Sabtu, 26 September 2015

Di-service Customer Service

Setiap masuk bank, pasti kita akan menemukan Mas-Mas atau Mbak-Mbak yang bertugas di Customer Service. Tugas mereka melayani para pelanggan, entah itu merespons keluhan maupun menjelaskan produk bank tersebut, atau apa pun yang berhubungan dengan kenyamanan pelanggan.

Selama ini aku nggak pernah peduli sama Customer Service. Maksudnya, selama urusanku ditangani, it's Ok. Dan yang disebut urusan adalah hal-hal yang terkait sama bank itu lah. Mereka mendengarkan lalu menjelaskan dengan baik. That's it.

Tapi, ada yang berbeda saat beberapa hari lalu aku masuk ke Bank BNI. Keperluanku cukup sepele sih, cuma mau cetak buku. Aku kan cuma berurusan dengan ATM. Ada transfer masuk, lalu aku ambil. Gitu aja. Aku bukan orang yang rajin menabung. Lha, apa yang mau ditabung? hihi.. uang yang masuk, semua terserap dengan baik, termanfaatkan seluruhnya.. ^^

Nah, cetak buku itu penting buatku. Untuk mengetahui lalu lintas keluar masuk uang. Jadi tahu setiap transfer itu sumbernya dari mana.

Di Bank BNI, cetak buku ditangani oleh Customer Service. Di bank lain kan ada yang sama teller aja. Maka hari itu aku pun mengantri di bagian customer service. Aku duduk manis sambil membaca novel. Nggak lama kemudian, nomorku dipanggil.

Proses cetak buku kan ada bagian menunggu buku tabungannya diketik-ketik gitu, ya.. sambil nunggu, aku lanjutkan membaca. Eh, tiba-tiba si Mas Customer Service-nya sambil ngetik-ngetik, dia bertanya dengan sopan. "Suka membaca ya, Mbak?"

Aku menengadah, mengalihkan pandangan dari buku ke Mas CS itu. Aku pun mengangguk sambil tersenyum. Lalu melanjutkan lagi membaca. Kukira ia cuma basa-basi sekedarnya. Nggak taunya dia ngomong lagi, "Kalau udah suka baca, di mana pun dan dalam waktu apa pun digunakan untuk baca, ya." Masih dengan sikap yang sopan dan manis.

Aku mengiyakan, sambil bilang bahwa aku penulis jadi otomatis lengket sama buku. Lalu Mas CS itu dengan tulus, tanpa basa-basi berlebihan, menanyakan tentang buku-bukuku. Ia menunjukkan perhatian dan memuji sewajarnya. Jadilah perbincangan ringan saat itu berkisar tentang buku.

Sungguh, baru kali itu aku di-service sama Customer Service dengan sikap yang hangat, bukan sekadar melayani kepentingan urusan terkait dengan lembaga yang bersangkutan. Kukira seharusnya begitulah para customer service memperlakukan pelanggannya. Bukan sekedar menaruh permen-permen mungil di mejanya, tanpa menawari kepada pelanggan. Tapi customer diperlakukan dengan keakraban yang menyenangkan, tidak hanya melulu tentang masalah yang dibawa pelanggan. Dan perlakuan itu dilakukan dengan porsi wajar serta tidak berlebihan, apalagi terkesan nyinyir dan genit.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar