Rabu, 14 November 2012

Siapakah Orang yang Paling Menderita Sedunia?







SIAPAKAH ORANG YANG PALING MENDERITA SEDUNIA?

Hidup tak selamanya penuh senyum dan tawa.  Adakalanya sendu dan tangis mewarnai. Seperti langit, yang hadir dalam kecerahan yang menyenangkan, namun di lain hari ia menyeramkan dengan gemulung mendung yang kemudian memuntahkan hujan badai disertai kilat menyambar petir menggelegar.

Demikian episode hidup yang kita jalani. Bahagia dan nestapa akan tampil pada waktu dan porsi yang telah sesuai dengan skenarioNya. Semua sudah tertulis. Tak akan tertukar antara si fulan dan si felin.

Kala bahagia menyapa, suka cita kita dibuatnya. Sebaliknya, kala dirundung duka, segala rasa gundah dan resah gelisah, hingga bergelut kalut, membebani pikiran. Dunia mendadak suram. Duhai, betapa malang rasanya diri.

Tak bisa dibantah bahwa pada fase tertentu, timbullah asumsi bahwa dirinya adalah orang yang paling menderita sedunia. Tersebab aneka masalah rumit yang terus membelit. Boleh jadi ia seorang tua yang ditimpa penyakit berat namun tak punya ongkos untuk berobat ke rumah sakit ditambah putra-putrinya tak peduli, dan dibayangi biaya kontrak rumah serta hutang menggunung di warung. Mungkin juga ia seorang muda yang ditinggal pacar yang amat disayanginya, kehilangan pekerjaan pula, serta diusir dari tempat kostnya karena menunggak bayar sewa, namun tak ada nyali pula bila harus pulang ke kampung. Atau seorang istri yang mengalami KDRT tingkat dewa. Bisa juga suami yang ‘dijajah’ istri dan keluarganya, hingga membuatnya tak berdaya.

Rupa-rupa masalah berkelindan dalam kehidupan. Terkadang hal-hal yang di luar dugaan, bak sinetron di layar kaca. Namun semua nyata adanya. Semua harus dihadapi.

Sudah sangat akrab di telinga kita, bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu perkara berat di luar kesanggupan kita. Semua sudah ditakar. Pas. Tidak boleh protes. Karena semua itu sejatinya untuk kecemerlangan hidup di masa yang akan datang. Apakah ia sabar dan tangguh menjalani, atau tersungkur terpuruk dalam keputusasaan. Untuk yang pertama, tentu di ujung episode sulit itu, ia akan tampil sebagai pribadi baru yang lebih unggul, lebih dewasa, lebih berkualitas. Namun, bila seperti yang disebut terakhir, maka ia hanya merugi bahkan dimurka Allah karena ketakberjuangannya.

Yang sudah sangat pasti adalah, tak ada kesulitan yang abadi. Semua berujung. Tinggallah  kita memilih apakah ingin akhir yang indah atau akhir yang buruk. Pun tak ada orang yang ternestapa di dunia. Semua memiliki kadar kesulitan sendiri-sendiri. Tengoklah sekeliling. Perluas silaturahmi. Buka mata buka hati. Maka kita akan temui beragam kemalangan dengan beragam variasinya. Si A suaminya selingkuh hingga memiliki anak, dengan kehidupan si selingkuhan yang lebih makmur, sementara dirinya terengah-engah mengirit pengeluaran. Si B suaminya selingkuh juga, malah tidak peduli lagi pada anak-anak, sehingga B harus pontang-panting mencari nafkah. Si C sepertinya langganan kena PHK, punya istri galak dan gampang naik darah, anak-anak sakit-sakitan pula. Si D sulit nian dapat pekerjaan tetap, masih tinggal di rumah mertua yang setiap hari bertubi-tubi menyindir dengan sinis, istrinya pun tak ada membela. Yang manakah yang paling susah?

Sesungguhnya masing-masing penderitaan A, B, C, dan D, tak bisa diperbandingkan. Semua memiliki kadar kesulitan dengan kombinasi yang tak saling mengungguli. Maka ketika kita disapa badai, lihatlah dan dengarlah bagaimana badai yang lain menimpa sahabat dan kerabat di sekitar kita. Di sana kita akan temui betapa kita tidak sendiri, kita bisa belajar bagaimana cara bertahan dan berjuang, bagaimana bersyukur bahwa kita masih mengecap iman sehingga tidak tergelincir melanggar aturanNya, semisal: sangat terdesak butuh rupiah dalam jumlah besar, tidak akan membuat terpaksa meminjam pada rentenir dengan sistem bunga yang jelas-jelas dilarangNya.

Demikian aneka permasalahan yang mengepung, tetap tidak akan membuat Anda sebagai orang yang paling menderita sedunia. Apakah ia si buruk rupa yang miskin papa, atau si jelita nan kaya raya namun tergolek tak berdaya karena penyakit ganas yang dideritanya, atau ia korban perang berkepanjangan, atau seorang ibu yang berputrakan teroris, ah.. sungguh tak terhitung ‘derita’ dalam hidup ini.

Dengan senantiasa mohon petunjuk dan lindungan dari Sang Penggenggam Hidup, semoga kita semua mampu menjalani apapun episode yang menjadi bagian kita dan memainkan peran sebaik-baiknya.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar