Artis cantik itu
dengan kenes berujar “Cocok!” saat mengiklankan sebuah merk obat flu. Ya,
kesuksesan obat dalam menyembuhkan penyakit sangat ditentukan oleh cocok
tidaknya obat tersebut. Betapapun harga obat itu selangit, namun bila tidak
cocok, percuma saja. Sementara itu, ada juga obat yang murahnya nggak
ketulungan, eh ternyata cespleng.
Ketika kemudian
kita mendengar seringnya para selebritas maupun orang biasa, yang berpisah
dengan pasangannya, mengemukakan alasan “sudah tidak ada kecocokan”, apakah
jodoh ini berbanding lurus dengan obat flu, maupun obat lainnya?
Setiap manusia
sesungguhnya sudah ditetapkan olehNya siapa pasangan hidupnya. Jika demikian,
lalu mengapa banyak orang bercerai. Konon angka perceraian di negeri tercinta
ini cukup tinggi. Mungkin itu akibat para pasangan menganggap bahwa pendamping
hidup laksana obat flu, yang bila tidak cocok, maka jangan dikonsumsi lagi,
lebih baik cari lagi yang lain.
Sejatinya,
pasangan hidup itu menentramkan jiwa. Mereka saling menyayangi satu sama lain,
saling membela, saling melengkapi dan mengutuhkan. Lalu apa jadinya bila dalam
perjalanan berumah tangga ditemukan kondisi yang di luar dugaan? Percekcokan tak bisa dihindari. Hingga
akhirnya berbuntut perceraian.
Bila sudah
begini, apakah Allah salah memilihkan jodoh? Untuk menjawab pertanyaan ini,
nyatalah mengapa Allah meninggikan manusia beberapa derajat dibanding makhluk
lainnya. Ya, karena manusia diberi akal pikiran. Dan dengan akal pikiran inilah
kita bisa menganalisa pertanyaan di atas.
Yang tak
terbantahkan dan harus diyakini benar adalah bahwa Allah Maha Tak Pernah Salah.
PerhitunganNya pasti tepat. Mustahil meleset. Ketika skenario hidup tiba di
fase yang tidak terduga, yang membenturkan, yang membuat terhempas, yang membuat
seorang istri atau suami berkonflik satu sama lain, di sanalah kedewasaan,
ketenangan, kecerdasan, bermain dalam ranah pikiran seseorang. Memang pasti ada
yang salah di sana. Dan itu bersumber dari pasangan itu sendiri. Pada saat itu,
dibutuhkan kelapangan hati untuk bermuhasabah, evaluasi diri. Boleh jadi, masalah yang timbul memang sebuah
kekhilafan, maka itu harus ditobati. Ada pula yang karena faktor keluarga, maka
itu harus dimusyawarahkan. Demikian, segala hal yang timbul di sana sudah
tersedia jalannya, hanya tinggal bagaimana kita menangkapnya dan
mengaplikasikannya.
Tidak jarang
kita mendengar para pemuda dan pemudi yang belum mendapat jodoh, berucap belum nemu yang cocok. Sesungguhnya
cocok yang dimaksud adalah cocok pada saat itu. Sebab dalam perjalanannya,
bukan tidak mungkin akan berjumpa dengan aneka ketidakcocokan. Maka, janganlah
mengira jodoh itu bak obat yang bila sudah terasa cocok di awal, ia akan
membuat nyaman sepanjang masa.
Sekali lagi,
Allah mengaruniakan kita dengan perangkat lengkap berupa akal pikiran dan juga
kepekaan hati. Bagaimana kita pandai memainkan perangkat tersebut, maka
cocok-tidak cocok bukan masalah. Beragam perbedaan bisa diatasi dengan
komunikasi yang dilandasi akal dan hati. Masing-masing pihak harus membuka diri
untuk menerima pendapat pasangannya. Dan yang lebih penting adalah senantiasa
memohon kepadaNya agar senantiasa mendapat lindungan dan tuntunanNya dalam
menjalani bahtera rumah tangga. Sebab ada anak-anak (bagi yang memiliki) yang
merupakan amanah dariNya yang harus dipertanggungjawabkan. Terkait dengan
masalah anak-anak, perlu satu tulisan yang lain lagi. Insya Allah nanti akan
saya turunkan segera.
Maka, cocok atau
tidak cocok, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bagaimana kita me-menej kendali rumah tangga. Meski tak
urung kerap muncul pertanyaan, bila obat itu sudah demikian tidak cocoknya
untuk dikonsumsi, hingga menyebabkan sakit-sakit yang lain, yang kemudian
mempengaruhi jalannya kehidupan ia dan anak-anak, apakah obat tersebut harus
tetap dipertahankan? Ok, saya tunggu jawaban Anda.. J
Berat euy mun nyarios masalh jodoh mah :D
BalasHapushehe.. Rian kmaha damang?
Hapusdidu'akeun sing gampil jodona.. janten kluarga samara.. :)