Jumat, 28 Agustus 2015

BELAJAR PASSION DARI USTH. SUCI

Juli 2014 aku mulai menjalani profesi baru sebagai guru SMP. Sebelumnya, lebih dari sepuluh tahun aku berkutat di dunia Taman Kanak-Kanak. Pengalaman baru buatku, meski masih sama-sama di lingkaran yang sama, lingkaran sekolah. Tapi, dulu aku kepala sekolah, jaraaang banget mengajar. Dengan posisi sebagai guru, otomatis aku harus masuk kelas dan mengajar.

SMP tempat aku mengajar namanya SMPIT Adzkia, sebuah Islamic full day school. Aku harus stand by di sekolah dari pukul 07.05 sampe 15.45. Waktu kedatangan  harus tepat. Langsung dapet 'punishment' kalo telat meski 1 menit. Tapi kalo pulang lebih dari 15.45 sih nggak ada reward.. hehe..

Di sekolah ini, aku nggak sendiri sebagai guru baru. Ada beberapa teman yang barengan masuk di tahun yang sama, di antaranya Usth. Suci. Oh ya, di sekolah ini, semua guru dipanggil Ustadz dan Ustadzah. Guru TU sekalipun yang nggak mengajar, tetep dipanggil kayak gitu.

Kedekatanku dengan Usth. Suci makin rapat. Setiap pulang sekolah, kami selalu bareng. Sebenernya sih, lebih tepat, aku nebeng di motornya.. hehe.. Daan, aku juga menceritakan satu rahasia besarku sama Usth. Suci. I trust her. Dia mah bukan type ember, jadi rahasiaku aman bersamanya. Mau tau? ssttt... namanya juga rahasia.. ^_^

Usth. Suci baru pertama kali ini mengajar. Sebelumnya dia analis di sebuah perusahaan kosmetik. Dia kan lulusan sekolah analis kimia di Bogor. Nah, di sekolah ini dia didapuk menjadi guru matematika dan IPA.

Seiring berjalannya waktu, tampak Usth. Suci sering merasa nggak nyaman. Dia mengeluhkan respons anak-anak saat dia mengajar. Yah, anak-anak memang kadang nggak kooperatif. Sementara materi yang dipelajari belum dikuasai, tapi mereka malah nggak antusias. Bikin mangkel ati deh..

Usth. Suci ngerasa berbeban. Buat dia, jadi beban moral ketika mengajarkan sesuatu trus anak-anak masih aja pada nggak ngerti dan nggak bisa. Aku lihat, dia selalu menyiapkan materi dengan baik. Tapi kadang anak sulit melepaskan mindset bahwa Math is hard. Yang pinter mah asik belajar Matematika sama Usth. Suci, yang nggak bisa teuteup aja nyantai.. hadeuh..

Sampai suatu hari, aku terhenyak mendengar curhatnya. Dia mau pilih resign aja. Duh.. aku sediih bakal ditinggal sama temen terbaik di sekolah. Tapi mau gimana lagi, ya? Nggak mungkin juga aku maksa Usth. Suci buat stay di Adzkia sementara dia ngerasa nggak nyaman. Dia ngerasa mengajar bukan passionnya. Nah, di situ aku tertegun. Aku ngerasa Usth. Suci asik banget ya, bisa ngerti passionnya apa.

Dulu aku menjalani peran sebagai pengelola taman kanak-kanak, nggak mikir apa itu passion-ku atau bukan. Kesian ya.. hihi..

Aku jadi sadar, ketika sesuatu dilakoni, maka itu harus diiringi dengan pengetahuan tentang passion. Seperti Usth. Suci, kalau dilihat dari luar sih, nggak nampak berat menjalani tugasnya sebagai guru. Dia mengajar dengan baik. Tapi ternyata, passionnya bukan di situ. Aku jadi mikir, passion itu penting banget, supaya kita tetap happy.. :)

Apakah setelah itu Usth. Suci say goodbye? Ternyata nasib berkata lain. Ketika Usth. Suci bilang mau resign, Yayasan memberi semacam solusi dengan memindahkannya ke bagian lain yang membuat Usth. Suci nggak akan berinteraksi di kelas dengan anak-anak. Ia terbebas dari mengajar, tapi berkutat di Divisi Sarana dan Prasarana.

Galau lah Usth. Suci. Maksud hati mau hengkang, tapi masih dipertahankan oleh sekolah. Akhirnya Usth. Suci pun menerima tawaran menjadi staff Divisi Sarana dan Prasarana. And then.. apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata ada hal-hal yang membuat kenyamanannya kembali terusik. Seringkali idealismenya berbenturan dengan kebijakan yayasan. Dia harus menahan diri, namun lama-lama tak kuasa juga.

Mendengar curhatnya yang kembali ingin resign, aku merasa sedih. Di satu sisi, aku nggak mau ditinggal teman terbaikku, tapi di sisi lain aku nggak mau juga dia tertekan. Aku pun menyarankan dia untuk mengajukan surat pengunduran resmi. Semata demi kebaikan dan kebahagiaannya.

Kabar terakhir kudengar, pengunduran dirinya akhirnya diterima. Bulan depan tak akan lagi Usth. Suci datang ke Adzkia. Dia sudah akan lepas statusnya dari pegawai Adzkia. Duhai, betapa pilu rasanya hati. Ada yang ruang yang kosong di dalamnya. Ketulusannya, perhatiannya, pengertiannya tak akan terganti.

Usth. Suci sudah mengajarkan satu hal penting buatku, passion. Maka kini, aku mengerti, passionku adalah mengajar dan menulis. Jadi, jangan ada lagi yang mengajak aku untuk jualan-jualan, entah itu namanya marketing, reseller, atau apa pun. Intinya tetap jualan. Produk-produk kecantikan, alat rumah tangga, obat-obat suplemen, atau apalah, bukan passionku.

Tapii.. kalau jualan buku karyaku.. teuteup sih. Kan itu mah masih berhubungan dengan passionku sebagai penulis. Ini bukan ngeles lho, penulis era abad ini, dituntut juga memasarkan karyanya. So.. ayoo beli buku karyaku.. :)

1 komentar: