SIAPAKAH ORANG YANG PALING MENDERITA SEDUNIA?
Hidup tak
selamanya penuh senyum dan tawa. Adakalanya sendu dan tangis mewarnai. Seperti
langit, yang hadir dalam kecerahan yang menyenangkan, namun di lain hari ia
menyeramkan dengan gemulung mendung yang kemudian memuntahkan hujan badai
disertai kilat menyambar petir menggelegar.
Demikian episode
hidup yang kita jalani. Bahagia dan nestapa akan tampil pada waktu dan porsi
yang telah sesuai dengan skenarioNya. Semua sudah tertulis. Tak akan tertukar
antara si fulan dan si felin.
Kala bahagia menyapa, suka cita kita dibuatnya. Sebaliknya, kala dirundung duka, segala rasa gundah dan resah gelisah, hingga bergelut kalut, membebani pikiran. Dunia mendadak suram. Duhai, betapa malang rasanya diri.
Tak bisa
dibantah bahwa pada fase tertentu, timbullah asumsi bahwa dirinya adalah orang
yang paling menderita sedunia. Tersebab aneka masalah rumit yang terus
membelit. Boleh jadi ia seorang tua yang ditimpa penyakit berat namun tak punya
ongkos untuk berobat ke rumah sakit ditambah putra-putrinya tak peduli, dan
dibayangi biaya kontrak rumah serta hutang menggunung di warung. Mungkin juga
ia seorang muda yang ditinggal pacar yang amat disayanginya, kehilangan
pekerjaan pula, serta diusir dari tempat kostnya karena menunggak bayar sewa,
namun tak ada nyali pula bila harus pulang ke kampung. Atau seorang istri yang
mengalami KDRT tingkat dewa. Bisa juga suami yang ‘dijajah’ istri dan
keluarganya, hingga membuatnya tak berdaya.
Rupa-rupa
masalah berkelindan dalam kehidupan. Terkadang hal-hal yang di luar dugaan, bak
sinetron di layar kaca. Namun semua nyata adanya. Semua harus dihadapi.
Sudah sangat
akrab di telinga kita, bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu perkara berat di
luar kesanggupan kita. Semua sudah ditakar. Pas. Tidak boleh protes. Karena
semua itu sejatinya untuk kecemerlangan hidup di masa yang akan datang. Apakah
ia sabar dan tangguh menjalani, atau tersungkur terpuruk dalam keputusasaan.
Untuk yang pertama, tentu di ujung episode sulit itu, ia akan tampil sebagai
pribadi baru yang lebih unggul, lebih dewasa, lebih berkualitas. Namun, bila
seperti yang disebut terakhir, maka ia hanya merugi bahkan dimurka Allah karena
ketakberjuangannya.
Yang sudah
sangat pasti adalah, tak ada kesulitan yang abadi. Semua berujung. Tinggallah kita memilih apakah ingin akhir yang indah
atau akhir yang buruk. Pun tak ada orang yang ternestapa di dunia. Semua memiliki
kadar kesulitan sendiri-sendiri. Tengoklah sekeliling. Perluas silaturahmi.
Buka mata buka hati. Maka kita akan temui beragam kemalangan dengan beragam
variasinya. Si A suaminya selingkuh hingga memiliki anak, dengan kehidupan si selingkuhan
yang lebih makmur, sementara dirinya terengah-engah mengirit pengeluaran. Si B
suaminya selingkuh juga, malah tidak peduli lagi pada anak-anak, sehingga B
harus pontang-panting mencari nafkah. Si C sepertinya langganan kena PHK, punya
istri galak dan gampang naik darah, anak-anak sakit-sakitan pula. Si D sulit
nian dapat pekerjaan tetap, masih tinggal di rumah mertua yang setiap hari
bertubi-tubi menyindir dengan sinis, istrinya pun tak ada membela. Yang manakah
yang paling susah?
Sesungguhnya masing-masing
penderitaan A, B, C, dan D, tak bisa diperbandingkan. Semua memiliki kadar
kesulitan dengan kombinasi yang tak saling mengungguli. Maka ketika kita disapa
badai, lihatlah dan dengarlah bagaimana badai yang lain menimpa sahabat dan
kerabat di sekitar kita. Di sana kita akan temui betapa kita tidak sendiri,
kita bisa belajar bagaimana cara bertahan dan berjuang, bagaimana bersyukur
bahwa kita masih mengecap iman sehingga tidak tergelincir melanggar aturanNya,
semisal: sangat terdesak butuh rupiah dalam jumlah besar, tidak akan membuat
terpaksa meminjam pada rentenir dengan sistem bunga yang jelas-jelas dilarangNya.
Demikian aneka
permasalahan yang mengepung, tetap tidak akan membuat Anda sebagai orang yang
paling menderita sedunia. Apakah ia si buruk rupa yang miskin papa, atau si
jelita nan kaya raya namun tergolek tak berdaya karena penyakit ganas yang
dideritanya, atau ia korban perang berkepanjangan, atau seorang ibu yang
berputrakan teroris, ah.. sungguh tak terhitung ‘derita’ dalam hidup ini.
Dengan
senantiasa mohon petunjuk dan lindungan dari Sang Penggenggam Hidup, semoga
kita semua mampu menjalani apapun episode yang menjadi bagian kita dan
memainkan peran sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar