Selasa, 07 Januari 2014

Menulis... Menulis...

Sekarang sudah tanggal 8 Januari 2014, artinya sudah sepekan berlalu di tahun baru ini. Hmm.. dan saya baru memulai menulis lagi di blog ini. Kemana ajaa..?

Bertumpuk ide hilir mudik di otak saya, tapi biasalah.. alasan klasik.. saya nyaris tersibukkan oleh hal lain. Menulis di blog pun tersingkirkan prioritasnya.

Mengawali tahun 2014 ini, saya inginnya menuntaskan hutang-hutang resensi. Alhamdulillah, resensi buku Inferno karya Dan Brown sudah tunai saya tulis dan dimuat di media indoleader.com. Saya sudah 'lapor' juga sama Mizan yang sudah dengan baik hati kasih saya buku itu. Lalu, buku lain dari Mizan, antologi tentang ketangguhan para bunda menghadapi beragam masalah, sudah diresensi pula, dan dimuat di nabawia.com. Ada satu lagi nih, buku hadiah Mizan, tapi anehnya kok nggak ada di rak buku.. duh duh sepertinya ada yang meminjam dan saya lupa siapa orangnya.. hiks.. padahal belum diresensi..

Sekarang lagi komat-kamit merapal doa untuk resensi saya yang sedang berlayar ke KorJak. Resensinya novel Mbak Riawani Elyta yang baru, berjudul "Dear Bodyguard". Semoga dimuat.. semoga dimuat.. setelah akhir tahun lalu, resensi saya terpental selalu di sana.

Oh ya, masih tentang resensi, ada lagi kabar gembira. Saya menang lomba resensi untuk buku "Menciptakan Keajaiban Finansial". Alhamdulillah, katanya berhadiah baju. Dan, ini betul-betul semakin membenarkan kalimat yang duluu pernah saya ucapkan bahwa saya nggak pernah membeli baju, tapi selalu ada pemberian orang lain. Sepertinya aneh ya, tapi demikianlah adanya. Adaa saja yang memberi saya hadiah berupa baju.

Kembali lagi pada keinginan untuk bisa rutin menulis di blog, pada akhirnya saya tidak bisa memaksakan diri juga. Jadi teringat postingan teman di BAW, yang berbagi tentang jam menulis bagi seorang emak yang rempong sama urusan rumah tangga. Banyak yang ingin mencoba menerapkan, ada juga yang sudah pernah menerapkan dan gagal konsisten. Yaah.. semua akan berpulang pada kondisi masing-masing ya, kondisi fisik, mental, dan lingkungan yang sangat mempengaruhi mobilitas.

Masih dalam postingan tersebut, ada seorang Bawers yang menampilkan icon murung karena dia merasa tidak mungkin melakukan kedisiplinan ketat pada jam menulis, tersebab kerepotannya mengurus keluarga. Katanya, dia mengurus segala sesuatunya sendiri, tanpa ART, karena tidak mungkin bisa menggaji seorang ART. Sedih juga melihatnya. Saya bisa merasakan itu. Seperti pengakuannya yang merasa lemah secara fisik, saya pun juga begitu. Ritme dahulu yang tidak terbiasa bekerja keras, membuat saya lekas lelah. Dulu, mana pernah mengurusi mencuci, menyapu, mengepel, dsb, sekarang semua itu harus saya lakukan. Dan tentu saja, saya pun mana mungkin pula bisa menggaji seorang ART, bisa-bisa jatah makan dan ongkos tergoyahkan.

Sebetulnya saya pingin komen dan menghibur Bawers yang sedih itu. Saya ingin bilang, menulislah semampunya. Kondisi yang berat jangan dijadikan beban. Nanti tambah sedih kan? Memikirkan pekerjaan rumah tangga yang seolah tak berujung, ditambah rasa bersalah karena tidak sempat menulis. Saya juga ingin bilang bahwa teman itu masih terbebas dari kewajiban mencari nafkah, sedangkan saya iya. Berarti dia masih sedikit bisa melonggarkan napas. Tapi, kemudian saya putuskan tidak jadi mengomen di sana. Khawatir jadi terkesan memperlihatkan penderitaan.. hehe..

Maka, ini tulisan pertama di tahun 2014 sepertinya juga ngelantur kesana kemari. Yang pasti sih, yang ingin saya bilang adalah saya ingin terus tetap menulis. Semampu saya. Biarlah orang melejit dengan kelahiran novelnya yang beruntun. Saya masih tetap begini-begini saja, toh orang-orang tidak tahu persis bagaimana keadaan saya yang sebenarnya, dan saya pun tidak mungkin memproklamirkannya kepada khalayak ramai.

Alhamdulillah sih, sepertinya orang mulai melihat saya sebagai seorang resensator. Saya syukuri saja. Meski ada teman yang bilang, "Ya, Mbak Linda dikenalnya 'cuma' sebagai resansator". Tidak apa-apa lah, mungkin baginya yang hebat itu haruslah menjadi seorang novelis, atau paling tidak, menerbitkan buku solo, entah fiksi maupun non-fiksi. Insya Allah saya pun ingin menuju ke sana. Bila sekarang jalur yang saya lewati adalah seperti ini, saya akan menempuhnya dengan sungguh hati.

Semoga tahun ini adalah tahun saya. Subhanallah.. itu kata sohib saya, Tuti Adhayati yang nama penanya: Adya Pramudhita. Dia bilang, semoga tahun ini menjadi tahun kita ya, Teh..  Ya Allah, saya Aminkan betul ucapannya. Semoga lomba-lomba resensi yang masih dalam penilaian, menobatkan saya sebaga salah satu pemenang. Lomba resensi novel Perjalanan Hati, Lomba resensi seri Love Flavour-nya Bentang, dan Lomba Indiva. Semoga menaang.. semoga menaang.. Aamiin.. Aamiin..

5 komentar:

  1. saluuuut... hebat euy mbakku satu iniii... sukses terus ya mbak, paling seneng tuh kalu kita bisa melakukan sesuatu yang kita sukai, eh dapet bonus rejeki pula, masyaAllah... nikmaaaat...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanx yaa Ji.. dirimu yg emak tangguh itu, menjadi penyemangatku lho..

      Hapus
  2. Waah itu lagi ngomongin "seseorang" siapa ya? Aku ketinggalan diskusi-diskusi di BAW, sibuk kejar target tulisan, xixixixixixi... Semangat, Mba Lindaaa.... Great Mom :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. gpp kan ya, ngomonginnya ini mah bukan ghibah.. :)
      Mbak Ela nih mantav banget.. produktif nulisnya..
      moga aku bisa mendekati kayak gt..

      Hapus
  3. halo mbak linda satibi, salam kenal ya. pengen deh, sejago mbak linda bikin resensi.. ^_^

    BalasHapus