Masih segar dalam ingatan,
waktu awal kemunculan Faiz putra Helvy Tiana Rosa, wah… cukup menggemparkan
rasanya. Sampai ada yang berkomentar, “Benarkah dia ada?” ck ck ck saking itu anak, anak ajaib banget.
Gimana ga ajaib, kalau
nyaris setiap kata yang terluncur dari mulutnya adalah kata-kata indah yang
rasanya muskil diucapkan oleh bocah tiga tahun kala itu. Yang fenomenal dan
terkenal, semisal: “Bunda, aku mencintai Bunda, seperti aku mencintai surga.”
Konon sejak saat itu, setiap waktu, Faiz bisa tiba-tiba mengeluarkan
kalimat-kalimat puitis bak penyair.
Nah, sekarang ini aku punya
sahabat yang rasa-rasanya mirip banget sama Faiz. Mungkin ini Faiz dalam
kemasan feminin dan lebih dewasa. Ya, karena sahabatku ini perempuan dan
bilangan usianya lebih dari usiaku.
Aku sih belum lama ketemu
Mbak Dhani (duh sampe lupa nyebutin namanya di awal). Baru sekitar setahunan
lebih. Tapi rasanya dah akrab aja (atau jangan-jangan aku yang sok akrab.. :D )
Mbak Dhani ini orangnya
baiiiik. Dijamin susah deh, cari keburukannya. Kakak teladan banget. Orangnya
lembut, perhatian, sabar, terkendali, dan selalu positif thinking.
Hubungannya Mbak Dhani
sama Faiz… mereka berdua itu sama-sama super kalimat-kalimat puisinya.
Sebetulnya ini Faiz versi lama yang aku tahu, karena aku dah ga ngikutin sepak
terjang Faiz setelah dia dewasa. Puisinya Mbak Dhani kayak puisi Faiz dulu, ga
njelimet, keindahannya terasa, maknanya mudah dicerna. Ga kayak parade sastra yang
aneh-aneh di koran-koran hari Minggu.
Seperti yang kubilang, Mbak
Dhani tema puisinya bersifat dewasa. Ya iyalah… Faiz kan masih anak-anak (buku
puisi Faiz yang aku punya, saat ia berusia 8 tahun). Puisi Mbak Dhani itu
lembuut, halus, dan ga jarang terasa menyayat hati. So touching banget deh. Dan
anehnya, Mbak Dhani tuh nulis puisi selalu bagus serta dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Wall fb-nya senantiasa bertabur
puisi-puisi indah. Kata Mbak Dhani sih,
dia cuma menuangkan apa yang dilihat dan dirasanya. Semua dilakukan dengan hati
yang jujur. Wadduh… itu prosesnya gimana
yak..? Aku mah ga mudheng. Yang jelas, aku menikmati sangat puisinya, menyesapi
keindahannya.
Mau contoh kalimat-kalimat
Mbak Dhani yang ajaib itu? Ini nih..
Aku ingin menjadi mimpi, yang karenanya kau tak menyesal bangun di pagi hari. Aku ingin menjadi lelap yang untuknya kau tak perlu menghabiskan banyak waktu menujunya. Aku ingin menjadi laut yang ramah di segala musim dan membuatmu tak pernah gentar melayarinya. Aku ingin menjadi hujan yang derainya membuatmu menari dan bersyukur atas nikmat air yang melimpah. Aku ingin menjadi embun yang tak membiarkan daun menunggunya terlalu lama untuk membaginya cinta.....aku ingin menjadi segala sesuatu yang membuatmu mencintai hidup..aku ingin menjadi aku yang selalu ada di setiap adamu......aku ingin......
Aku ingin menjadi mimpi, yang karenanya kau tak menyesal bangun di pagi hari. Aku ingin menjadi lelap yang untuknya kau tak perlu menghabiskan banyak waktu menujunya. Aku ingin menjadi laut yang ramah di segala musim dan membuatmu tak pernah gentar melayarinya. Aku ingin menjadi hujan yang derainya membuatmu menari dan bersyukur atas nikmat air yang melimpah. Aku ingin menjadi embun yang tak membiarkan daun menunggunya terlalu lama untuk membaginya cinta.....aku ingin menjadi segala sesuatu yang membuatmu mencintai hidup..aku ingin menjadi aku yang selalu ada di setiap adamu......aku ingin......
Duh…
mencelos hati ini membacanya. Kalian juga, kan?
Oh ya, sering juga Mbak Dhani bikin puisi tentang semesta, tentang langit, tentang senja… seperti ini:
Oh ya, sering juga Mbak Dhani bikin puisi tentang semesta, tentang langit, tentang senja… seperti ini:
Senja itu, dulu, adalah senja yang utuh luka.
Saat kau bilang, kau ingin menghabiskan senja bersama sosok yang kau cinta dan
itu bukan aku. Dan kau tahu apa yang ada di pikirku saat itu? Aku ingin
membunuh senja sekali tikam dan memohon pada Tuhan agar menghilangkan senja
dari siklus waktu. Kalau aku tak bisa menikmati senja lagi bersamamu, maka tak
akan kubiarkan siapa pun menikmatinya.....
Kadang
memang puisinya tak hanya menyuarakan keindahan yang mengharu biru. Ada juga
gigil rindu, baret luka, bahkan kegeraman terhadap sesuatu. Tapi semua tetap
dalam bingkai yang indaaah.. Seperti sajak rindu berikut ini:
Pada berlembar- lembar kabar yang kau
titpkan pada mimpi sewangi mawar, kuhirup samar aroma harap yang binar. Tentang
esok yang gemintang, juga tentang hari ini yang merona seri, bersamaku
katamu.....dan tak ada yang bisa kulakukan selain berharap mimpi bertahan lebih
lama, agar cukup waktuku untuk bilang, rinduku nyalang...
Ga
mesti berpanjang kata, status pendek pun tetap tak kehilangan aura penyairnya..
seperti ini: Dan pada setiap persinggahan,ada namamu tak jua
pejam...pelan tapi pasti,tak bisa diusik lagi....
Daan..
masih banyaaak puisi-puisinya yang apik, cantik, ciamik, dan asyik. Rasanya aku pingin
tampilin lebih banyak lagi.. J
Ga
bisa berhenti kagumku pada kemampuannya berpuisi. Kok meluncur terus ya,
kata-kata yang cantik dari benaknya? Bener-bener kayak orang nulis kas bon,
lancarr..
Itulah
Mbak Dhani-ku. Mbak yang pinter, baik, dan selalu siap menolong. Selain jago
puisi,
Mbak Dhani juga piawai menganalisis tulisan. Ga sedikit para penulis
yang memercayakan karyanya untuk dibaca terlebih dahulu sama Mbak Dhani. Analisanya
tajam dan bernas, ga beroma puja dan puji. Pokoknya Mbak Dhani kereen..
Wahai penyulam kata... Kepadamu, selamanya cinta.. |
Mba Linda jg baik dan selalu siap menolong lho..
BalasHapusaiih.. Mbak Ela bikin aku tersanjung..
Hapusaku mah masih jauh dari baik-nya Mbak Dhani.. :)
selalu takjub juga sama penyulam kata-kata menjadi bait cantik, mbak. how come? :D
BalasHapusPuji juga kereeen..
Hapusaku ngefans sm tulisan2 Puji..
merinding bacanya adik baik. Senang bisa baca pendapat orang lain tentangku. Semoga kalau itu benar tentangku, itu karena aku punya sahabat- sahabat yang membaikkan sepertimu. Tapi kalau ada yang belum benar, kata- katamu semoga menjelma doa buat kebaikan kita semua. Jujur saja, bagiku tulisanku masih sederhana banget. Aku belum bisa nulis seperti yang kau jumpai di koran- koran sastra. Berat banget. Aku hanya sedang mencoba untuk menuangkan apa yang ada di pikirku. Dan aku tak ingin njlimet, karena aku juga memposisikan diri tsebagai pembaca yang awam. Tentang jadi first reader, sekali lagi karena aku memposisikan diri jadi pembaca. Walau terkadang sotoy banget ya, secara nulis aja masih pemula. Tetap jadi sahabat dan adikku yang luar biasa ya say..semoga berlimpah rahmat buat semua kegigihan dan cintamu..love u...
BalasHapusmbak dhani, statusnya selalu berpuisi. dan aku seringnya komen merusak.byuhhh....maafkan aku mbak dhani. penulis blog ini. sama aja. beliau juga seringnya menuliskan kalimat2 indah. kadang dengan bahasa tinggi kadang dengan bahasa sederhana.dua2nya sama2 indahnya. dua wanita cantik ini bila mengolah kata, seumpama chef handal mengolah bahan masakan. bisa menjadi rasa apa yang mewakili ingin mereka. pahit, pahitlah, manis..manislah. tapi semua selalu di platting dengan sempurna menggugah selera membacanya. lov u both
BalasHapusbaca komen dik Anik langsung lihat kaca, hehhe. Tq adik baik, aku suka ngiri dengan kepintaranmu bikin kue dan penganan padahal engkau punya dik Ola dan dik Keen yang butuh perhatian penuh...love u too...
BalasHapusPingin bertemu kalian berdua. Btw, kenapa gak ikutan GA sahabat blogger mbak, bisa diikutkan kisah ini ...
BalasHapusIya mbak, bisa ni diikutkan di GA sahabat blogger.
Hapuscuma bisa bilang: senang andai bisa dicintai seorang teman seperti ini, mba Dhani layak berbangga hati ^_^
BalasHapustante syifa, maaf ya baru bilang sekarang.
BalasHapusmakasih kado ultah nya, ya.... :)