Sering kita saksikan betapa kreatifnya masyarakat Indonesia
dalam pemanfaatan barang-barang. Ada yang menggunakan wajan untuk antene
parabola, papan triplek yang dipotong persegi untuk raket badminton, batok
kelapa untuk gayung, dll. Ini memperlihatkan bahwa keterbatasan tidak memasung
sebuah keinginan, tetapi mendorong seseorang untuk berpikir kreatif.
Dalam hal kuliner, kreativitas ini pun terjadi. Beragam
masakan dan makanan khas Indonesia menunjukkan betapa lincahnya otak orang
Indonesia berputar. Aneka bahan dan bumbu diracik sedemikian rupa, menghasilkan
hidangan yang lezat dan membuat lidah berdecak.
Yang lebih menarik, ada pula makanan yang dibuat dari kreativitas
memanfaatkan bahan sisa. Anda mungkin pernah mendengar nama “Roti Unyil”? Kini
roti berukuran mini tersebut menjadi kudapan favorit yang dicari. Padahal, itu bermula
dari terobosan kreatif seorang karyawan pabrik roti yang memanfaatkan sisa bahan-bahan
roti. Daripada dibuang dan menjadi mubazir, sisa-sisa bahan itu dijadikannya
roti mungil-mungil karena tidak cukup bila dibuat roti berukuran standar.
Maklum, bahannya kan sisa-sisa. Siapa nyana, sekarang roti Unyil semakin pesat
melesat di dunia perdagangan roti.
Belum lama ini saya mencicipi jajanan khas Jawa Barat,
namanya “Seblak”. Ternyata Seblak ini pun memiliki riwayat yang hampir sama
dengan roti Unyil. Konon, di Garut banyak terdapat pabrik kerupuk. Bahan
kerupuk yang dicetak bulat-bulat, meninggalkan lembaran sisa-sisa bulatan
tersebut. Nah, bahan sisa itulah yang diolah menjadi makanan yang diberi nama “Seblak”.
Berawal dari Garut, makanan ini kemudian berkembang ke
Bandung, Tasikmalaya, Sukabumi, dan kota-kota lain di Jawa Barat. Makanan ini
sangat disukai karena sensasi pedasnya yang menerbitkan air liur dan bikin
ketagihan. Nama Seblak itu sendiri dipilih karena asumsi bahwa setelah
memakannya akan menimbulkan rasa ‘seblak’. Kata ‘seblak’ adalah bahasa Sunda
yang sulit dicari padanan katanya yang pas dalam bahasa Indonesia. Kira-kira artinya menohok ke dalam hati. Jadi,
makanan ‘seblak’ ini harus benar-benar pedas, agar terasa ‘nyeblak’.
Dalam perjalanannya, Seblak ini pun tidak lagi menggunakan
sisa-sisa bahan kerupuk. Tapi benar-benar kerupuk jadi. Biasanya yang digunakan
adalah kerupuk kanji yang harganya relatif murah. Maka makanan ini jadi
merakyat karena harganya yang ramah dompet. Satu porsi berkisar antara 3000 –
5000 rupiah.
Proses pembuatannya sederhana. Kerupuk dimasukkan ke dalam
air mendidih, direbus sejenak hingga lembek. Jangan terlalu lama, cukup bila sudah terlihat
matang. Setelah itu ditiriskan. Kemudian ulek bawang putih, kencur, dan cabe
rawit. Setelah halus, tumis dengan minyak sedikit hingga harum. Lalu masukkan
kerupuk. Aduk rata. Dan Seblak pun siap disantap.
Seiring perkembangan jaman, kreativitas pun meningkat. Kini
seblak tidak hanya berbahan dasar kerupuk saja, namun ditambah aneka topping. Sayuran seperti sawi hijau dan kol menjadi
pilihan. Bahkan ditambah pula dengan irisan baso atau sosis, tergantung selera.
