Selasa, 15 September 2020

Swab Test, Gimana Rasanya?

Sekarang bulan September. Virus corona masih anteng gentayangan. Kasus pasien positif Covid19 masih terus meningkat. Tapi rangorang tetep juga masih banyak yang abai alias nggak peduli sama protokol kesehatan. Di jalanan banyak yang berkeliaran tanpa masker. Apalagi soal physical distancing, peduli amat dan masa bodo.  

Di tengah situasi yang rawan ini, desakan untuk membuka sekolah kian santer terdengar. Para orangtua, juga siswa, dan tak terkecuali guru, kepingin banget mengakhiri masa PJJ alias Pembelajaran Jarak Jauh alias belajar daring atau online.

Maka dibuatlah aturan ketat buat prosedur menuju sekolah tatap muka. Sekolah harus menyiapkan sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan protokol kesehatan sesuai yang digariskan oleh Satgas Gugus Covid19. Selain itu, para guru juga dipastikan bebas dari terpapar virus tersebut.

Metode test yang bisa membuktikan seseorang dinyatakan negatif Covid19 adalah swab test. Sebelumnya sih ada Rapid Test, tapi sekarang Rapid Test dianggap nggak valid buat keperluan itu. Biaya swab test ini jauh lebih mihil dari rapid test yang 'cuma' Rp.150.000,00. Kalau swab test mencapai angka juta gitu deh. Uwow kan..?

Nah, dalam rangka memfasilitasi para guru untuk dapat segera mengetahui kondisi kesehatannya terkait C19, pemerintah memberikan kemudahan dalam bentuk program swab test gratis. Konon cuma bulan ini. Kalau bulan depan baru kepingin ikutan, wah... jatah hangus tuh, dan akan dipersilakan buat bayar sendiri..Uwow lagi, kan..? 

So, aku dan temen-temen guru lainnya pun berangkatlah menuju Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah). Beberapa di antara kami ada yang ngerasa deg-degan, takut, resah dan gelisah, pokonya semacam gitu lah.. hehe.. wajar aja lah ya.. berbagai pikiran buruk hinggap. Apalagi sebelumnya beredar rumor bahwa swab test ini sakit banget. Apa bener? Baca aja terus ya..



Setibanya di Labkesda, kami registrasi ulang, mencocokkan data yang sudah terdaftar dengan yang ada di sistem. Kami diminta untuk menyerahkan fotocopy KTP dan menyebutkan nomor WA. Setelah itu, antre lagi di meja berikutnya untuk pengecekan akhir. Di meja ini pun kami diberi alat untuk swab test-nya.



Alat swab test yang telah ada di tangan, lalu kita bawa ke tempat pelaksanaan testnya. Jadi tiap orang bawa alatnya masing-masing, nggak akan satu orang menggunakan alat yang sama.

Di ruang pelaksanaan test, aku duduk, sedangkan petugasnya berdiri. Alat swab test dikeluarkan dari wadah. Bentuknya seperti batang yang pipih dengan ukuran kecil. Warnanya putih. Cukup lentur. 

Alat itu kemudian diukurkan jarak dari telinga ke hidung. Hasilnya, sepanjang itulah nanti alatnya dimasukkan ke dalam hidung.



Selesai alat itu dikeluarkan dari hidung, air mataku keluar. Automatically gitu. Bukan sakit, sih. Tapi nggak enaknya tuh kayak kalau berenang trus hidung kemasukan air. Kebayang kan? 



Setelah seluruh proses selesai, sebuah pesan WA masuk. Rupanya ucapan terimakasih dari Pikobar atau Pusat Informasi Jawa Barat Gugus Covid 19. Disampaikan juga bahwa hasil test bisa dilihat di web yang linknya diumumkan di pesan itu.



Jadi ya gitu deh, nggak usah takut sama swab test. Nggak sakit, kok.. :-)  



16 komentar:

  1. Semoga hasilnya negatif Teh Linda
    Semoga kita semua dilindungi Allah dan pandemi segera berlalu. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Aamiin..
      Aku inget pengalaman Santi di-swab. Harus rileks, jangan mikir bakal sakit. It works, Sant.

      Hapus
  2. trima kasih mbak infonya. harus pasang mindset ya kayanya bhw swab itu gak sakit. jadi air mata itu auto keluar ya...kalo orang2 cerita kan sampe keluar air mata krn sakitnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, bukan karna sakit kluar airmata tuh.. tapi reaksi spontan tubuh, misal kayak kepedesan juga kadang kluar airmata, ya.

      Hapus
  3. Wah...hebat ibu begitu tenang...semoga sehat dan selalu ada dalam lindunganNya..haturnuhun telah berbagi bu...👍👍🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Aamiin.. Makasiii doanya, Bu Nia..
      Makasiii juga dah mampir kemari.. 😍

      Hapus
  4. Terima kasih Bu Linda, sangat bermanfaat

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah, sudah diswab. Saya yg belum harap-harap cemas nih... Terima kasih infonya, sedikit mengurangi perasaan takut diswab. Habis cerita di luar sana begitu menyeramkan shg banyak teman yg gak mau didaftarkan swab. Semoga kita semua sehat-sehat, ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Aamiin..
      Makasiii dah mampir di sini ya, Bu..

      Hapus
  6. Kereen, pahlawan pandemi demi kestabilan proses pembelajaran
    Tulisan nya enak d baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, haturnuhuun Pak Taryana.. saya mah nulisnya saka.. hehe.. sakainget..

      Hapus
  7. huh....sudah terasa nih ! Aku anti ke dokter kalau ngga terpaksa sekali !

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. kok takut, Pak? nanti diketawain Athaya lho.. :)

      Hapus
  8. Banyak yang takut di swab. Mengapa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena banyak cerita-cerita negatif yang berkembang di luar sana, Bu.

      Hapus