Rabu, 12 November 2014

Hadiah Sang Juara

Beberapa waktu lalu, anakku, Ghulam, sibuk banget sama kegiatan ekskulnya, IT. Katanya mau bikin video klip musik. Bolak-balik shooting setelah sebelumnya kesana kemari survey tempat cari lokasi yang cocok. Acara nge-lobby band yang mau diajak kerja sama, konon relatif nggak sulit, karena band tersebut sangat kooperatif.
 Setelah shooting selesai, dimulailah proses editing. Hadeuh.. aku mah mending ngedit naskah deh. Ngelihatin anakku ngedit hasil filmnya itu, rasanya bosen banget. Lamaaa.. berhari-hari pula. Tapi anakku serieus beud..

Akhirnya, selesailah video klip itu lalu dikirimkan ke panitia lomba. Jangkauan peserta lomba terbuka untuk SMU se-Indonesia. Meski panitianya adalah panitia lokal dari Sukabumi.

Sekian hari berlalu, suatu sore Ghulam pinjam laptopku. Dia buka twitter. Dan.. ternyata pengumuman tentang lomba video itu. Subhanallah, Ghulam masuk nominasi sepuluh besar. Wah, keren deh, nama Ghulam tercantum sebagai sutradara. Peserta lain beneran dari berbagai kota lho.

Selanjutnya pemenang juara 1, 2, 3 akan diumumkan saat malam puncak. Daan.. surprise banget buat aku, ternyata Ghulam meraih juara 2 atau istilahnya Terfavorit II. Sukacita dia pulang membawa trophy. Katanya nanti ada hadiah uang juga, tapi mau dibagi-bagi dulu untuk sekolah, untuk ekskul, barulah untuk crew.
Tadinya aku nggak mau ikut campur soal berapa rupiah yang akan diterima anakku. Tapi ketika aku tahu pembagian alokasinya, aku tak bisa menyembunyikan kesal. Kebetulan anakku hp-nya lagi error, jadi dia numpang ke nomorku dulu. Dan guru pembina ekskulnya ngesms ke hpku. Maka aku baca duluan, karena takutnya sms penting, sementara anakku lagi mandi.

Aku langsung ngomel penuh rasa sebal sama guru pembina ekskul. Kok bagian buat sekolah gede banget? Please deh .. yang bener aja, masa anakku sama crew cuma dapet 150rb alias 50rb/orang, karena jumlah mereka bertiga.

Lalu, inilah respons anakku saat kuberitahu soal sms gurunya itu:
"Ya, nggak apa-apa, Ma. Itu bukan untuk sekolah, tapi lebih tepatnya untuk ekskul, buat beli alat slider, dll. Lagian tanpa ekskul di sekolah, aku nggak bakal bisa ikutan lomba itu. Alat-alat yang dipake shooting juga kan punya sekolah, segala kamera dan properti lainnya. Dan alat yang mau dibeli itu akan sangat membantu dan memudahkan kami untuk nanti bisa bikin karya yang lebih bagus lagi. Nggak apa-apa kok, dapet segitu. Aku udah dapet ilmu yang berharga. Udah dapet kepercayaan dari guru-guru dan temen-temen. Karena lomba itu juga, aku dapet nama baik di sekolah. Dan ini pengalaman yang luar biasa buat aku."

Mendengar jawaban itu, aku cuma bisa nganga...





Selasa, 11 November 2014

Penulis yang Berprofesi Lain

Ketika memutuskan untuk pindah kerja, aku sudah membayangkan konsekuensinya. Dengan mengajar di sekolah full day, tentu waktu menulis akan berkurang. Dulu mah bisa pulang jam 11 atau sesekali jam 12, maka dari siang sampe sore ada waktu luang. Kalau di full day school, pulangnya sore, tapi aku pikir bisa lah nulisnya malem.

Benarkah malam hari aku bisa menulis? Ternyata tidak, sodara-sodara. Badan rasanya lemess.. bawaannya pingin baring-baring aja di tempat tidur. Belom lagi, krucil pada seru berceloteh. Aku kan harus mendengarkan dan menanggapi. Rasanya bersalah kalau nggak meratiin celotehannya.

Jam 8 waktunya Salman tidur. Seperti biasa minta dikelonin.. dan.. aku pun ikutlah tertidur. Biasanya aku setel alarm hp supaya aku bangun tengah malam. Niatnya pingin nulis.

Tengah malam aku betul-betul bangun, tapii.. hanya sekadar mematikan alarm, lalu kembali terlelap dengan sukses. Saat dinihari terjaga, aku menegakkan badan penuh rasa sesal. Kenapa nggak bangun tengah malam tadi?

Kalau bangun dinihari mah udah nggak bisa ngapa-ngapain, nyuci piring, masak nasi, nyuci baju, dll deh. Waktu terasa singkat kalau pagi-pagi. Tau-tau udah jam 6 aja.. fyuuh.. nyiapin Salman dan kakak-kakaknya sekolah, rasanya menyita waktu.

Jadi yaah gitu deh.. kepinginnya bisa kayak para penulis lain, yang teuteup bisa produktif meski berprofesi lain. Kayak Mbak Riawani Elyta, PNS yang sibuk, tapi daftar tulisan resensinya dah panjaaang. Belom lagi mungkin ada juga calon novelnya. Trus, Teh Ifa Avianty juga, sibuuk ngerjain ini-itu, tapi nulisnya banyaak..

Kapan atuh ya, aku bisa gitu? Urusan anak-anak beserta rumah dan segala isinya, kelar. Urusan nulis juga tetep jalan. Belum lagi urusan internal.. ups! ini mah nggak usah dibilang-bilang dah.. cuma bikin pingin nangis jadinya.

Aku tetap berharap bisa menulis dengan baik. Semoga allah meridoi.

Senin, 03 November 2014

Launching Perdana Buku "Aku Sayang Nabi Muhammad"

Ini benar-benar pengalaman pertama yang bersejarah. Launching buku karya sendiri! Rasanya dulu nggak kebayang deh. Biasanya jadi penonton, sekarang jadi pelaku.. :)

Kesempatan ini bermula dari grup PBA (Penulis Bacaan Anak) di facebook. Kang Ali Muakhir, suhu di sana, mengabarkan bahwa PBA dipercaya untuk mengisi acara di IIBF (Indonesia International Book Fair). Acara itu berupa launching buku anak secara berjamaah pada hari Sabtu tanggal 1 November. Lowongan dibuka. Dan, berduyun-duyunlah temen-temen penulis pada daftar. Termasuk aku. Tapi Kang Ali hanya akan mengambil 10 penulis saja.

Buat para penulis lain, mungkin menunggu keputusan Kang Ali, terasa biasa aja. Tapi buat aku, hmm.. lumayan H2C. Dan, pengumumannya lamaaa.. Hingga akhirnya, saat itu pun tiba. Kang Ali menetapkan nama-nama yang diajak serta nge-launching. Salah satunya.. akuu.. :)

Wah.. perasaanku campur aduk deh. Antara seneng dan gemeter, antara bahagia dan dagdigdug.. hihi..

Terus aku nginbox Ibu Boss alias Mbak Yeni. Aku ceritakan kabar gembira ini. Dan, luar biasa... dukungan dari Indiva, top banget deh. Aku dikasih biaya akomodasi sama buku untuk doorprize. Asyiik.. :)

Tapi.. oh ternyataa.. hari H itu adalah hari Sabtu masuk. Jadi, Sabtu itu dua: Sabtu libur dan Sabtu masuk. Berarti aku harus izin untuk nggak masuk sekolah. Duh, paling males kalo musti izin-izin begitu. Dan, benarlah, aku harus tetep masuk, karena Sabtu itu akan ada rapat konsolidasi. Sebagai walikelas, aku harus hadir. Akhirnya, solusi didapat, aku masuk tapi boleh pulang jam 10.

Singkat cerita, berangkatlah aku dengan naik kereta api menuju Bogor. Dari Bogor dilanjut naik kereta api lagi ke Jakarta. Aku turun di stasiun Cawang. Dari Cawang aku naik taksi ke lokasi. Dan, maceeett.. :(

Acara kan dimulai jam 15.00. Jam 14.30 aku masih di jalan. Hiks.. jalan masuk ke Senayan ditutup jadi harus muter.. whaaa.. tambah lama atuh. Akhirnya, aku turun trus naik ojek. Abang ojek pinter deh, cariin jalan pintas. Aku pun tiba pas-pasan, jam 15 kurang dikit.

Segera aku cari Ruang Kenanga. Lho, kok banyak Kenanga-nya..? Ada Kenanga 1, Kenanga 2, sampe Kenanga 6. Oh rupanya di Kenanga 5. Srat sret beres-beres ruangan, karena baru aja dipakai untuk lomba tahfidz, akhirnya launching berjamaah 10 buku pun dimulai.

Aku dan 9 penulis lainnya duduk berjejer di depan. Acara dipandu sama MC yang asik banget, Teh Ina Inong. Setiap penulis diminta untuk menceritakan proses kreatif penulisan bukunya, dan menjawab beberapa pertanyaan seputar bukunya yang dilemparkan oleh MC.



Sejujurnya, aku nggak nyiapin gimana ngomongnya. Tapi aku cukup ngerasa punya bekal karena beberapa kali menuliskan materi promo tentang bukuku. Jadi kupikir, ya aku ngomong kayak yang aku tulis aja.. :)




Oh ya, para penulis yang tampil kece di depan adalah: Wylvera Windayana (Ke Tanah Suci, Yuk - Qibla. Buku duet dengan Dian Kristiani), aku (Aku Sayang Nabi Muhammad - Indiva), Arif Y. Pranata (Mencari Jejak Si Kumbang - Mitra Bocah Muslim), Devi Raissa R (Asal Mula Namaku - Rabbit Hole), Triani Retno (Cermin dan The Shy - Anak Kita), Gabriel Fabiano (Fixiano - Sinotif Publishing), Anisa Widiyarti (Aku Bisa Begini, Aku Bisa Begitu - Tiga Ananda), Susanti Hara (Bintang Jindo), Chitra Savitri (Masya Allah, Ciptaan Allah yang Kecil Tapi Ajaib - Adi Bintang), dan Kay Arikunto (Surga dan Neraka - Dar! Mizan).

Di deretan kursi penonton, kulihat ada Mbak Dhani. Seneng banget ada temen BAW. Yang lain-lain lagi pada sibuk, jadi nggak bisa hadir. Belakangan kemudian hadir Saepullah sama Vita. Meskipun Mas Saepullah itu tetiba ngilang menjelang akhir acara, sementara Vita nongol setelah acara selesai.


Acara berlangsung sekitar dua jam. Penonton dikasi kesempatan nanya ke penulis yang dipilihnya. Ada juga yang bertanya ke aku, seorang bapak yang ternyata berasal dari Sukabumi. Setiap penonton yang bertanya, dapet hadiah buku. Trus ada juga kuis buat penonton berhadiah buku pun. Pokoknya doorprizenya bikin ngiler deh. 



Penontonnya lumayan banyak juga, dengan berbagam varian.. hehe.. ada ibu-ibu, bapak-bapak, mbak-mbak, tante-tante, om-om, dan tentu anak-anak. Memang buku yang dilaunching pun beragam. Ada buku untuk balita, anak-anak SD awal, sampe SD akhir menjelang remaja. Ada fiksi dan nonfiksi juga. Yang bergenre horor pun ada. Tapi horornya soft lah. Kata penulisnya, Mbak Eno, ini horor yang nggak bikin ilang selera makan.


Selain penulis dewasa, ada juga penulis anak, namanya Ian. Kayaknya tulisannya bagus. Tapi anehnya, dia nggak suka membaca, cuma kadang suka nonton film. Ide yang dia dapet katanya ya dateng gitu aja, bukan pula dari film yang dia tonton. Ayah ibunya kebingungan, karena mereka pada nggak bisa nulis, katanya. Wuih.. tapi anaknya pinter nulis. Keren..!

Dari launching ini aku berusaha belajar. Aku menyerap pengalaman hari itu sebagai bekal pengetahuan yang berharga. Kata Mbak Dhani, cara aku menjawab pertanyaan masih kurang bagus. Katanya lagi, aku belum tampak santai, jadi mungkin karena itu maka jawabannya kurang Oke. Kata Mbak Dhani, aku bisa jauh lebih baik lagi, sebab kecerdasanku belum tereksplor. Cieee..

Selesai acara, para penulis signing book.. termasuk aku.. ehm! Dilanjut dengan sesi foto-foto. Dan, saking sibuknya, sampe-sampe aku lupa nggak foto-foto bareng kakakku.. huhuu.. padahal kakakku jauh-jauh dateng dari Bekasi dan sangat men-support aku.


Anyway, aku sangat bersyukur kepada Allah, karena hari itu berjalan baik dan lancar. Dari mulai perjalanan hingga acara selesai.Subhanallah.. Alhamdulillah..

Diantara lelah dan penatku, terselip doa dan harap, agar ada launching kedua, ketiga, dan seterusnya. Semoga bukuku berikutnya menyusul, tak lama lagi.. Aamiin.




Sabtu, 25 Oktober 2014

Mommy Gurita

Ternyata dua bulan nggak nengokin blog. Huft.. segitu sibuknya.. atau segitu malesnya..? Whatever lah, yang jelas memang kesibukan bertambah semenjak aku menjadi guru di SMPIT yang jam kerjanya dari 07.05 teng! sampai 15.45.

Sebetulnya sih bersyukur, dapet pekerjaan tetap dengan penghasilan rutin setiap bulan. Jangan tanya jumlah nominalnya ya. kayaknya sekolah-sekolah Islam Terpadu yang SPP-nya mihil ituh, sama aja lah buat gaji gurunya mah nggak se-wow sangkaan orang-orang. Karena ternyata biaya SPP nggak berbanding lurus dengan gaji guru. Apalagi aku mah di kota kecil, yaa gitu deh. Selorohnya guru-guru sih, gaji kami 3,5 alias gajian tanggal 3, tanggal lima sudah koma.. haha.. lebayy..

Pada dasarnya aku kan mencari keberkahan dalam nafkah. Aku ingin rezeki yang dimakan anak-anakku benar-benar berasal dari jalan halal. Aku juga enjoy bekerja di sini, karena aku suka mengajar dan suka anak-anak. Tapi yaa.. capek sih. Pulang nyampe rumah dah sore, harus masak, nyuci piring, dsb. Malemnya teler, langsung ganti kostum jadi Putri Tidur.. :P

Menulisnya kapaan..? Begitulah, sulit banget nyari waktu buat nulis. Kalaupun malem buka laptop, paling buka facebook, sekadar buat hiburan. Sementara utang naskah terus terbayang-bayang di depan mata. Komik hadits ke Elex dan revisi naskah novel anak ke Indiva. Ya Allah.. help me, please..

Kalau meresensi, gimana? huhuu.. apalagi itu, semakin tak tersentuh buku-buku reward dari Mizan. Semoga aku nggak 'dipecat'. Sebetulnya sih kangen ngeresensi, namun apalah daya..

Beberapa hari lalu dah kepikir untuk tiap hari nulis, sekadar menuliskan cerita hari itu. Siapa tahu, di lain hari ada gunanya. Tapi keinginan tinggallah keinginan. Lagi-lagi tergerus oleh keterbatasan fisik. Selalu yang menang adalah capek dan ngantuk. Jadi mommy gurita memang nggak gampang. Selain harus punya banyak tentakel yang aktif dan lincah, kondisi fisik dituntut selalu prima. Mommy Gurita dilarang sakit.

Padahal cuma nulis gini aja mah ternyata nggak menyita energi. Harus bisa, ah.. mulai besok harus bisa nulis rutin! Setiap hari kan aku berinteraksi dengan anak-anak abg di sekolah. Sebenarnya banyak cerita yang bisa ditulis. Semoga mulai besok bisa konsisten. Aamiin.

Senin, 25 Agustus 2014

Nge-Kuis Yuk..


Dalam rangka bersyukur atas terbitnya buku perdanaku, buku cerita anak yang berjudul "Aku Sayang Nabi Muhammad", aku ingin berbagi kepada teman-teman dengan membuat kuis berhadiah. Hadiahnya, ya tentu saja bukuku ini.. :)

Kuis ini aku tulis di facebook, seperti ini:

#‎Kuis_Buku_AkuSayangNabiMuhammad‬
Masih tergambar jelas dalam pada ingatan saya, ketika guru di sekolah agama (madrasah diniyah) menceritakan kisah masa kanak-kanak Nabi Muhammad. Saya kecil (sekitar 8 tahun) sungguh takjub mendengar episode nabi Muhammad dibelah dadanya oleh malaikat Jibril. Lalu betapa inginnya saya agar anak nakal yang suka membully saya dicuci juga hatinya, sehingga berubah menjadi anak baik.

Nah, temans.. yuk, berbagi cerita.. Ada 3 buku ‪#‎AkuSayangNabiMuhammad‬ yang akan menjadi hadiah. Ini nih ketentuan lengkapnya:
1. Pasang cover buku #AkuSayangNabiMuhammad di wall teman-teman. Tag saya dan 3 orang teman.
2. Ceritakan pengalaman ketika mendengar/membaca kisah nabi Muhammad yang berkesan. Boleh ketika kecil, remaja, dewasa, kapan saja.
3. Tuliskan juga alasan teman-teman ingin memiliki buku ini.
4. Periode kuis ini hingga tanggal 30 Agustus 2014, pukul 00.00.

Ditunggu yaa, temans..

Oh iya, bila nanti terpilih sebagai pemenang, saya akan meminta kesediaannya untuk menuliskan kesan tentang buku #AkuSayangNabiMuhammad setelah teman-teman atau si buah hati membacanya. Lebih disukai bila disertai fotonya juga..
Trimakasiih..

Sapa mau ikutan..? Yuk.. ^_^

Sabtu, 23 Agustus 2014

Bukuku Terbit..!


Udah lama banget pingin cerita, tapi kok sibuk terus ya, rasanya. Ditambah kemarin lappy tersayang sempat koma dalam waktu yang cukup panjang, dan kini akhirnya sembuh setelah mengalami operasi berat karena diagnosisnya cukup parah, sehingga membutuhkan biaya operasi yang sungguh besaarr.. huhuu.. nggak ada Kartu Sehat untuk keringanan biaya, ya... ups! malah jadi curcol laptop.. :P

Akhirnyaa.. bukuku terbit. Buku yang merupakan karyaku sendiri, nggak keroyokan lagi bareng teman-teman, seperti yang selama ini terjadi. Tapi bukan berarti aku akan meninggalkan antologi. Kalau ada tema menarik dan ada waktu luang untuk ikutan, ya aku akan ikutan lagi lah. Ada lho, penulis yang sampai mengharamkan antologi, dia bilang, saya sudah tobat sama antologi. Itu bukan aku lah.. :)

Back to my book. Alhamdulillah, buku ini diterbitkan oleh Lintang, lini anak dari penerbit Indiva, setelah melalui perjalanan panjang. Proses penulisannya sih nggak lama, sekitar sebulanan, tapi perjalanan untuk mewujud buku.. aduhai.. sampai setahun lebih.

Memang demikian perjalanan sebuah buku. Dari awal mengirimkan naskah, maka dimulailah masa penantian. Standar penerbit adalah tiga bulan. Setelah ada respons positif, dilanjut dengan penantian berikut, yaitu proses edit. Alhamdulillah, buku ini nggak melalui proses editing yang ribet dari editor. Aku hanya diminta untuk menambah cerita, agar bukunya nanti tidak terlalu tipis. Aku pun menambah sekitar 10 cerita. Setelah itu antri layout, ilustrasi, hingga naik cetak. Intinya, harus sabar.. :)

Buku ini merupakan sebuah kumpulan cerita. Tapi bukan cerita yang saling berlepasan. Ia padu, dengan tokoh utama yang sama, yaitu kakak beradik Alfi dan Salman. Keduanya berlibur selama sepekan di desa kakek, dan pengalaman berlibur itulah yang menjadi setting sepanjang cerita.

Dalam setiap interaksi kakak beradik itu dengan saudara-saudaranya di desa dan juga penduduk desa, selalu terselip percakapan tentang kisah Rasul. Jadi anak-anak bisa belajar mengenai kehidupan nabinya melalui cerita-cerita keseharian yang sederhana namun menyenangkan. Dan pengetahuan tentang Nabi Muhammad itu, tidak didapat hanya dari ustadz atau guru agama saja, namun dari penduduk biasa, seperti ibu rumah tangga, tukang bubur, pedagang kelinci, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak mengetahui bahwa setiap orang memang sudah selayaknya mempelajari kisah Rasul dan meneladaninya. Selain itu, untuk menyadarkan pembaca dewasa bahwa siapa pun dengan profesi apa pun, harus menyadari dan tergerak menelusuri kisah kehidupan Rasul. Sehingga memiliki bekal untuk mengajak putra-putrinya atau anak didiknya atau siapa pun, agar meneladani Rasulullah.

Beberapa hal yang dikupas tentang kisah Rasul, di antaranya: tentang keluarganya, mukjizatnya, kepribadiannya, dan sebagainya. Dan tentu saja untuk menuliskan bagian kisah Rasul, dibutuhkan referensi tepercaya. Karena pastinya tidak boleh gegabah dalam menyampaikan sejarah kehidupan Rasul.

Setelah buku ini terbit, aku berharap, anak-anak akan mengetahui lebih banyak mengenai kehidupan nabinya, dan tumbuh cinta kepada manusia terpuji itu. Sesungguhnya, menanamkan kecintaan kepada Rasulullah adalah kewajiban setiap orangtua kepada putra-putrinya. Semoga buku ini dapat menjadi jembatan penghubung sebagai media penyampai yang efektif, yang bisa digunakan para orangtua.

Harapan lain, semoga dengan terbitnya buku ini, semangat menulis semakin meledak-ledak. Semangat untuk menebar kebaikan.

Akhirul kalam, jangan lupa.. beli buku ini yaa.. :D

Kamis, 17 Juli 2014

KAPOK




Wajah Salman cerah ceria. Ia akan berlibur di rumah Tante Ley. Libur sekolah kali ini bertepatan dengan libur awal Ramadan. Pasti seru ber-Ramadan bersama Kak Hanif, putra Tante Ley. Sepupunya ini hanya selisih 2 tahun dengan Salman. Kak Hanif kelas 5, sedang Salman kelas 3.

Tante Ley juga merasa senang kalau Salman menginap, karena rumah menjadi lebih ramai. Om Dicky, suami Tante Ley, seringkali ditugaskan ke luar kota, bahkan lintas propinsi, lintas pulau. Sedangkan putra Tante Ley hanya Kak Hanif seorang.

“Bun, semua perlengkapanku sudah masuk?” Salman memperhatikan isi tasnya.

“Sudah, Sayang.” Bunda tersenyum melihat semangat Salman.

Salman mengedarkan pandangan ke sekeliling kamarnya.

“Waduh, gawat nih, kalau ini ketinggalan!” Salman gegas memasukkan Syamil Quran yang tergeletak di pojok meja belajar, ke dalam tasnya.

