Selasa, 28 Maret 2017

Menolak Cinta = Jahat?

Ya ampuun.. akhirnya aku nemu juga gimana caranya nulis post baru buat blog via hp. Hahaa.. katrok..? Tak apeu lah.. yang penting sekarang dah tahu, moga jadi nggak males nulis. Seenggaknya nggak kudu buka laptop, bisa dari hp aja.

Eh, itu judulnya kenapa gitu? Begini, temans.. tadi pagi ada seorang kawan yang curhat. Usia kawanku itu setengah dari usiaku.. hehe.. Kawanku emang dari berbagai lapisan usia. Malah muridku yang masih belasan usianya, sering kuanggap kawan pula.

Back to curhat tadi pagi, kawanku itu galau tersebab pria yang suka kepadanya. Jadi, ada 2 cowok yang sama-sama serius. Yang dateng belakangan inilah yang bikin galau.

Lelaki pertama udah nancep di hati sih sebenernya. Tapi lelaki kedua ini gayanya gentle sekallee. Baik lah judulnya, pake banget. Secara cinta berat, yaa wajar aja sih kalau dia baik.

Nah, kawanku ngerasa nggak enak hati, mau meng-cut si lelaki kedua, karena emang dia nampak tulus. Lagipula kalau inget sama takdir mah, belum tentu juga kan, kawanku itu akan berjodoh sama lelaki pertama.

Menurut aku sih, harus ada ketegasan dari kawanku itu. Dia tetapkan pilihan dulu. Seenggaknya ada yang di-cut seorang lah, jadi nggak php-in dua-duanya. Lelaki pertama kebetulan beda kota, jadi mereka LDR-an ceritanya, jarang ketemu.

Pas aku bilang supaya kawanku tanya hatinya pilih yang mana, dia bilang "malaikat juga tahuu.. si pertama lah yang jadi juaranya.." Hahaa.. bacanya sambil nyanyi ala Dee yaa.. 😂

Masalahnya, kawanku ngerasa jadi orang paling jahat sedunia, ketika nge-cut lelaki kedua. Aku bilang, nggak lah. Lelaki itu kodratnya dapet 2 opsi : diterima atau ditolak. Sebaliknya, perempuan harus melakukan 2 opsi juga : menerima atau menolak.

Maka, kalau​ jadi laki, ya harus siap ditolak. Itu konsekuensi alam. Sementara perempuan, nggak boleh php, nggak boleh maruk, nggak boleh takut kehilangan fans, maka harus tega nolak cinta. Kan nggak mungkin kita nerima semua laki-laki yang suka sama kita, kan?

Yang penting, cara nolaknya harus bener, bicara baik-baik, dengan halus dan santun. Nggak usah sok kebanyakan fans lah. B ajah.

Aku bukannya menyetujui kawanku itu menjalin hubungan kayak pacaran gitu ya. Tetep aku dorong dia buat istikhoroh. Bermohon yang terbaik sama Allah.

Perkara jadi jahat atau nggak, tergantung niat juga. Tujuan nolak cinta kan bukan untuk menyakiti hati orang. Malah pembelajaran kali ya, dalam proses pendewasaannya. Supaya bisa strong menghadapi kenyataan hidup.. da hirup mah peurih, Jang.. 😁

Semoga lah buat para gadis dan jajaka, dimudahkanNya untuk menggenapkan separuh dien. Terjaga selalu auratnya. Tetap istiqomah dalam akhlakul karimah. Sing saralamet..
ekenapa berasa tua gini ya.. penuh petatah-petitih.. hehe.. bukan tua, ding! Tapi dewasa dan bijaksana.. 😛

Tetap semangat ya, kawan.. semoga yang terbaik untukmu.


Minggu, 12 Maret 2017

Tentang Andi

Awalnya aku nyetatus di fb tentang Andi, cuma murni nyetatus aja. Tapi waktu itu bukan asal nyetatus lah, aku berusaha bikin status yang ada nilai kebaikannya. Nah, saat itu aku menangkap kebaikan dari pembicaraan dengan salah seorang murid, sebut saja Andi.. hehe.. kemudian sebut saja Andi itu menjadi berkelanjutan.

Lalu berselang beberapa kali status, aku kembali posting tentang kebaikan Andi. Dan entah yang keberapa kalinya, temen-temen yang komen menunjukkan rasa sukanya. Makin lama nampak seperti punya fans si Andi ini. Ada yang penasaran, ada yang kirim salam, dan ada yang pingin bisa lihat tampangnya kayak apa.

Aku bilang juga ke Andi tentang reaksi orang-orang itu. Dia senyam-senyum aja.. :)

Trus, kenapa aku pilih nama Andi? Nggak ada maksud apa-apa sih, cuma itu aja yang kepikir tentang nama khas anak laki-laki. Nama yang pasaran, kan?

Dulu waktu awal-awal, si Andi biasanya aku kasih lihat statusku di fb itu. Dia tersipu-sipu seneng gitu.. hehe.. Tapi makin ke sini udah nggak lagi lah. Biar aja semua mengalir.

Kesan yang orang tangkap dari Andi, dia tuh anak yang baik banget. Aslinya nggak terlalu kayak gitu sih.. hehe.. Namanya juga anak beranjak remaja, ya ada aja nyebelinnya, nggak melulu baik. Tapi pada dasarnya dia emang baik, dan pemikirannya dewasa. Otaknya encer pula.

Untuk sekarang ini aku belum mau membuka siapa Andi. Biar aja cuma aku dan Andi sendiri yang tahu. Bukannya sok rahasia, tapi nanti aja lah kalau Andi dah lulus esempe.. hahaa.. masih lama beud.. Sekarang aja Andi baru kelas 7.

Beberapa teman menyarankan supaya kisah Andi ini dibukukan, atau dibikin komik lagi, kayak Hasna. Kepingin sih, tapi masih bingung menentukan konsep. Dan mengeksekusinya butuh waktu.. huhuu.. sibuk mulu.. :(

Sebenernya kemaren udah diajukan konsepnya di audisi naskah Elex, tapi belum berkesempatan lolos. Konon nanti akan diadakan audisi lagi. Semoga nyangkut deh. Atau aku mau lewat jalur reguler aja, mudah-mudahan gayung bersambut.

Untuk balik menekuni pengerjaan satu naskah utuh, duh.. aku butuh energi luar biasa. Pulang kerja tuh bawaannya pingin tidur aja. Belom lagi nemenin anak-anak, rasanya habis waktu. Beneran deh, pingiiin banget bisa menuntaskan satu naskah utuh. Semoga Serial Andi bisa menjadi jalan kearah sana.