Tidak ketinggalan, telur yang dibuat orak-arik pun turut meramaikan seblak, dan
menjadikannya tidak sekedar makanan enak, namun juga bergizi. Malah di beberapa
penjual, ada modifikasi lain. Tidak saja kerupuk yang direbus, tapi menggunakan
makaroni. Maka makaroni bukan hanya bisa menjadi makanan elit macam Macaroni Schootel,
tapi dapat pula menjadi makanan bersahaja, sebagaimana Makaroni Seblak ini.
Tentang wadahnya, kini penjual Seblak lebih suka menggunakan
mangkok stereoform. Mangkok bertutup itu dibagi dua. Sehingga tutup mangkok
juga digunakan sebagai wadah. Ini penghematan, karena satu mangkok bisa dipakai
untuk dua porsi. Lalu sendoknya? Lagi-lagi mengusung konsep penghematan. Yaitu
tusuk sate yang dipatahkan sama panjang tapi tidak membuatnya menjadi patah dua.
Batang tusuk sate itu masih bersatu dan bisa digerakkan seperti sumpit.
Sedangkan ujung runcingnya telah dipotong terlebih dahulu. Kreatif bukan?
Jangan khawatir bagi Anda yang tidak suka makanan pedas.
Seblak ini tetap nikmat dilahap meski porsi cabenya dikurangi. Bahkan tanpa
cabe sekalipun, Seblak tetap asyik dinikmati. Meski sejarahnya, Seblak ini
terkenal karena pedasnya, namun kini itu bukan berarti harga mati. Tua-muda,
anak-dewasa dapat memakan Seblak sesuai selera.
Kreativitas lain muncul dari Seblak ini. Karena masakannya
tergolong makanan basah, timbul ide agar makanan ini dapat lebih awet. Maka
dibuatlah Seblak versi kering. Tetap dengan citarasa pedasnya yang menggigit,
Seblak ini berbentuk kerupuk matang yang ditaburi bumbu cabai bubuk serta
rempah-rempah lain. Bahkan kreativitas semakin menjadi-jadi, dengan hadirnya
kerupuk Seblak dalam aneka varian rasa. Ada Seblak Pedas Rasa Original, Seblak
Pedas Rasa Ayam, Seblak Pedas Rasa Jeruk, Seblak Pedas Rasa Keju, Seblak Pedas
rasa Barbeque, dll. Dan seiring trend kerupuk pedas yang menjadi primadona
jajanan cemilan ringan, maka Seblak pun turut terangkat pamornya.
Ketika saya melahap Seblak, terbersit sebuah kekaguman.
Betapa masyarakat Indonesia pandai memanfaatkan bahan sisa menjadi sebuah
komoditi layak jual. Tanpa didukung oleh pengetahuan teknologi pangan, namun kreativitas
tergali luar biasa. Mungkin pada awalnya tidak meniatkan menjadi bisnis
kuliner, namun ternyata sebuah karya kreativitas bisa berkembang ke arah sana. Makanan
yang semula dinikmati oleh sesama karyawan pabrik saja, perlahan tapi pasti,
terus meluas.
Hal lain yang mendorong kreativitas tersebut, adalah
kesadaran bahwa hal-hal yang bersifat mubazir itu tidak disukai Tuhan. Bahan-bahan
sisa makanan tentu tidak dapat digunakan lagi untuk proses makanan yang
diproduksi, namun sayang bila dibuang. Daripada mubazir alias terbuang sia-sia,
maka tergeraklah sebuah kesadaran untuk memanfaatkan bahan tersebut.
Kreativitas pun muncul.
Semangat seperti ini patut ditiru oleh generasi muda.
Terbiasa melakukan inovasi melalui kreativitas, harus terus dikembangkan.
Sehingga menjadi sebuah budaya yang melestari. Dengan kreativitas yang semakin
terasah, hidup lebih dinamis dan positif. Tidak lagi terjerumus ke dalam
hal-hal yang bersifat merusak moral, serupa narkoba, seks bebas, hedonisme,
dsb.
Indonesia dengan segenap keragamannya, baik dari budaya, bahasa,
kuliner, adat kebiasaan, dll, sungguh mampu memberi inspirasi bagi kita dalam
mengembangkan hal-hal positif. Selalu ada point menarik yang dapat dipetik dari
satu diantara sekian keanekaragaman itu. Betapa kucinta Indonesia!
Tulisan ini diikutkan lomba blog Paling Indonesia yang diselenggarakan oleh komunitas blogger Anging Mammiri bekerja sama dengan Telkomsel Area Sulampapua (Sulawesi - Maluku - Papua)
Tulisan ini diikutkan lomba blog Paling Indonesia yang diselenggarakan oleh komunitas blogger Anging Mammiri bekerja sama dengan Telkomsel Area Sulampapua (Sulawesi - Maluku - Papua)
Seblak?
BalasHapusAbdi nembe terang mamah, padahal asli sunda..
Oishikatta ne...
Rian nembe terang? naha Sunda na mana kitu?
HapusPunten.. sanes oishikatta panginten, tapi oishisoo desu ne. Oishikatta mah pami Rian tos ngaraosan.. :)
Orang sunda anu nyangkut di Jawa Timur.hahahahaha..
HapusOh kitu..hahahah,...nembe teruang Mamah..
oh iya, kalo akhiran katta mah untuk lampau nya?
nembe belajar Mah :D
lapaaaar :D
BalasHapusYuuk.. nyeblak.. :)
Hapusih, urang Indonesia mah dasar sipatna meuni sae pisan ya mamah, coba kontaminasi negatif dari barat(bukan jawa barat yak.xixixi) tidak di adopsi, pasti maju pesat perkembangan Indonesia. yg diambil dari barat mah kudunya yg positif2 wae yak. yg negatif dibuang jauh2.gaya hidup hedonis tendang jauh, boros2,tendang jauh2.
BalasHapusyuk kita sebagai generasi muda yg juga sudah jadi ortu, kita galakkan dan kita didik generasi berikutnya yg anti hedonisme,konsumerisme dan negativisme(ada gak ntu negativisme?:D) pokokna isme yg jelek2 kudu dihilangkeun. yg bagus2 kita kembangkeun. satuju..salapan..sambilan...sampuluh sampe tak terhingga.:D
hehe.. Mbak Anik tiasaan bahasa Sunda..
HapusIya Mbak, sedih melihat generasi muda masa kini yg perilakunya santai2, ga punya daya juang, kreativitasnya tumpul. Mereka yang berprestasi, memang ada, tapi persentasenya jauh di bawah.
Smoga masa nanti, akan muncul generasi emas..
Mbak Linda bikin aku pengen makan Seblak. Soale aku paling doyan yang pedes-pedes, bikin ngences, hihihiii..
BalasHapusSukses ya mbak, semoga bisa memenangkan hati dewan juri dengan Seblaknya yang bikin ngences :)
Thanx ya Ecky.. dah mampir kemari. Nanti klw balik ke Indo, kita kopdar yuk.. aku suguhi seblak deh.. :)
Hapuswaaaahhh mupeeeeng.... kayaknya enak yah mbak.. pasti kenyel2 gimanaaa gitu. pengen nyoba deh jadinya.
BalasHapusIya Cha.. enak. Makanan ini kan dari Garut, pas ekspansi ke kota2 lain, sambutannya meriah.. hehe.. maksutnya org2 pada doyan dan ketagihan..
Hapusasli aku baru ngeh ada makanan model ini huehuehue...jadi pingin nyobain nih:)
BalasHapusnice posting mba....cepat juga selesainya, ternyata kalau semangat jadi cepat selesai ya:)
kalo dilihat sekilas kayak kwetiaw ya mbag lind, kalo pedes2 ane paling doyan nih. Lapeeeeer :)
Hapusjiaaaahhhh, ternyata bahas makanan! dan aku muncul tengah malam, laparrrzzzzz
BalasHapus