“Oh iya, tadi masih dipakai Salman tilawah setelah sholat Subuh, ya.” Bunda tersenyum lega melihat putranya sangat cinta pada Al-Quran.

Setibanya di rumah Tante Ley, tak lama kemudian Bunda langsung meninggalkan Salman. Sejak kecil Salman sudah terbiasa menginap sendiri di rumah adik bundanya itu.

Salman tidur sekamar dengan Kak Hanif. Mereka akur sekali. Bermain berdua, hingga pergi teraweh dan sholat subuh ke masjid, selalu bersama. Menjelang berbuka dan selepas sholat Subuh, Salman selalu tilawah bersama Kak Hanif. Keduanya saling menyetorkan hafalan juga. Tante Ley sangat senang melihatnya. Namun jika bulan Ramadan, Tante Ley jarang bisa tadarus bersama di rumah atau saling mendengarkan hafalan. Karena Tante Ley sibuk beraktivitas sosial, mengurus ta’jil on the road, menyelenggarakan bazar Ramadan bagi kaum dhuafa, dan banyak lagi.

Tidak terasa, libur selesai. Salman kembali pulang.

“Bagaimana tilawah Al-Quranmu, Nak? Setiap hari selalu mengaji, kan?” Bunda tetap mengecek, meski yakin bahwa bacaan Al-Quran putranya senantiasa terjaga. Apalagi Hanif pun, menurut Tante Ley, selalu rajin membaca Al-Quran.

Salman mengangguk mantap. “Iya, Bun, setiap hari aku dan Kak Hanif selalu mengaji. Kak Hanif malah sering banget ngajinya. Katanya punya target untuk khatam Al-Quran lebih dari satu kali.”

“Subhanallah, bagus sekali itu. Alhamdulillah, jadi Salman pun ikut terbawa rajin mengaji, ya. Nanti libur berikutnya, Salman mau nginep lagi di sana?”

Spontan Salman menggeleng kuat. “Nggak, Bun... nggak deh, makasih! Salman bisa kok, tetap semangat tilawah sendiri, tanpa Kak Hanif.”

Bunda terperangah melihat penolakan tegas Salman. Tidak biasanya Salman begitu.

“Lho, kenapa?”

“Engh.. aku nggak tahan mencium bau Kak Hanif yang nggak mandi-mandi!”

“Tante Ley tidak menegurnya?” Bunda terheran-heran.

“Tante Ley kan sibuk, Bun. Mungkin nggak terlalu memperhatikan aroma tubuh Kak Hanif. Lha aku, kan sekamar dan selalu bersama dengan Kak Hanif. Ugh..!” Salman menutup hidungnya.

“Tapi kenapa Kak Hanif malas mandi? Apa karena sibuk baca Al-Quran?”

Salman mengedikkan bahu. “Kata Kak Hanif, dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Utrujah, aromanya wangi dan rasanya enak. Jadi, Kak Hanif tenang-tenang saja meski tidak mandi. Katanya, toh aroma tubuhnya akan wangi.”

Bunda terbelalak. Lalu segera mengambil handphone untuk menelpon Tante Ley, agar menegur dan menasehati putranya.


#FF 479 kata. Diikutsertakan dalam Lomba Menulis (Cerita) FF Anak #AyoNgajiTiapHari


Senin, 07 Juli 2014

Misteri Celengan Salman




Bunda tersenyum-senyum sendiri. Tanpa sengaja Bunda menemukan sekeping pecahan celengan di kolong tempat tidur Salman. Sepertinya Salman diam-diam memecahkan celengannya. Hmm.. tiga hari lagi ulang tahunku, mungkin Salman memecahkan celengannya untuk membeli hadiah untukku, batin Bunda.
Keesokan paginya, saat sarapan, Salman minta izin untuk pulang terlambat kepada Bunda.
“Mau ke mana dulu? Ada kerja kelompok?” tanya Bunda.
Salman menggeleng. “Ada keperluan penting banget, Bunda. Nanti aku ceritakan sepulang sekolah. Janji!” Salman mengacungkan dua jari.
Bukan main game di rumah teman-temanmu, kan?” selidik Bunda.
“Nggak dong, Bun...!”
Bunda tersenyum, “Iya, Bunda percaya sama Salman,” rambut Salman dielus lembut.
Salman lega. Kemudian ia pamit berangkat ke sekolah, mengendarai sepeda kesayangannya.
         Sore hari, Bunda membuat pisang keju. Sambil memarut keju, Bunda bertanya-tanya dalam hati. Salman beli apa ya, untuk hadiah ulang tahunku? Bunda geli sendiri, karena merasa GR. Tapi buat apa Salman pecahkan celengan kalau bukan untuk membeli hadiah ulang tahun bundanya, pikir Bunda lagi.
          “Assalaamu’alaikum!” Seruan salam Salman membuyarkan lamunan Bunda. Sambil menjawab salam, Bunda bergegas menemui Salman sambil membawa sepiring pisang keju.
        “Hmm.. harumnyaa.. pasti lezat nih!” Salman melesat ke wastafel untuk mencuci tangan, tak sabar ingin segera mencicipi kudapan buatan bundanya yang selalu lezat.
         Setelah tangannya bersih, Salman duduk sambil makan kudapan favoritnya. Bunda tak sabar ingin segera mendengar cerita Salman mengenai keterlambatannya.
            “Jadi tadi, pulang sekolah Salman pergi ke mana dulu?”
            Senyum Salman melebar. “Oh iya, Bun... aku senang banget.”
            Bunda semakin penasaran.
            “Bunda masih ingat Nek Iyam, yang dulu pernah aku ceritakan?”
          Bunda mengangguk. Bunda masih ingat, Nek Iyam adalah nenek yang tinggal tidak jauh dari sekolah Salman. Pertemuan Salman dengan nenek itu terjadi ketika Salman terjatuh dari sepeda, lalu Nek Iyam menolongnya. Setelah itu, Salman kerap berkunjung ke rumah Nek Iyam, rumah yang lebih tepat disebut gubuk. Kadang Salman membawakan kue yang sengaja tidak dimakannya saat snack time di sekolah.
         “Nah, waktu kemarin aku ke rumahnya, Nek Iyam lagi sedih. Matanya makin sulit membaca Al-Quran. Karena Al-Quran milik Nek Iyam, ukurannya kecil. Nek Iyam tidak punya lagi yang lain.”
            “Lalu?” tanya Bunda, agak bingung.
        “Lalu, aku punya ide memecahkan celengan. Uangnya untuk membeli Al-Quran. Di koperasi sekolah, ada dijual Syamil Quran yang ukurannya besar. Bagus deh, berwarna-warni, ada petunjuk tajwidnya. Aku pikir, pasti Nek Iyam akan senang. Karena huruf dalam Al-Quran itu besar-besar, dan ada tajwidnya.”
             Bunda mengangguk-angguk, mulai paham tentang misteri celengan Salman.
         “Maaaf ya, Bun.. Aku nggak bilang dulu, mau pecahkan celengan. Bunda nggak marah, kan? Karena sebentar lagi Ramadan, jadi Nek Iyam pasti ingin bisa tilawah dengan baik saat Ramadan,” Suara Salman melemah.
            Bunda tersenyum seraya menggelengkan kepala.
            Mata Salman berbinar. Ia melanjutkan cerita dengan antusias.
        “Tadi Nek Iyam sampai nangis lho, Bun. Nek Iyam mendengarkan hafalanku sambil menyimaknya dari Al-Quran baru. Aku setor surat An-Naba. Nek Iyam bangga dan terharu, katanya, aku baru kelas empat, tapi sudah hafal juz 30.”
       Bunda juga, Sayang. Bunda pun memeluk Salman dengan perasaan bahagia. Tidak lagi memikirkan hadiah ulang tahun. Bunda sangat bahagia karena Salman peduli sesama dan cinta Al-Quran.

#FF 494 kata