Senin, 22 Juli 2013

Ketika Hujan Menyisakan Pelangi

Judul Buku                :  Rainbow
Penulis                        :  Eni Martini
Penerbit                      :  Elex Media Komputindo
Terbit                         :  Cetakan I, Juli 2013
Tebal Buku                :  vi + 201 halaman
ISBN                           :  978-602-02-1609-6


Usai hujan turun, kerap tampak sebuah busur warna-warni melengkung indah menghiasi langit. Itu pulalah yang sering menjadi tamsil kala sebuah keadaan yang berat dihadapi, maka pada akhirnya akan tiba sesuatu yang indah bak pelangi sehabis turun hujan.

Nah, aku baru saja menelusuri pelangi versi Mbak Eni Martini dalam novel terbarunya Rainbow, terbitan Elex Media. Rasanya seperti betul-betul mengalami hujan yang membuat kuyup, namun setelahnya pelangi cantik tersenyum menampakkan diri.

Ini kisah sebuah rumah tangga baru. Pasangan muda yang serasi. Akna dan Keisha. Cantik dan ganteng. Saling mencintai. What a nice couple. Boleh jadi membuat iri, melihat kebahagiaan mereka. Namun sebuah rencana yang terancang sempurna, perayaan romantis memperingati first anniversary mereka, tiba-tiba porak poranda. Sebuah kecelakaan merenggut kebahagiaan yang tampak di depan mata. Tidak ada perayaan romantis, yang ada hanya menangis. Akna, suami gagah dan selalu menjadi pelindung, kehilangan kaki kanan karena amputasi yang tak terelakkan. Berubah ia, menjadi rapuh bak kayu lapuk yang dimakan jaman.

Bagaimana perjalanan rumah tangga mereka kemudian? Mampukah Akna bangkit dari keterpurukan akibat perasaan tak berguna sebagai orang cacat? Berhasilkah Keisha menyemangati Akna untuk kembali menjadi seorang suami normal? Apa saja yang Keisha lakukan demi tetap menjaga kondisi perekonomian keluarga karena Akna dirumahkan dari perusahaan?

Lika-liku perjuangan Keisha, jatuh bangunnya menghadapi Akna yang seketika berubah bagai monster, dirangkai dalam jalinan cerita yang manis. Penokohan berhasil dibangun rapi. Akna yang matang menjadi Akna yang hancur, Keisha yang selalu dimanja menjadi Keisha yang mandiri, lalu para sahabat, Emi dan Romi, semua hadir dalam porsi yang pas.

Meski novel ini tergolong ringan, namun ia membawa pesan moral yang dalam. Betapa sebuah keadaan tenang bisa berganti penuh gejolak. Musibah yang datang bisa sama sekali tak terprediksi. Dan kita semua harus siap untuk itu. Tidak berhenti pada titik pasrah, namun harus disertai dengan kesediaan untuk berdamai dengan takdir. Mustahil Tuhan membiarkan hambaNya terseok sendiri. Ketika kita sungguh-sungguh berusaha keras, positif thinking, disertai doa yang tak putus, maka yakinlah pintu akan terbuka menuju hikmah kebaikan yang melimpah. Setidaknya ia mendewasakan.

Novel ini jauh dari monoton. Di dalamnya ada sisi-sisi romantis yang maniiis dan lembuut, ada pula sisi komikal yang riang, kocak-kocak bergembira. Pada bagian yang mengharu biru, tak terasa pipi membasah, ga mengekspos banget kesedihan, tapi pilunya terasa halus dan menyentuh.

Selain manis legit pahit getir masalah rumah tangga, lengkap dengan konflik campur tangan mertua, novel ini pun menghadirkan sisi indah persahabatan. Sikap Emi, sahabat Keisha, dan Romi, sahabat Akna, tulusnya terasa sampai ke hati.

Kalau bicara kekurangan, tentu tak ada gading yang tak retak. Retakan yang terdapat dalam novel ini masih biasa-biasa saja. Aku hanya sedikit terganggu dengan beberapa typo. Lalu beberapa ‘hehehe’.. rasanya ga perlu ada deh, Mbak Eni.. :)  Oh ya, panggilan Keisha, juga agak-agak membingungkan. Panggilan sayang dari Mamanya, Kekei atau Keike? Atau dua-duanya? Untuk cover, kupikir akan lebih cakep kalau ada ilustrasi pelangi yang melatari. Meski cover yang sekarang ini pun sudah cukup menawan dan eye catching.

Ada lagi yang bikin novel ini asyik. Cuplikan lagu-lagu turut mewarnai beberapa adegan. So sweet deh. Dan, setelah baca novel ini, aku sempat berpikir jadi novelis itu kayaknya susah ya. Deskripsinya sangat detil dan untuk beragam hal. Di novel ini, ketika membicarakan tentang masakan, segala bumbu dijelaskan dengan gamblang. Baik itu masakan Perancis, pun masakan dari Tanah Batak. Lalu tentang seluk beluk online shop, tentang rupa-rupa barang keperluan bayi, sampe proses pemakaian kaki palsu. Semuanya rinci. Penulis benar-benar menguasai materi. Tapi ada beberapa juga yang rasanya terlalu ‘cerewet’.. mungkin ini cetusan alam bawah sadar sang penulis yang memang enerjik dan lincah berbicara.. :)

Salut buat Mbak Eni Martini yang berhasil dengan cantik mengemas kisah Akna-Keisha dalam sebuah novel yang keren. Buat yang penasaran sama novel ini, sila segera memburunya di Gramedia dan toko buku lainnya.
Moga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang hadir dalam setiap episode kehidupan. Bisa menikmati cantiknya pelangi yang muncul di ujung hujan. Meski konon kini tak setiap hujan menyisakan pelangi, namun pelangi hakiki ada di dalam hati yang ikhlas.

Trimakasih Mbak Eni, yang senantiasa menghadirkan pelangi dalam persahabatan kita..





Sabtu, 13 Juli 2013

Miss Killer, Hatinya Selembut Softener

Nama Leyla Imtichanah, seingatku pertama kali aku tahu dari sebuah buku tentang anak-anak hebat yang berkisah mengenai bunda-nya yg luar biasa. Ada Shahnaz Haque, Okky Asokawati, Tasaro GK, dan sejumlah nama pesohor lainnya, termasuk di dalamnya seorang Leyla Imtichanah.

Ketika aku baru punya akun fb, kujumpai lagi nama itu, dan berteman dengannya. Aku membaca note-nya, lalu aku komen sambil berharap minta di-tag untuk note selanjutnya. Dan.. terbelalaknya aku, ketika benarlah namaku ada dalam daftar tagging pada note berikut. Wah.. ternyata penulis ngetop itu ramah ya, pikirku.

Lalu aku berjumpa lagi Mbak Leyla Imtichanah di sebuah grup untuk ibu-ibu rumah tangga. Dari grup itu, terbentuk lagi grup dengan jumlah yang sangat terbatas, sekitar 40-an orang saja. Di sana keakraban lebih erat terjalin. Maka, hubunganku pun kian dekat dengan Mbak Leyla Imtichanah.

Pertama kali bertemu secara fisik, aku agak terhenyak. Ternyata Mbak Ela, begitu ia biasa dipanggil, nggak se-rame di dunia maya. Aslinya, kalem banget.. J

Seiring lipatan waktu, kami lebih saling tahu karakter masing-masing. Mbak Ela orangnya ceplas-ceplos, komennya jujur. Karena kejujurannya itu, kadang ada yang merasa kaget. Tapi Mbak Ela care sama teman. Mungkin karena itulah, maka tidak menutup-nutupi pembicaraan, semua dibicarakan terbuka, sejujurnya, seadanya. Jadi Mbak Ela tuh komennya meski kadang pedes, tapi ngangenin.

Jiwa penulis dalam dirinya sungguh kuat, dan itu pulalah yang membuatnya tergerak untuk membentuk sebuah grup penulis, yang diberinya nama BAW alias Be A Writer. Dihimpunnya para penulis muda yang haus ilmu, dan diajaknya para penulis senior untuk bergabung, berbagi ilmu dan pengalaman. Di grup itu, Mbak Ela didaulat dengan sebutan Ibu Kepsek. Dan… sebagai kepsek, Mbak Ela cukup killer lho. Bukan dalam arti buruk. Bukan galak sembarang galak. Tapi Mbak Ela berupaya menerapkan disiplin kepada para member untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan kepenulisan. Yang tidak aktif, akan mendapat SP dan berujung pada remove, bila tak ada perbaikan. Wah… bikin kebat-kebit deh. Tapi tentu saja Mbak Ela tidak otoriter juga. Jika ada alasan yang logis dan janji yang sungguh-sungguh dari member, maka ia tidak dikenai sanksi remove.

Mbak Ela sangat membantu dan mendukung aku agar terus berusaha menulis dengan baik. Pernah mengajakku menulis duet untuk buku nonfiksi. Tapi sayangnya kandas di tengah jalan, karena sesuatu dan lain hal. Sementara penulis pemula lainnya yang juga diberi kesempatan berduet dengan Mbak Ela, novelnya baru saja terbit belum lama ini. Hiks.. aku jadi sedih karena proyek kami belum terlaksana, namun semoga suatu saat nanti akan mewujud nyata.

Kesensitifanku pada EYD juga mendapat perhatian dari Mbak Ela. Karena radar EYD-ku langsung menyala bila membaca tulisan teman-teman yang diposting di grup, maka Mbak Ela memberiku kepercayaan untuk menjadi editor bahasa pada proyek antologi perdana grup kami. Kemudian Mbak Ela juga pernah meminta pendapatku tentang naskah nonfiksinya bertema ta’aruf. Aku memberi beberapa masukan. Kupikir cuma pendapat sebagai pembaca awam saja, tapi ternyata Mbak Ela mengapresiasi dengan baik. Ketika buku itu terbit, aku diberinya satu. “Kan Mbak Linda first reader,” katanya. Duh, aku terharu, sungguh.

Di BAW, aku selalu berusaha aktif. Namun, suatu ketika badai menerpa hidupku. Aku tidak bisa aktif online karena dikepung masalah. Dan Mbak Ela sangat memahami kondisiku.

Maka, meski killer, bagiku Mbak Ela adalah sahabat yang hatinya lembut bak softener. Mbak Ela benar-benar tulus menyemangati dan menghiburku. Ketidakaktifanku di grup, tidak hanya sekedar dimakluminya. Bahkan inboxnya kerap ditujukan kepadaku dengan kalimat-kalimat motivasi.

Untuk mencegah padamnya hasrat menulisku, Mbak Ela sering secara khusus memberi info tentang lomba-lomba menulis. Karena Mbak Ela tahu, aku sudah amat jarang membuka fb, jadi tidak up-date info lomba. Dengan tulisan yang relatif tidak terlalu panjang, Mbak Ela berharap aku terus mengurai ide, memupuk kemampuan menulis, bahkan mungkin bisa menjadi semacam terapi bagiku yang tengah dilanda kemelut.

Pernah suatu ketika, aku kalah dalam salah satu lomba menulis. Mbak Ela ternyata mempelajari tulisanku, lalu menganalisa kenapa aku kalah. Aku pun diberinya masukan untuk lomba-lomba sejenis itu di masa mendatang.

  • https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn2/s32x32/203134_100002223486945_894414567_q.jpg
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif7:48am
Dear, Mba Linda. Aku baca postingan Mba tentang Modena. Kucari tau kenapa ga menang. Kayaknya krn Mba Linda menyebutkan harga Modena yg mahal. Meski aku jg bukan juara utama, aku mau kasih saran aja kalo postingan review produk jangan sebutkan kekurangannya, apa pun itu, krn niatnya tuk promosi. Ayo ikut lagi mba.. semalam kuposting info lomba gofress, lebih cepat nulisnya lbh baik. Moga sukses 
  • December 25, 2012
  • https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn1/s32x32/624069_100000690343022_752989222_q.jpg
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif5:36am
Mbak Elaaa.. makasiiih ..
Aku br buka fb lg krn bentrok sm mslh2 yg msh menghadang.

Persahabatan kami terus berlanjut. Kami saling curhat tentang apa saja. Karena aku jauh lebih banyak bilangan usianya (duh, kok nggak rela, bilang ‘lebih tua’.. hehe..), maka MbakEla kerap konsultasi tentang masalah emak-emak, semisal masalah KB, masalah rumah tangga, dll. Kami saling sharing, berbagi perasaan dan bertukar pengalaman. Sambil Mbak Ela tetap menyemangatiku untuk terus menulis.

·         https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn2/s32x32/203134_100002223486945_894414567_q.jpg
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif5:44pm
mba, aku ngflek terus nih. duuh... kenapa ya? jd bingung mau ibadah. aku ambil tgl 15 aja sbg hari haid, krn nyaris tiap hr kyk haid. bahaya ga ya? khawatir ga cocok iud nya.
oya mba lind kan bisa bhs jepang, nulis novel jepang aja, teenlit romance.baca komik remaja jepang aja. byk lomba novel tuh.
·         https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn1/s32x32/624069_100000690343022_752989222_q.jpg
6:00pm
Sejak pake iud ya, ngeflek nya? Klw memang sblmnya ga prnah, bisa jadi kmungkinannya krn ga cocok alat kontrasepsi. 
Istihadhoh spt itu, btul Mbak, ambil 15 hari sbg hari haid.
Duh, klw nyaris stiap hari, lebih baik priksa aja, nanti kan dikasi vitamin sm obat yg buat hormon gt. Trus dilihat perkembangannya. Stlh itu jd ketauan, apa memang harus ganti kontrasepsi atau ga.
Yg sabar ya, Mbak.. kbayang deh, pasti bingung dan cemas.. 
Tenangkan hati aja, just relax..
 
Skrg aku lg bikin cerita anak, kmrn abis ikut kelas menulis cernak. 

Aku bisa merasakan tulusnya perhatian Mbak Ela. Bahkan mungkin untuk hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Kala blog-ku sunyi senyap, Mbak Ela tanpa kuminta sering membaca dan memberi komen. Saat kulihat postinganku hanya ada 1 komen, ternyata itu adalah Mbak Ela. Hal itu terdapat pada banyak postingan. Aku terharu sangat. Aku merasa, itu adalah bentuk support Mbak Ela agar aku tetap mau menulis di blog.

Ketika aku menang GA yang diselenggarakan oleh BAW, Mbak Ela memilihkan hadiah yang pas dengan kebutuhanku.

·         https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn2/s32x32/203134_100002223486945_894414567_q.jpg
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif7:54am
mb linda mau buku apa dr indiva? ada dua buku anak2, tp penulisnya dewasa. aku mau kasih itu kan mb linda lg nulis novel anak.
·         https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn1/s32x32/624069_100000690343022_752989222_q.jpg
8:00am
Oh iya, mau!
Ya, Mbak.. aku mau coba kirim novak ke Indiva. Wah.. ini namanya pucuk dicinta ulam tiba.. makasiiih..

Begitu pun saat aku bertubi-tubi mengalami kekalahan dalam lomba, Mbak Ela tak henti menyemangati dan tetap memberi support.

·         https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn2/s32x32/203134_100002223486945_894414567_q.jpg
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif5:52am
Leyla Hana
nyesek kalo kalah itu biasa mba. aku jg gt, aplg klo nulisnya serius dan pake modal beli barang. skrg udah biasa krn srg ikut lomba dan srg kalah. langsung cari lomba lain. ayo mba semangat lg.
https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-prn1/s32x32/624069_100000690343022_752989222_q.jpg
6:33am
InsyaAllah skrg dah semangat lg, Mbak.. 
Harus terus nulis lagi, demi anak2.. spy bisa makan dan tetep sekolah..
 
*hadeuh.. sedih banget kyknya ya.. :)


Demikian persahabatanku dengan Mbak Ela. Terimakasiiih banyak, Mbak Ela. Semoga persahabatan kita tetap mengabadi dalam ketulusan.

Aku dan Mbak Ela, sama-sama berkacamata
***** 

Cerita ini diikutsertakan dalam Giveaway Ikakoentjoro’s Blog dan Lieshadie’s Blog -Indahnya Persahabatan Blogger-” 

Selasa, 09 Juli 2013

Revisi Tiada Lelah, Senyum Pun Merekah

Di alam fesbuk aku banyak berteman dengan para penulis. Beberapa dari mereka memang mengenalku, yang lainnya entah.. J  Ada juga yang sering wara-wiri terlihat namanya, belakangan baru berteman, eh.. baru nyadar ternyata kami pernah se-buku dalam satu-dua antologi.

Salah seorang temanku itu, namanya Ella Sofa. Di awal aku baru buka akun fb, cukup sering namanya kulihat hilir mudik dalam komunitas para penulis. Aku yang anak bawang, cuma melihat saja dari jauh.

Kini, aku bertemu lagi dengannya di grup penulis yang keren, BAW alias Be A Writer. Dan.. kabar terbaru dari seorang Ella Sofa adalah.. terbitnya novel karyanya yang berjudul “Temui Aku di Surga”.

Luar biasa perjalanan novel ini. Ditulis sejak tiga tahun lalu, diproyeksikan untuk ikut lomba novel Republika namun gagal karena deadline telah lewat. Lalu dikirim ke satu penerbit besar, namun belum berjodoh. 

Naskah tersebut pun mengendap, dibiarkan tak tersentuh, bukan bermaksud tidak lagi peduli, namun tugas sebagai ibu yang baru saja melahirkan, bisa dijadikan alasan utama. Selanjutnya, kesibukan menghadapi tugas-tugas domestik tanpa asisten yang membantu, semakin mengepungnya. Naskah itu pun tak sempat dijamah lagi.

Bersyukur Ella Sofa memiliki suami yang penuh pengertian. Ketika disampaikan niatnya untuk merevisi novel dengan niat agar benar-benar terbit, sang suami memberi respons positif. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga, sehingga istri tercinta memiliki waktu yang lebih luang untuk menulis.

Ide yang melesak-lesak di benak, segera Ella Sofa tuangkan dalam revisi novelnya. Beberapa bab dibuang, lalu ditambah dengan bagian yang lain. Tokoh-tokohnya mengalami pengembangan karakter, juga teknik penceritaan sedikit berbeda. Jalan cerita tetap mengacu pada ide besarnya, dengan perubahan di sana-sini. 

Semua ide revisi itu menurutnya seolah mendapat tuntunan dariNya setelah ia tersungkur dalam sujud di hadapanNya pada keheningan sepertiga akhir malam. Doa-doa dilangitkan, sarat dengan permohonan agar dilapangkan proses penulisan dan lancarnya ide. Subhanallah.

Akhirnya setelah melalui jalan yang panjang dan berat, naskah tersebut dikirim. Tak lama kemudian di-acc oleh sebuah penerbit besar yang ternama. Betapa bahagia tak terkata dan ucap syukur tak henti mengalir. Senyum merekah terkembang di bibir. Naskah novel itu telah menemukan jodoh yang tepat dan baik.

Setelah melalui proses revisi yang diminta oleh editor, naskah itu pun mewujud menjadi sebuah novel. Kini, novel yang bertajuk “Temui Aku di Surga” sudah beredar di Gramedia dan toko-toko buku lainnya.

Novel ini menarik, karena ceritanya tidak pasaran. Ada kisah tentang persahabatan, intrik-intrik politik, dan tentu saja kisah cinta yang tidak mudah ditebak. Semua dibalut dengan nilai-nilai Islam.

Berikut sinopsisnya:

Malik, si anak manja dan mantan preman itu telah insaf. Bahkan ia sempat menikmati kehidupan dalam pesantren selama beberapa tahun. Ia bertemu dengan Yudho, seorang pemuda miskin yang memberikan energi baik padanya. Mereka menjadi sahabat layaknya saudara. 

Saat mereka begitu akrab, Malik menghadapi situasi berat dalam hidupnya. Ia harus rela melepas hubungan cintanya dengan Hesti, yang memilih meneruskan hafalan AlQur’annya dengan mengorbankan cintanya pada Malik. Pada saat yang sama, Malik juga sedang mempersiapkan diri menjadi calon petinggi (kepala desa) di desanya. Yudho, sahabatnya, begitu khawatir dengan keputusan Malik yang tiba-tiba bertolak ke Surabaya. Dan kekhawatiran itu terjawab dengan pulangnya Malik dalam keadaan sebagai jenazah. 

Waktu berjalan, kehidupan bergulir.Yudho yang berjanji menjaga ayah ibu Malik sebagai orang tua sendiri bertemu dengan takdir yang membuatnya harus berpikir keras. Ia harus menerima amanat warga untuk meneruskan pencalonan petinggi yang dulu akan diberikan pada Malik. Walau kehidupan ekonomi dan usia mudanya seakan tak mendukung pencalonan itu, namun dengan dukungan para sesepuh desa ia memutuskan menghadapi tantangan itu demi perubahan nasib warga. Beberapa kesulitan ia temui dari pihak lawan yang tak lain adalah petinggi yang sedang menjabat, Pak Thamrin. Pak Thamrin yang tidak fair, main dukun, main ancaman kekerasan, justru menjadikan Yudho kian menunjukkan kedewasaannya serta makin dekat dengan Allah. 

Takdir membuat cerita bahwaYudho pernah sekali bertemu dengan Hesti, gadis yang pernah dipuja sahabatnya itu. Dari pertemuan itu Yudho makin paham mengapa Malik begitu terpesona pada sosok Hesti yang memang berbeda dengan gadis kebanyakan seusianya.

Lalu bagaimana kelanjutan sepak terjang Yudho? Mampukan ia memenangkan pemilihan petinggi itu? Mampukan ia menguak tabir kematian Malik? Mampukah Hesti mengatasi rasa bersalah yang melandanya? Apakah ada kelanjutan kisah indah antara Yudho dengan Hesti? 

Sila menikmati novel ini lalu temukan selaksa keindahan dan berjuta hikmah di dalamnya.

Judul  : Temui Aku di Surga
Penulis : Ella Sofa
Penerbit : Quanta, Imprint dari Elex Media Komputindo (Grup Kompas Gramedia)
Tebal buku : 228 hal.
Harga Buku : Rp. 44.800,-


Novel bisa didapat di toko buku Gramedia dan toko buku lainnya. Di Toga Mas ada diskon, di grazera.com dan BukuKita online juga ada diskonan. Temukan di deretan Buku Islami Quanta, ya..



Selasa, 02 Juli 2013

MISS POEM: My Lovely Sister

Masih segar dalam ingatan, waktu awal kemunculan Faiz putra Helvy Tiana Rosa, wah… cukup menggemparkan rasanya. Sampai ada yang berkomentar, “Benarkah dia ada?”  ck ck ck saking itu anak, anak ajaib banget.

Gimana ga ajaib, kalau nyaris setiap kata yang terluncur dari mulutnya adalah kata-kata indah yang rasanya muskil diucapkan oleh bocah tiga tahun kala itu. Yang fenomenal dan terkenal, semisal: “Bunda, aku mencintai Bunda, seperti aku mencintai surga.” Konon sejak saat itu, setiap waktu, Faiz bisa tiba-tiba mengeluarkan kalimat-kalimat puitis bak penyair.

Nah, sekarang ini aku punya sahabat yang rasa-rasanya mirip banget sama Faiz. Mungkin ini Faiz dalam kemasan feminin dan lebih dewasa. Ya, karena sahabatku ini perempuan dan bilangan usianya lebih dari usiaku.
Aku sih belum lama ketemu Mbak Dhani (duh sampe lupa nyebutin namanya di awal). Baru sekitar setahunan lebih. Tapi rasanya dah akrab aja (atau jangan-jangan aku yang sok akrab.. :D )



Mbak Dhani ini orangnya baiiiik. Dijamin susah deh, cari keburukannya. Kakak teladan banget. Orangnya lembut, perhatian, sabar, terkendali, dan selalu positif thinking.

Hubungannya Mbak Dhani sama Faiz… mereka berdua itu sama-sama super kalimat-kalimat puisinya. Sebetulnya ini Faiz versi lama yang aku tahu, karena aku dah ga ngikutin sepak terjang Faiz setelah dia dewasa. Puisinya Mbak Dhani kayak puisi Faiz dulu, ga njelimet, keindahannya terasa, maknanya mudah dicerna. Ga kayak parade sastra yang aneh-aneh di koran-koran hari Minggu.

