Selasa, 11 November 2014

Penulis yang Berprofesi Lain

Ketika memutuskan untuk pindah kerja, aku sudah membayangkan konsekuensinya. Dengan mengajar di sekolah full day, tentu waktu menulis akan berkurang. Dulu mah bisa pulang jam 11 atau sesekali jam 12, maka dari siang sampe sore ada waktu luang. Kalau di full day school, pulangnya sore, tapi aku pikir bisa lah nulisnya malem.

Benarkah malam hari aku bisa menulis? Ternyata tidak, sodara-sodara. Badan rasanya lemess.. bawaannya pingin baring-baring aja di tempat tidur. Belom lagi, krucil pada seru berceloteh. Aku kan harus mendengarkan dan menanggapi. Rasanya bersalah kalau nggak meratiin celotehannya.

Jam 8 waktunya Salman tidur. Seperti biasa minta dikelonin.. dan.. aku pun ikutlah tertidur. Biasanya aku setel alarm hp supaya aku bangun tengah malam. Niatnya pingin nulis.

Tengah malam aku betul-betul bangun, tapii.. hanya sekadar mematikan alarm, lalu kembali terlelap dengan sukses. Saat dinihari terjaga, aku menegakkan badan penuh rasa sesal. Kenapa nggak bangun tengah malam tadi?

Kalau bangun dinihari mah udah nggak bisa ngapa-ngapain, nyuci piring, masak nasi, nyuci baju, dll deh. Waktu terasa singkat kalau pagi-pagi. Tau-tau udah jam 6 aja.. fyuuh.. nyiapin Salman dan kakak-kakaknya sekolah, rasanya menyita waktu.

Jadi yaah gitu deh.. kepinginnya bisa kayak para penulis lain, yang teuteup bisa produktif meski berprofesi lain. Kayak Mbak Riawani Elyta, PNS yang sibuk, tapi daftar tulisan resensinya dah panjaaang. Belom lagi mungkin ada juga calon novelnya. Trus, Teh Ifa Avianty juga, sibuuk ngerjain ini-itu, tapi nulisnya banyaak..

Kapan atuh ya, aku bisa gitu? Urusan anak-anak beserta rumah dan segala isinya, kelar. Urusan nulis juga tetep jalan. Belum lagi urusan internal.. ups! ini mah nggak usah dibilang-bilang dah.. cuma bikin pingin nangis jadinya.

Aku tetap berharap bisa menulis dengan baik. Semoga allah meridoi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar