusantara. Indah dan permai.

Unsur lain yang selalu ingin dimunculkan Tasaro, adalah unsur keislaman, pun hadir dalam buku ini. Ada Kuil Perak, yang digambarkan sebagai tempat orang-orang suci dan alim. Yaitu, orang-orang santun yang senantiasa saling mengucap salam. Salam yang berhubungan dengan perlindungan Sang Maha Kuasa, yang maksud ucapannya adalah memohon kepada Sang Maha Kuasa agar orang di hadapannya diberi perlindungan. Menjawabnya dengan benar, bermakna serupa. Ucapan salam itu sendiri adalah Assalaamu’alaikum - Wa’alaikumsalaam, yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Kedhalu, menjadi: Nyabhamalunyamanyipul – Ganyamanyipulbhamal. Ada juga penggambaran tentang adab makan yang dijalankan oleh  penduduk Thedany, sebuah wilayah di Kedhalu Selatan yang kuat unsur keagamaannya. Mereka makan tak bersuara, tidak sambil berdiri apalagi berjalan. Mereka pun dilarang membuang-buang makanan (adaptasi dari larangan bertindak mubazir). Selain itu, dengan takzim mereka senantiasa menyembah pada sesembahannya, menjaga harmoni alam, dan berperilaku baik terhadap sesama. Tidak hanya itu, masih banyak nuansa keislaman yang tersirat dalam buku ini.

Ide Tasaro menciptakan bahasa Kedhalu, cukup menarik. Mungkin agar bukunya ini lebih ‘sah’ sebagai novel fantasi. Kalaupun ada pro-kontra, saya pikir itu biasa. Beberapa pembaca mengeluhkan kesulitan melafalkan bunyi, namun pembaca lain tetap merasa asik-asik saja. Tapi menurut saya, memang akan lebih seru bila terjemahan kata tersebut tidak langsung ke dalam bahasa Indonesia. Setelah kita tahu kode sandi bahasa Kedhalu, bahasa aneh itu  menjadi terang benderang. Entahlah, barangkali Tasaro tidak mau membuat susah pembaca juga.

Ada satu hal yang agak mengganggu, yaitu tentang bhepomany, sebuah tempat berlatih untuk mematangkan kemampuan pughaba. Sebetulnya kita bisa tangkap maknanya seperti sebuah padepokan silat. Namun adanya istilah ‘kelas’ menyiratkan itu benar-benar sebuah sekolah, yang mirip-mirip sekolahnya Harry Potter. Padahal kalau dicitrakan laksana padepokan silat, suasana Indonesia yang selalu ditonjolkan Tasaro dalam karya-karyanya, akan lebih terasa.

Terlepas dari itu, novel ini benar-benar membanggakan. Sebuah karya anak negeri dengan kelas dunia.

The Muhammad SAW Effect

Judul       :  The Muhammad SAW Effect
Penulis    :  Bambang Trim
Penerbit  :  Tinta Medina - creative imprint of Tiga Serangkai
Cetak I   :  2011
Tebal      :  166 halaman
ISBN     :  979-602-98552-9-6



Belum pernah saya temui sebelumnya kata ‘efek Rasulullah’, sampai kemudian saya melihat sebuah buku berjudul “The Muhammad Effect”. Hmm.. menarik, dan saya pun membelinya.

Adalah Bambang Trim, penulis buku ini, memaparkan keluhuran pribadi Rasulullah dengan sederet prestasinya dalam membangun peradaban. Pengaruh Muhammad SAW telah melahirkan cakrawala baru dalam kegemilangan Islam. Semangat kebaikannya menginspirasi sejumlah kisah sejarah yang beraroma kebangkitan positif. Semua kesuksesan itu terwujud karena sebuah efek dahsyat yang disebut penulis sebagai Efek Muhammad SAW.

Seperti apa Efek Muhammad SAW itu bekerja, diuraikan gamblang dengan bahasa yang mudah dipahami, tanpa istilah-istilah yang ruwet atau multitafsir. Keteladanan akhlak mulia, semangat juang, daya tahan, mukjizat dan intuisi Rasulullah merupakan magnet yang memiliki daya tarik kuat bagi seseorang untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri.

Buku ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali teori-teori pengembangan diri yang diusung oleh penganut The New Age Movement. Penulis merasakan kegelisahan spiritual ketika banyak buku membahas sesuatu berpusat pada keunggulan manusia. Karena itu pembaca diajak untuk menyadari bahwa pengembangan diri dan motivasi sejati hanya terdapat pada teladan terbaik sepanjang masa, Muhammad SAW.

Kegelisahan penulis semakin memuncak setelah membaca buku “The Secret” dan “The Power” karya Rhonda Byrne, juga buku “Law of Attraction” karya Michael J. Losier. Tiga buku International Best Seller ini diagungkan oleh sebagian besar manusia sejagat. Di dalamnya mengungkap sebuah pemikiran dalam bingkai New Age Movement, yang menyakini bahwa pusat kendali segala sesuatu adalah diri sendiri, bukan Tuhan. “Jika Anda berpikir bisa, Anda pun pasti bisa!” begitu jargonnya. Dari situ bermula kekaguman Byrne terhadap hukum tarik menarik (law of attraction) ini. Semesta akan mendukung jika seseorang akan memikirkan sesuatu yang baik dan positif dalam setiap gerak hidupnya. Lalu, Michael J.Losier pun mendefinisikan hukum ketertarikan ini dengan makna:  “Segala sesuatu yang saya pikirkan dengan segenap perhatian, energi, dan konsentrasi pikiran saya, baik hal yang positif maupun negatif, akan datang dalam kehidupan saya.” (hlmn 22)

Semua menjadi terang benderang, ketika penulis demikian rinci menguraikan penyimpangan-penyimpangan dalam LoA yang secara samar seolah selaras dengan hukum Islam. “Hukum Tarik Menarik vs Efek Muhammad” terungkap jelas dalam tabel pada hlmn 109-110. Dikuatkan dengan banyak firman Allah dan beberapa hadits qudsi, membuat kita tercerahkan dan meyakini bahwa metode pengembangan diri yang didengungkan para pengusung New Age Movement ini sungguh dangkal. Pijakan sesungguhnya dari pengembangan diri adalah dengan bercermin pada uswatun hasanah, Nabi Muhammad SAW. Sedangkan rahasia hidup, hukum tarik menarik, dan dukungan semesta adalah kuasa Allah.

Semoga Anda tercerahkan  pula, dan merasakan getaran dahsyat efek Muhammad SAW kala membaca buku ini. Aamiin.

Jurus Mendulang Ide

Judul         :  The Art of Stimulating Idea
Penulis      :  Bambang Trim
Penerbit    :  Metagraf - creative imprint of Tiga Serangkai
Tebal        :  198 halaman
Cetak I     :  2011
ISBN        :  978-602-9212-25-9



Ide, bagi penulis adalah bahan mentah yang butuh pematangan agar menghasilkan karya yang indah sekaligus bermanfaat. Proses pematangan itulah yang menentukan kualitas karya yang dihasilkan. Namun untuk memercikkan ide di kepala, bukan perkara mudah. Adakalanya penulis mengalami kebuntuan ide. Lalu, bagaimana memecahkan masalah demikian?

Buku “The Art of Stimulating Idea” karya Bambang Trim mengupas tuntas seluk beluk ide. Bagaimana memunculkan ide-ide segar nan brilian, mengeksekusinya, serta menerbitkannya.

Berbagai aktivitas yang mudah dilakukan untuk menstimulasi ide, dijelaskan gamblang. Menurut Bambang Trim, Tuhan menebar begitu banyak ide di semesta ini, lewat fenomena atau kejadian, pengalaman, maupun pemikiran manusia. Segala sesuatu yang diamati, didengar, dirasakan dengan kulit atau lidah, dibau, ataupun dipikirkan bisa menjadi gagasan hebat untuk menulis.

Setelah ide didapat, ia harus diikat dan diendapkan. Lalu bagaimana proses eksekusi ide dilakukan, dijelaskan lewat langkah-langkah yang mudah dipahami. Beberapa pertimbangan tentang minat, bahan tulisan, dan target pembaca yang akan dibidik, dipaparkan juga dalam bentuk format tabel yang praktis. Contoh outline ditampilkan pada penjelasan tentang menyusun kerangka ide.

Antisipasi penjiplakan ide, adalah salah satu hal yang penting dicermati, yang diuraikan dalam buku ini. Sesuatu yang masih dalam bentuk ide tidaklah dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Maka kita dapat menemukan di toko buku, berderet buku dengan tema sama, misal: buku tentang keajaiban shalat subuh. Begitu pula buku-buku parenting banyak yang membahas hal yang serupa.

Selain jurus mendulang ide, dibahas pula jurus-jurus insaf bagi penulis. Diantaranya: Insaflah untuk segera menulis, Insaflah untuk tidak memaksakan diri menjadi orang lain, Insaflah untuk melakukan benchmarking.

Masih banyak rahasia terselubung tentang ide yang dibongkar dalam buku ini. Dengan gaya bahasa ringan, jauh dari kesan njelimet, buku ini sangat layak direkomendasikan untuk dimiliki dan dibaca oleh para penulis. Sebagai komporis buku, Bambang Trim menyebarkan api semangat kepada para penulis agar mampu melahirkan buku bermutu. Bahkan beliau berbaik hati menyuguhkan 101 item ide penulisan dari berbagai topik. Setiap item bukan hanya sebaris kalimat, namun disertai uraian maksud ide tersebut.

Jadi, tunggu apa lagi..? Segera temukan ide dan tuliskan!

Tentang Cinta Dua Kutub

Judul     :  Jean Sofia
Penulis  :  Leyla Hana
Penerbit :  Laksana - Diva Press
Tebal     :  413 halaman
Cetak I  :  September 2011
ISBN    :  978-602-978-714-6



Cinta. Ia hadir bagai air. Menyejukkan dan menenangkan. Namun ia bisa datang dengan gemuruh yang riuh. Bagai ombak di laut lepas. Meski di kala lain ia damai bak danau hijau nan memukau.
Siapapun tak ada yang tahu kapan akan dijatuhi cinta. Tiba-tiba ia bisa menimpa tak terduga. Kepada orang yang kadang tak dinyana sebelumnya. Begitu pula yang dialami kedua tokoh dalam novel “Jean Sofia” karya Leyla Imtichanah.

Jean Adrianus Sofia, lelaki berparas tampan dengan hidung mancung bertengger proposional di wajahnya yang putih bersih.  Dalam tegap badannya dengan tinggi menjulang sekitar seratus sembuluh centi, darah Tionghoa-Perancis mengalir di dirinya. Ia mahasiswa ekonomi, yang tentu saja memiliki penggemar dari berbagai fakultas.

Sedangkan Sofia, bernama lengkap Sofia Zulaikha, gadis manis berdarah Jawa-Sunda. Ibunya asli Wonogiri, dan ayahnya asli Tasikmalaya. Tampak anggun dan menawan dalam balutan busana muslimah. Ia pun menuntut ilmu di fakultas ekonomi.

Dalam kesempatan kuliah bersama, Jean dan Sofia kerap bertemu. Tak ada yang spesial. Semua berjalan biasa. Namun seiring detik-detik yang berguguran, benih-benih cinta tumbuh di hati kedua insan yang tampak tak pernah bertegur sapa itu.

Mahasiswa ganteng dan mahasiswi cantik saling menaruh hati, apa istimewanya? Tunggu dulu, kawan.. ini kisah yang luar biasa. Sofia dengan atribut muslimah dan latar keluarganya yang sangat Islam berhadapan dengan Jean yang katolik, bahkan adik dari seorang biarawati. Di sinilah penulis meramu konflik dengan apik.

Apakah beda keyakinan mampu membelah cinta? Sanggupkah mereka terus membentengi hati dan menolak cinta dengan kuat? Bilapun masing-masing dari mereka menempuh jalannya sendiri dan menikah dengan pasangan yang seiman, bagaimana bisa mereka menepis keraguan akan keutuhan cintanya?

Leyla Imtichanah, sang penulis dengan deretan karya dan prestasi, menyajikan kisah cinta dua kubu yang bertolak belak belakang ini dengan gayanya yang ringan dan mengena di hati. Tuturannya lembut dan mengandung hikmah yang dalam. Juga sarat dengan nilai spiritual.

Setting kehidupan kampus dan dinamikanya cukup menarik. Lika-liku anak kost serta kegiatan kampus yang khas mewarnai kisah ini. Dialog-dialog antar mahasiswa nampak natural.

Berbicara kekurangan dalam buku ini, tidak banyak. Soal setting waktu, ada baiknya disebutkan tahun berapa.  Pembaca nampaknya terbelalak dengan harga murah seporsi makan siang yang masih di bawah lima ribu rupiah. Demikian juga ketika Jean membeli mobil mewah seharga ‘hanya’ tiga ratus juta rupiah. Beberapa adegan juga terasa kurang logis. Ayah Sofia yang sangat kuat memegang nilai-nilai Islam, namun begitu berang menghadapi kemelut rumahtangga anaknya hingga menyuruh bercerai. Pun, saat Sofia bersembunyi di Subang lalu menjalani hidup prihatin. Darimana ia beroleh uang untuk membeli pakaian, sedangkan di awal dikatakan ia hanya membawa pakaian yang melekat di badan saja. Dan hal lain yang terkait adegan kemiskinan ini terasa dipaksakan.

Anyway, meski tidak bertaburan kata-kata puitis, novel ini layak dibaca dan akan menyisakan perenungan tentang hakikat cinta dan kepasrahan kepada Allah, Penggenggam Jiwa. Di dalamnya menggambarkan pergulatan batin dari pencarian jati diri muslim sejati.  Dan betapa cinta, seharusnya hanya ditujukan bagi seorang yang cinta kepadaNya. Sehingga jalinan cinta terikat erat dalam cinta kepadaNya, selalu dan selamanya.

Kali Ini.. Buku Anak-Anak

Judul      :  Malik dan Kebab Persahabatan
Penulis    :  Bambang Trim
Penerbit  :  Tiga Serangkai
Tebal      :  24 halaman
Tahun  :  2010
ISBN      :  978-979-084-284-7



Ini kisah tentang sepasang sahabat yang sebaya usia, bernama Malik dan Jamal.  Keduanya yatim piatu, dan  sejak kecil diasuh oleh Babah Ahmad, seorang ahli pembuat kebab. Mereka tinggal di pinggir kota Turki.

Babah Ahmad mengajarkan cara membuat kebab yang lezat kepada Malik dan Jamal, hingga mereka kemudian menjadi penjual kebab terkenal. Pasangan sahabat itu masing-masing mempunyai kedai kebab di kota. Namun, pada suatu hari keduanya bertengkar mulut, saling berebut pelanggan. Polisi pun datang, dan membawa mereka ke pengadilan. Apakah yang dilakukan Hakim Kota dalam menghadapi pertengkaran Malik dan Jamal? Mengapa kemudian Jamal menggigil ketakutan? Akankah pertengkaran itu berakhir dengan damai? Lalu, kebab yang manakah yang disebut kebab persahabatan?

Kisah dalam buku ini mengajak anak-anak untuk menyelami makna persahabatan. Mana yang lebih penting antara kepentingan pribadi dan kebersamaan. Kerjasama yang baik ternyata membuahkan hasil yang baik pula. Selain itu, ada pula ajakan untuk selalu berbagi kepada orang-orang miskin. Seperti yang dilakukan oleh Malik dan Jamal, dengan membagikan beberapa kebab kepada kaum papa.

Yang tidak kalah menarik, buku ini pun menambah pengetahuan dengan pemaparan asal-usul kebab. Makanan khas Turki ini baru dikenal dengan sebutan kebab pada zaman Kesultanan Utsmaniyah. Penjelasan lainnya disampaikan dengan bahasa yang riang.

Pengenalan pada profesi juga disiratkan oleh buku ini. Menjadi pengusaha kuliner adalah cita-cita yang bisa dijadikan pilihan oleh anak-anak. Jangan lupa, menjadi pengusaha harus adil dan mampu bekerja sama dengan baik. Itulah pesan lain yang dapat ditangkap dari kisah Malik dan Jamal ini.

Tidak salah bila buku ini menjadi teman yang menyenangkan bagi anak-anak. Ilustrasinya menarik dengan warna-warna cerah yang tidak mencolok. Buku ini merupakan rangkaian seri “Kidspreneur Story”, dengan dua judul lain yaitu: Ling-Ling dan Bakpao Keberanian, Martha dan Piza Kebahagiaan.

*****

Recommended Book For Lajangers

Istilah ta’aruf, meski sudah semakin dikenal, namun masih banyak orang yang belum tahu mengenai seluk beluknya. Buku terbaru karya penulis Leyla Hana a.k.a. Leyla Imtichanah ini memuat pemaparan gamblang tentang ta’aruf. Dengan ciri khas penulis yang menggunakan bahasa ringan, maka tema serius ini tersaji dalam hidangan bergizi yang enak disantap. Penjelasannya sederhana dan mudah dimengerti. Dilengkapi dengan dalil-dalil syar’i yang menguatkan.

Buku ini terbagi dalam dua bagian. Yang pertama, berisi: Pengertian Taaruf, Persiapan Taaruf, Dos and Don’ts Saat Taaruf. Yang kedua, mengupas tentang Tips dan Trik Meraih Hati Calon Mertua, Panduan Melamar, dan Taaruf Setelah Menikah. Bagian pertama tersebut telah diterbitkan lima tahun lalu dengan judul: “Taaruf Keren, Pacaran Sorry Men!”. Kini, hadir dalam edisi revisi, dilengkapi dengan bagian kedua, sehingga buku ini lebih informatif.

Beberapa pembahasan disertai dengan cuplikan kisah-kisah nyata yang bisa langsung diselami hikmahnya. Misal tentang kondisi saat calon pasangan hidup ternyata tidak sesuai dengan keinginan, tentang bagaimana mewaspadai taaruf ganda, tentang menyikapi sebuah penolakan, dll. Ada juga kisah-kisah bahagia yang dialami oleh pasangan yang bertaaruf, pun tak ketinggalan kisah sedih yang mewarnai proses taaruf.

Buku ini berupaya memberi info yang berimbang. Ketika buat para lelaki ada catatan tentang etika mundur, buat kaum wanita dikupas tentang etika menolak atau membatalkan lamaran. Namun, sayangnya tidak ada yang berangkat dari sudut pandang perantara ta’aruf. Padahal kalau disertakan juga cuplikan pengalaman beberapa orang perantara, tentu akan membuat pembahasan taaruf ini lebih komplet.

Selain mengupas taaruf sebagai jalan menuju pernikahan, hadir pula ulasan tentang HTS (hubungan Tanpa Status) yang sering diklaim sebagai cara ‘aman’ karena tidak mengatasnamakan pacaran, juga tentang Pre Marriage Syndrome, dan hal-hal lain yang terkait.

Pembicaraan tentang taaruf ini, ternyata terus berlanjut hingga pasca pernikahan. Bagaimana menyikapi kepribadian yang jauh berseberangan, mengenal keluarga pasangan, perbedaan suku, sampai bagaimana menyikapi pernikahan yang hampa cinta.

Pada penghujung buku, pembaca akan mendapati kisah-kisah menarik yang inspiratif. Tentang taaruf instant, dituturkan oleh Viana Akbari, seorang bidan yang kini tinggal di Depok. Lalu seorang executive engineer bernama Bella, yang kini bermukim di Doha, berkisah tentang perjodohannya dengan seorang pria Mesir. Ada pula seorang guru SD, Naqiyyah Syam, yang mengalami beberapa kali proses taaruf hingga akhirnya berjodoh dengan ‘Pangeran Biru’-nya. Kemudian kisah-kisah ini ditutup oleh pengalaman sang penulis sendiri yang juga melalui jalan berliku hingga akhirnya menemui ending manis.
   

Sabtu, 17 Maret 2012

Happy With Good Nanny

Judul      :  Happy Working Mom
Penulis    :  Aprilina Prastari Gaib
Penerbit  :  PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal      :  168 halaman
Cetakan  :  2011
ISBN      :  978-979-22-7711-1

Sudah sering kita temui perdebatan dengan topik ibu rumah tangga (full time mother) vs ibu bekerja (working mom) selalu menjadi perbincangan seru yang tidak jarang berujung pada debat kusir tak berkesudahan. Masing-masing pihak mempertahankan argumennya demi sebuah pembenaran. Yang IRT merasa pilihannya adalah yang paling tepat mengingat perkembangan buah hati yang berada pada masa emas tentu sangat riskan bila ditinggal untuk bekerja. Sementara pihak ibu bekerja menolak dipersalahkan sebagai ibu yang tega meninggalkan anak lalu menyerahkan pengasuhannya kepada orang lain (baca: pengasuh atau asisten rumah tangga).

Buku “Happy Working Mom” hadir bukan sebagai media pembenaran dan pembelaan kepada pihak ibu bekerja. Tidak tampak maksud Aprilina Prastari Gaib, penulis buku ini, untuk mempertentangkan kedua kubu tersebut. Buku ini hadir lebih sebagai oase bagi para ibu bekerja yang haus informasi akan tips-tips atau kiat-kiat seputar permasalahan yang dihadapi ibu bekerja dengan titik tekan pada penanganan dan pengasuhan buah hati, dari usia bayi hingga usia masa sekolah dasar.

Penulis yang malang melintang dalam dunia kerja selama lebih kurang sepuluh tahun, menuturkan pengalamannya dan berbagi pengetahuan praktis dalam bahasa yang ringan dan enak dibaca. Penulis juga menebarkan semangat agar para ibu bekerja tetap tegar menghadapi aneka masalah yang timbul yang kerap mengganggu kinerja serta berdampak pada ketenangan hati.

Dengan menetapkan pilihan untuk bekerja, seorang ibu mendapat beban tambahan. Selain bertanggung jawab pada penyelenggaraan kehidupan rumah tangga yang baik dan harmonis, juga dituntut oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk profesional di bidangnya. Hal ini potensial menimbulkan stress apabila pengelolaan berbagai masalah tersebut tidak dibarengi dengan informasi akurat. Maka buku ini hadir untuk membantu menjawab permasalahan itu.

Buku ini diurai dalam 10 bab yang bertajuk “Catatan Bunda”. Jadi terdapat Catatan Bunda 1 hingga Catatan Bunda 10. Masing-masing mengusung satu tema sentral yang dibahas terperinci.

Pada Catatan Bunda 1, membicarakan tentang alternatif menjadi ibu bekerja sebagai pilihan yang memiliki konsekuensi tertentu. Pilihan ini seyogianya diambil setelah dikaji dengan pasangan lalu disepakati sebagai keputusan bersama. Maka beban keluarga, khususnya anak-anak, menjadi tanggung jawab bersama pula. Selain itu, dipaparkan juga jenis pekerjaan yang bisa dipilih, yaitu: membuka usaha sendiri, bekerja paruh waktu, atau bekerja kantoran purna waktu. Pilihan jenis pekerjaan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang bisa disesuaikan dengan kondisi pembaca. Info yang lengkap, bukan?

Catatan Bunda 2 berkisar seputar persiapan sebelum bekerja lagi. Hal ini terutama bagi para ibu yang sebelumnya sudah berketetapan menjadi ibu yang penuh waktu di rumah, namun kemudian ternyata harus bekerja lagi. Bagaimana persiapan mental sang ibu, mengusir kegamangan, menyiapkan si anak, mencarikan penjaga atau pengasuh anak, hingga kemudian mampu meninggalkan anak dengan tenang, diulas dengan contoh-contoh konkrit permasalahan yang terjadi. Bab ini ditutup dengan penekanan pada pentingnya kekuatan doa sebagai faktor penentu keberhasilan masalah ini.

Bagi ibu yang baru melahirkan, lalu setelah cuti berakhir harus kembali bekerja, apa saja yang harus dilakukan? Jawabannya dapat ditemui pada Catatan Bunda 3. Bagaimana agar tetap bisa memberikan ASI Eksklusif, dibahas panjang lebar dengan tips-tips praktis yang mudah diikuti. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi ibu bekerja untuk terkendala dalam program ASI Eksklusif bagi buah hati tercinta.

Serba-serbi masalah pengasuh atau asisten rumah tangga, menjadi pokok perbincangan pada Catatan Bunda 4. Di sini dipaparkan contoh-contoh masalah yang biasa terjadi berikut solusi serta langkah yang perlu diambil. Masalah pengasuh ini sangat urgent  karena dia-lah yang menjadi partner ibu bekerja dalam menghandle urusan keluarga, terutama pendampingan anak-anak.

Masalah pengasuh atau asisten rumah tangga, masih menjadi perbincangan dalam Catatan Bunda 5. Kali ini lebih ditekankan pada kerjasama dalam pengasuhan bayi dan pemberian ASI Perah, terutama bila ibu mendapat tugas dinas ke luar kota.

Pada Catatan Bunda 6, berisi kiat-kiat menghadapi buah hati yang beranjak menjadi batita. Permasalahan klasik, seperti: anak susah makan, doyan nonton TV, hobi jajan, dibahas dengan dilengkapi point-point solusi yang tepat. Tidak ketinggalan pula pendapat ahli pendidikan yang mendukung pentingnya bermain bagi anak.

Masa sekolah dikupas pada Catatan Bunda 7. Diawali dari usia Play Group atau Kelompok Bermain, lalu usia Taman Kanak-Kanak, hingga usia Sekolah Dasar. Di sini dihadirkan kiat-kiat dalam menghadapi permasalahan yang timbul pada setiap jenjang sekolah tersebut. Bahkan untuk usia sekolah dasar, bagaimana memantau PR, menyiapkan ulangan, mengajarkan materi pelajaran yang tidak atau kurang dipahami anak, menjaga peralatan sekolah agar tidak sering hilang, hingga mewaspadai stress pada anak, semua dibeberkan gamblang.

Memupuk kebiasaan baik pada anak, menjadi topik pada Catatan Bunda 8. Terbagi dalam dua titik tekan, yaitu: Kebersihan dan Kesehatan, dan Membangun Kepribadian yang Baik. Ditampilkan pula tabel pola sikap orangtua terhadap kepribadian anak, dari pendapat pakar psikologi dunia.

Lalu bagaimana bila buah hati sakit? Masalah ini akan menjadi sangat pelik bila cuti atau izin kantor sulit didapat. Maka ikutilah langkah-langkah yang disampaikan penulis pada Catatan Bunda 9.

Terakhir, Catatan Bunda 10 membahas hal juga tidak kalah penting bagi ibu bekerja, yaitu: Me Time! Ya, dengan beban berlipat, demi menghindari stress, jangan lupa mengalokasikan waktu untuk diri sendiri. Beberapa alternatif kegiatan yang dihadirkan dalam bab ini, sangat menarik untuk dilakukan.

Selain pemaparan pengalaman penulis sebagai ibu bekerja, dalam buku ini hadir pula catatan sang suami penulis. Diharapkan para suami yang memiliki istri bekerja, membaca tulisan ini. Karena kunci sukses membangun keluarga yang sehat dan harmonis, adalah sinergi pasangan yang saling mendukung. Bagaimana itu bisa terbangun, dipaparkan dalam gaya persuasif oleh Gaib M.Sigit, suami penulis buku ini.

Dengan isi yang lengkap, buku ini semakin menarik ditunjang oleh tampilan covernya. Didukung warna-warna cerah ceria mewakili kesan happy serta ilustrasi yang sesuai. Namun tulisan sub judul terlalu besar sehingga ruang cover terkesan penuh dengan tulisan.

Hal yang patut diacungi jempol dari penulis buku ini adalah menampilkan contoh-contoh tabel dan catatan dalam keluarganya. Tabel ini berisi hal-hal baik yang dilakukan anak yang dituliskan oleh pengasuh guna memantau kegiatan anak sehari-hari. Juga catatan ibu berupa kalender khusus yang berisi tugas, PR, ulangan anak, atau jika ada hal khusus di sekolah (pulang lebih cepat, misalnya), yang sangat bermanfaat sebagai pengingat. Selain itu, anak usia SD juga menuliskan daftar tugas atau PR dari sekolah sehingga memudahkan orangtua memantau tugas anak.

Buku ini cukup memadai untuk dijadikan referensi bagi ibu bekerja. Namun menilik dari sub judul buku ini, yaitu: Kiat-Kiat Praktis Merawat dan Mengasuh Anak untuk Ibu Bekerja, terasa kurang tepat. Akan lebih baik bila tidak disertai sub judul, tetapi cukup “Happy Working Mom” saja. Jika ditarik satu kesimpulan, maka pemegang kunci utama dalam proses perjalanan ibu bekerja adalah pengasuh atau asisten rumah tangga. Dalam hampir setiap permasalahan yang timbul, lagi-lagi pengasuh-lah yang mengambil peran. Ibu bekerja harus pandai berkomunikasi dengannya, agar pemecahan masalah bisa tertangani dengan baik. Semisal: saat buah hati sakit, susah makan, sering membangkang, maka kemampuan komunikasi yang baik dengan pengasuh atau asisten rumah tangga-lah yang harus dimiliki ibu bekerja. Maka, menjadi happy working mom dapat terwujud dengan hadirnya good nanny. Dalam upaya mendukung terwujudnya good nanny, dibutuhkan pengetahuan dan kecakapan dalam penanganan berbagai kasus atau masalah yang timbul. Di sinilah peran buku ini. Insya Allah, Anda pun akan merasa happy.
*****