Seperti yang kubilang, Mbak Dhani tema puisinya bersifat dewasa. Ya iyalah… Faiz kan masih anak-anak (buku puisi Faiz yang aku punya, saat ia berusia 8 tahun). Puisi Mbak Dhani itu lembuut, halus, dan ga jarang terasa menyayat hati. So touching banget deh. Dan anehnya, Mbak Dhani tuh nulis puisi selalu bagus serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Wall fb-nya senantiasa bertabur puisi-puisi indah.  Kata Mbak Dhani sih, dia cuma menuangkan apa yang dilihat dan dirasanya. Semua dilakukan dengan hati yang jujur.  Wadduh… itu prosesnya gimana yak..? Aku mah ga mudheng. Yang jelas, aku menikmati sangat puisinya, menyesapi keindahannya.

Mau contoh kalimat-kalimat Mbak Dhani yang ajaib itu? Ini nih..

Aku ingin menjadi mimpi, yang karenanya kau tak menyesal bangun di pagi hari. Aku ingin menjadi lelap yang untuknya kau tak perlu menghabiskan banyak waktu menujunya. Aku ingin menjadi laut yang ramah di segala musim dan membuatmu tak pernah gentar melayarinya. Aku ingin menjadi hujan yang derainya membuatmu menari dan bersyukur atas nikmat air yang melimpah. Aku ingin menjadi embun yang tak membiarkan daun menunggunya terlalu lama untuk membaginya cinta.....aku ingin menjadi segala sesuatu yang membuatmu mencintai hidup..aku ingin menjadi aku yang selalu ada di setiap adamu......aku ingin......

Duh… mencelos hati ini membacanya. Kalian juga, kan?
Oh ya, sering juga Mbak Dhani bikin puisi tentang semesta, tentang langit, tentang senja… seperti ini:

Senja itu, dulu, adalah senja yang utuh luka. Saat kau bilang, kau ingin menghabiskan senja bersama sosok yang kau cinta dan itu bukan aku. Dan kau tahu apa yang ada di pikirku saat itu? Aku ingin membunuh senja sekali tikam dan memohon pada Tuhan agar menghilangkan senja dari siklus waktu. Kalau aku tak bisa menikmati senja lagi bersamamu, maka tak akan kubiarkan siapa pun menikmatinya.....

Kadang memang puisinya tak hanya menyuarakan keindahan yang mengharu biru. Ada juga gigil rindu, baret luka, bahkan kegeraman terhadap sesuatu. Tapi semua tetap dalam bingkai yang indaaah.. Seperti sajak rindu berikut ini:

Pada berlembar- lembar kabar yang kau titpkan pada mimpi sewangi mawar, kuhirup samar aroma harap yang binar. Tentang esok yang gemintang, juga tentang hari ini yang merona seri, bersamaku katamu.....dan tak ada yang bisa kulakukan selain berharap mimpi bertahan lebih lama, agar cukup waktuku untuk bilang, rinduku nyalang...

Ga mesti berpanjang kata, status pendek pun tetap tak kehilangan aura penyairnya.. seperti ini: Dan pada setiap persinggahan,ada namamu tak jua pejam...pelan tapi pasti,tak bisa diusik lagi....

Daan.. masih banyaaak puisi-puisinya yang apik, cantik, ciamik, dan asyik. Rasanya aku pingin tampilin lebih banyak lagi.. J

Ga bisa berhenti kagumku pada kemampuannya berpuisi. Kok meluncur terus ya, kata-kata yang cantik dari benaknya? Bener-bener kayak orang nulis kas bon, lancarr..

Itulah Mbak Dhani-ku. Mbak yang pinter, baik, dan selalu siap menolong. Selain jago puisi, 
Mbak Dhani juga piawai menganalisis tulisan. Ga sedikit para penulis yang memercayakan karyanya untuk dibaca terlebih dahulu sama Mbak Dhani. Analisanya tajam dan bernas, ga beroma puja dan puji. Pokoknya Mbak Dhani kereen..

Wahai penyulam kata...
Kepadamu, selamanya cinta..