Rabu, 14 November 2012

JODOH BUKAN OBAT FLU

Artis cantik itu dengan kenes berujar “Cocok!” saat mengiklankan sebuah merk obat flu. Ya, kesuksesan obat dalam menyembuhkan penyakit sangat ditentukan oleh cocok tidaknya obat tersebut. Betapapun harga obat itu selangit, namun bila tidak cocok, percuma saja. Sementara itu, ada juga obat yang murahnya nggak ketulungan, eh ternyata cespleng.

Ketika kemudian kita mendengar seringnya para selebritas maupun orang biasa, yang berpisah dengan pasangannya, mengemukakan alasan “sudah tidak ada kecocokan”, apakah jodoh ini berbanding lurus dengan obat flu, maupun obat lainnya?

Setiap manusia sesungguhnya sudah ditetapkan olehNya siapa pasangan hidupnya. Jika demikian, lalu mengapa banyak orang bercerai. Konon angka perceraian di negeri tercinta ini cukup tinggi. Mungkin itu akibat para pasangan menganggap bahwa pendamping hidup laksana obat flu, yang bila tidak cocok, maka jangan dikonsumsi lagi, lebih baik cari lagi yang lain.

Sejatinya, pasangan hidup itu menentramkan jiwa. Mereka saling menyayangi satu sama lain, saling membela, saling melengkapi dan mengutuhkan. Lalu apa jadinya bila dalam perjalanan berumah tangga ditemukan kondisi yang di luar dugaan?  Percekcokan tak bisa dihindari. Hingga akhirnya berbuntut perceraian.
Bila sudah begini, apakah Allah salah memilihkan jodoh? Untuk menjawab pertanyaan ini, nyatalah mengapa Allah meninggikan manusia beberapa derajat dibanding makhluk lainnya. Ya, karena manusia diberi akal pikiran. Dan dengan akal pikiran inilah kita bisa menganalisa pertanyaan di atas.

Yang tak terbantahkan dan harus diyakini benar adalah bahwa Allah Maha Tak Pernah Salah. PerhitunganNya pasti tepat. Mustahil meleset. Ketika skenario hidup tiba di fase yang tidak terduga, yang membenturkan, yang membuat terhempas, yang membuat seorang istri atau suami berkonflik satu sama lain, di sanalah kedewasaan, ketenangan, kecerdasan, bermain dalam ranah pikiran seseorang. Memang pasti ada yang salah di sana. Dan itu bersumber dari pasangan itu sendiri. Pada saat itu, dibutuhkan kelapangan hati untuk bermuhasabah, evaluasi diri.  Boleh jadi, masalah yang timbul memang sebuah kekhilafan, maka itu harus ditobati. Ada pula yang karena faktor keluarga, maka itu harus dimusyawarahkan. Demikian, segala hal yang timbul di sana sudah tersedia jalannya, hanya tinggal bagaimana kita menangkapnya dan mengaplikasikannya.

Tidak jarang kita mendengar para pemuda dan pemudi yang belum mendapat jodoh, berucap belum nemu yang cocok. Sesungguhnya cocok yang dimaksud adalah cocok pada saat itu. Sebab dalam perjalanannya, bukan tidak mungkin akan berjumpa dengan aneka ketidakcocokan. Maka, janganlah mengira jodoh itu bak obat yang bila sudah terasa cocok di awal, ia akan membuat nyaman sepanjang masa.

Sekali lagi, Allah mengaruniakan kita dengan perangkat lengkap berupa akal pikiran dan juga kepekaan hati. Bagaimana kita pandai memainkan perangkat tersebut, maka cocok-tidak cocok bukan masalah. Beragam perbedaan bisa diatasi dengan komunikasi yang dilandasi akal dan hati. Masing-masing pihak harus membuka diri untuk menerima pendapat pasangannya. Dan yang lebih penting adalah senantiasa memohon kepadaNya agar senantiasa mendapat lindungan dan tuntunanNya dalam menjalani bahtera rumah tangga. Sebab ada anak-anak (bagi yang memiliki) yang merupakan amanah dariNya yang harus dipertanggungjawabkan. Terkait dengan masalah anak-anak, perlu satu tulisan yang lain lagi. Insya Allah nanti akan saya turunkan segera.

Maka, cocok atau tidak cocok, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bagaimana kita me-menej kendali rumah tangga. Meski tak urung kerap muncul pertanyaan, bila obat itu sudah demikian tidak cocoknya untuk dikonsumsi, hingga menyebabkan sakit-sakit yang lain, yang kemudian mempengaruhi jalannya kehidupan ia dan anak-anak, apakah obat tersebut harus tetap dipertahankan? Ok, saya tunggu jawaban Anda.. J





2 komentar:

  1. Berat euy mun nyarios masalh jodoh mah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. Rian kmaha damang?
      didu'akeun sing gampil jodona.. janten kluarga samara.. :)

      Hapus