Potret Buram Album Cyber Crime dan Human Trafficking

Judul      :  Persona Non Grata (Yang Terbuang)
Penulis    :  Riawani Elyta
Penerbit  :  Gizone – Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi
Cetakan I :  Desember 2011
ISBN         :  978-602-8277-50-1

Aku tak perlu bercerita panjang lebar akan apa yang kualami setelah itu. Karena aku yakin, itu bukan cerita yang pertama kali kau dengar. Bahkan mungkin saja kau sudah muak, gerah, atau justru menganggapnya tak lebih fenomena belaka yang memang dikondisikan untuk selalu ada. Agar mereka yang berada di lembaga-lembaga sosial selalu punya pekerjaan, agar para pria hidung belang tetap punya wadah untuk melampiaskan kelebihan uang dan nafsu, agar pabrik ARV tetap eksis, agar para feminis dan pengusung HAM tetap punya korban untuk mereka perjuangkan sebagai bentuk kepedulian.(halaman 269)

Rentetan kalimat di atas begitu menohok, merupakan cuplikan dari novel yang akan kita bicarakan di bawah ini. Diucapkan oleh seorang perempuan korban human trafficking. Aroma putus asa kental terhirup di dalamnya. Merasa terpinggirkan dan hanya menjadi beban. Kadang didengarkan tetapi tak dihiraukan. Menuai rasa iba, namun hanya terhenti di situ atau bahkan menjadi imun, dan menganggap kisah kelam perempuan-perempuan teraniaya itu tak lebih dari realitas sosial belaka. Sehingga permasalahan ini tak kunjung diurai tuntas sampai sel terkecil di dalamnya.

“Persona Non Grata” ditulis oleh Riawani Elyta, seorang novelis cerdas, yang bisa dibilang pendatang baru dalam khazanah novel Indonesia. Boleh jadi Anda belum mengenalnya, karena memang popularitasnya belum menyamai Tere Liye atau Andrea Hirata. Tapi, cobalah membaca karyanya, Anda akan dibuat terpukau oleh jalinan cerita yang dihidangkannya dalam gaya bahasa yang mengalir lincah namun tak menghilangkan bobot kualitasnya.

Novel ini berkisah tentang petualangan pemuda tampan bernama Dean Pramudya, anak pengusaha papan atas negeri ini, yang dengan kepiawaiannya di bidang komputer mengantarkannya menjadi leader dalam sebuah komunitas crackers, dan menahbiskan dirinya sebagai The Prince. Ia dan anggota-anggotanya yang berotak encer, yang tergabung dalam Cream Crackers, berasyik masyuk dalam kegiatan yang tidak hanya mengandalkan ketajaman otak, namun juga memacu adrenalin. Dengan lihai mereka membajak rekening-rekening para milyarder, mulai dari pembuatan kartu kredit palsu, pembobolan ATM, hingga menyelusup ke internet banking.

Motivasi para anggota CC (Cream Crackers) beragam, ada yang tergiur oleh rupiah yang dihasilkan, juga ada yang tersebab dendam pribadi pada pihak tertentu. Dean sendiri, sebagai pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya yang menggurita, tentu mustahil karena alasan rupiah. Anda bisa memahaminya setelah membaca utuh novel ini.

Ketegangan demi ketegangan mewarnai perjalanan Dean dalam aksinya.  Membidik permasalahan cyber crime tidak menjadikannya sebagai tempelan belaka, namun penguasaan penulis tentang seluk beluk model kejahatan kerah putih ini, sungguh patut diacungi jempol. Pembaca disuguhi oleh berbagai info tentang istilah-istilah dalam dunia crackers, juga modus yang dilakukan oleh mereka.

Jangan mengerutkan kening dulu dan beranggapan bahwa ini adalah novel kriminal yang njelimet. Sisi romansa tetap hadir dalam kisah cinta yang syahdu dan mengharu biru. Cinta Dean berlabuh pada seorang pelacur, korban human trafficking. Di sinilah kecerdasan penulis bermain, menyandingkan dua permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi benang kusut di negeri ini: Kejahatan kerah putih dan penjualan gadis-gadis di bawah umur sebagai komoditi seks.

Perpaduan dua hal ini menyeret pembaca pada sebuah kenyataan pahit yang terjadi, yang entah hingga kapan akan usai. Penuturannya, lagi-lagi disertai dengan pengetahuan yang dalam tentang fakta tersebut, tampak rinci dan detil, dengan tetap dibalut oleh bahasa yang ringan namun tidak terlepas dari diksi yang cantik.

Kisah perempuan penjaja seks, tidak terlepas dari penyakit menyeramkan akibat digerogoti virus HIV. Maka dalam novel ini juga hadir kisah perjuangan para ODHA, yang ternyata tidak hanya tersebab ia pelaku seks komersial, namun karena tertulari oleh orang terdekatnya. Bagaimana jatuh bangun mereka di sisa hidupnya, diungkap secara halus dan terasa menyentuh.

Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta Dean dengan pujaan hatinya? Akankah mereka bersatu? Dan, bagaimana pula dengan aksi kejahatan yang dipimpin Dean, The Prince, terbongkarkah oleh aparat penegak hukum? Atau, apakah Dean tetap aman di balik nama besar ayahnya? Semuanya menjadi jalinan cerita apik dengan alur melompat-lompat nan lincah yang mengaduk emosi. Saya bisa merasakan gairah penulis yang dengan excited menghadirkan misteri-misteri yang menjadi kejutan-kejutan mencengangkan, kemudian. Pembaca akan mendapati selubung rahasia-rahasia itu terbuka tanpa bisa menduga sebelumnya. Meski ada beberapa yang mungkin tidak meleset dari dugaan Anda, namun penyampaiannya tetap smooth.

Satu lagi keahlian sang penulis adalah menyuguhkan setting yang menawan dengan detil nyaris sempurna. Mungkin saat latar mengambil lokasi di Batam, agak masuk akal dikenali dengan baik, karena tempat tinggal penulis tidak jauh dari sana. Tapi ketika memasuki ibukota, wow.. lekuk liku belantara Jakarta pun dikuasainya dengan sangat baik. Termasuk ketika membicarakan Bali yang menjadi tempat persinggahan Dean di akhir cerita.

Selain setting tempat, penulis pun fasih menuturkan setting suasana, kondisi tempat, dan gambaran fisik serta psikis tokoh-tokohnya. Pembaca benar-benar dimanjakan dalam hal ini.

Ada sedikit yang mengganggu, yaitu tentang nama Dean. Saya pikir, ini akan dibaca seperti ‘Den’, yang kita ucapkan saat menyebut nama James Dean. Namun ternyata, teman-teman serta keluarganya, memanggil potongan namanya dengan ‘De..’. Ini membuat saya bertanya-tanya, apakah ‘Dean’ yang dimaksud dipanggil dengan sebutan ‘De-An’..? Hmm.. cukup aneh buat saya.

Lalu ketika berbicara tentang Rowena, tidak ada info di mana dia tinggal sebelum menikah dengan Arya. Terasa janggal saat Raisa menemuinya, yang konon menempuh jarak ribuan mil. Bukankah Raisa diperdagangkan di Batam? Dan Rowena pun saat itu tinggal di Batam?

Oh ya, tentang judul novel ini, apa yang Anda pikirkan tentangnya? Sejujurnya, saya teringat pelajaran IPS masa sekolah dulu tentang hubungan diplomatik antarnegara atau tentang kebijakan politik suatu negara.  Menurut Wikipedia, persona non grata adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin yang dipakai dalam perkancahan politik dan diplomasi Internasional. Makna harfiahnya adalah orang yang tidak diinginkan. Orang-orang yang dipersona-non-gratakan biasanya tidak boleh hadir di suatu tempat atau negara. Apabila ia sudah berada di negara tersebut, maka ia harus diusir atau dideportasi. Nah, dalam novel ini, Persona Non Grata bermakna harfiah yaitu orang-orang yang tidak diinginkan, atau seperti yang juga terdapat di bawah judul tersebut, ditulis dalam tanda kurung yaitu: Yang Terbuang. Jadi, hilangkan dari pikiran Anda bahwa cerita dalam novel ini akan melibatkan lebih dari satu negara.

Sekarang kita bicara tentang cover. Dominasi warna biru, terasa membosankan. Pun sosok lelaki tampak belakang, berjaket dengan capuchon, kurang mencerminkan sosok Dean yang tampan dan brilian. Tampaknya akan lebih baik bila sosok itu tidak dalam bentuk setengah badan, sehingga dalam wujud utuh (meski tampak belakang) akan lebih menampilkan aura tampan dan pintarnya tersebut. Namun, ada yang menarik pada cover ini, yaitu sepasang mata milik perempuan, yang saya pikir cukup merepresentasikan mata almond nan menawan, yang dipunyai tokoh perempuan dalam novel ini, yang tidak lain yaitu gadis yang memikat hati Dean. FYI, mata indah ini juga mirip dengan wujud asli mata sang penulis.

Terlepas dari sedikit hal yang mengganjal saya selaku pembaca, novel ini sangat layak direkomendasikan sebagai bacaan cerdas yang terasa maskulin namun tetap menonjolkan sisi feminin. Ia pun mengajak pembaca pada perenungan akan penerimaan hamba atas sesuatu yang bernama takdir, dan kesempatan sisa waktu yang dimiliki, untuk sebuah pertobatan. Ini juga salah satu ciri khas penulis yang satu ini, yang senantiasa menonjolkan sisi humanis dengan penekanan pada nilai-nilai Islam.

Setelah novel sebelumnya karya penulis, meraih best seller, tampaknya novel ini pun akan mengikuti jejak ke arah itu. Dijamin Anda tidak akan menyesal membelinya dan menghabiskan waktu dengan membacanya, mengingat hal-hal yang telah saya sebutkan di awal. Tidak heran bila karya ini meraih predikat gelar juara ke-2 dalam event Sayembara Novel Inspiratif pada tahun 2010 lalu, yang diselenggarakan oleh Penerbit Indiva.