Senin, 18 Maret 2013

Yakinlah.. Allah Maha Kuasa..

Kisah-kisah yang mengalir seputar perjalanan suci ke Baitullah selalu menarik. Ada yg mengharukan, membahagiakan, menyentak, membelalakkan, hingga mengiris hati.

Beberapa hari lalu, sahabat baikku, Hesti, baru saja pulang umrah dari tanah suci. Dan.. apa yang dituturkannya, sungguh mencengangkan, mencerahkan, menyadarkan jiwa. Betapa kuasa Allah demikian hebatnya.

Ceritanyanya begini. Hesti, seperti halnya umat muslim lain, betapa amat sangat mendamba pergi ke tanah suci, bersujud di depan Ka'bah, berziarah ke makam Rasulullah, dan rangkaian ibadah lain di Mekkah dan Madinah. Pada saat tabungannya menipis-pis-pis, karena tersedot aneka pengeluaran ini-itu (pernikahan adik, anak masuk skolah, silaturahmi ke Jakarta-Hesti tinggal di Samarinda), namun tiba-tiba Allah mencurahkan rezeki melalui bonus awal tahun dari kantor suaminya, yang jumlahnya cukup untuk berumroh berdua.

Singkat cerita, didapatlah jadwal keberangkatan ke sana. Namun, olala, ternyata tanggalnya bertepatan dengan jadwal haidnya. Duh, bagaimana mungkin pergi ke tanah suci dalam keadaan haid? Sementara tujuan ke sana tentu untuk banyak-banyak melakukan ibadah.

Akhirnya, atas saran tenaga medis, Hesti minum obat penunda haid dua minggu sebelum berangkat. Agar bisa berangkat dengan tenang tanpa mengalami haid. Dan.. apa yang terjadi kemudian, Teman..? Empat hari sebelum hari'H', darah haid malah mengalir deras. Hesti panik bukan kepalang. Siklus haidnya biasa berlangsung 10 hari-an, berarti.. ? Oh, tidaaak! jeritnya dalam hati.

Gegas langkahnya menuju dokter SPOG. Tidak cukup satu, ia datangi dokter lain untuk second opinion. Hasilnya, sama saja, Teman. Hesti memang positif haid. Konon reaksi tubuh seseorang itu berbeda-beda terhadap obat tersebut. Nah.. Hesti ni' malah sel telurnya menjadi lekas matang sehingga lekas haid lah akibatnya.

Hesti pun berurai air mata.Menghiba dengan sangat di hadapan Sang Maha Kuasa. Dihimpunnya seluruh doa dari ayahbunda, sanak-saudara, sahabat dan kerabat. Tak lupa senantiasa menggemakan prasangka baik di hatinya atas segala kehendakNya.

Hingga duduk di pesawat dan perlahan meninggalkan tanah air, kondisi belum berubah. Hesti bermohon agar perjalanan ini memakan waktu lebih lama dengan asumsi haidnya bisa berhenti dalam rentang waktu yang panjang itu. Di dalam pesawat, setelah di-cek beberapa kali, haidnya masih saja ada.

Kebayang ya, betapa sulitnya posisi Hesti saat itu. Rasanya ingin putus asa. Tanah Arab akan dijelangnya tak lama lagi. Tapi ia harus sabar menghadapi kenyataan tidak bisa langsung menginjakkan kaki di masjid nabawi. Sementara kawan-kawannya seperjalanan penuh sukacita menyambut landingnya pesawat, Hesti masih merana.

Setelah melewati proses imigrasi di bandara, Hesti menuju toilet. Dan.. tak dinyana tak diduga.. bersiiih! Subhanallah.. betapa gegap gempita hati sahabatku itu.

Dalam perjalanan menuju Madinah, ada juga kesempatan mampir, dan lagi-lagi setelah di-cek, Hesti benar-benar bersih. Subhanallah.. Maha Kuasa Allah yang telah menguji kesabaran sahabatku. Dan salutku kepada Hesti yang benar-benar ikhlas dengan haidnya yang seperti tak kenal kompromi.

See, ketika seseorang ikhlas dan berserah sambil tak henti berprasangka baik terhadapNya, maka reward istimewa yang sungguh membuncahkan bahagia, akan didapat. Hesti menjalankan rangkaian ibadah dalam kenikmatan yang lebih-lebih-lebih dahsyat, karena sebelumnya seakan kesempatan itu bakal luput sebagian. Tersungkur ia dalam sujud syukur dengan bahagia yang mengepung hati tiada henti.

Subhanallah.. Ya Allah, betapa Maha Kuasa Engkau.. Kami sungguh tiada daya di hadapanMu.

Terkadang kita merasa sesuatu akan lepas. Nah.. pada saat itu, bila hati benar-benar ikhlas, maka dalam detik-detik terakhir, justru sesuatu itu menjelma, dan boleh jadi dalam bentuk yang lebih baik dari perkiraan semula. Namun jika kita sarat dengan gerutu  dan keluh kesah, maka boleh jadi sesuatu itu benar-benar lepas dan tak kembali.. :'(

Ya Allah.. dalam aneka kesempatan, Kau tampakkan kuasaMu agar kami lebih mengingat siapa diri kami. Namun adakalanya hati kami tertutup selaput rupa-rupa. Selaput kecemasan, kesangsian, kesombongan, kemarahan, keputusasaan..
Astaghfirullah..

Sudah tidak boleh lagi ada keraguan tentang kemahakuasaan Alah. Ini sungguh nyata. Skenario yang indah dariNya.

#Trimakasih ya, Hest.. sudah berbagi bersamaku. Kisahmu benar-benar memukau.



3 komentar:

  1. subhanallah, nebar ya mba kalo udah kun ya kun, ngga pake tawar menawar. maha busar Allah

    BalasHapus
  2. subhanallah... memang jika sudah rezeki pasti akan datang jadi seharusnya tidak usah panik ya... ikhlas saja... tapi kita sering panik (termasuk aku).. cerita yang menginspirasi

    BalasHapus
  3. Subhanallah... semoga aku jg mendapatkan kesempatan yg sama :-)

    BalasHapus