Senin, 22 Juli 2013

Ketika Hujan Menyisakan Pelangi

Judul Buku                :  Rainbow
Penulis                        :  Eni Martini
Penerbit                      :  Elex Media Komputindo
Terbit                         :  Cetakan I, Juli 2013
Tebal Buku                :  vi + 201 halaman
ISBN                           :  978-602-02-1609-6


Usai hujan turun, kerap tampak sebuah busur warna-warni melengkung indah menghiasi langit. Itu pulalah yang sering menjadi tamsil kala sebuah keadaan yang berat dihadapi, maka pada akhirnya akan tiba sesuatu yang indah bak pelangi sehabis turun hujan.

Nah, aku baru saja menelusuri pelangi versi Mbak Eni Martini dalam novel terbarunya Rainbow, terbitan Elex Media. Rasanya seperti betul-betul mengalami hujan yang membuat kuyup, namun setelahnya pelangi cantik tersenyum menampakkan diri.

Ini kisah sebuah rumah tangga baru. Pasangan muda yang serasi. Akna dan Keisha. Cantik dan ganteng. Saling mencintai. What a nice couple. Boleh jadi membuat iri, melihat kebahagiaan mereka. Namun sebuah rencana yang terancang sempurna, perayaan romantis memperingati first anniversary mereka, tiba-tiba porak poranda. Sebuah kecelakaan merenggut kebahagiaan yang tampak di depan mata. Tidak ada perayaan romantis, yang ada hanya menangis. Akna, suami gagah dan selalu menjadi pelindung, kehilangan kaki kanan karena amputasi yang tak terelakkan. Berubah ia, menjadi rapuh bak kayu lapuk yang dimakan jaman.

Bagaimana perjalanan rumah tangga mereka kemudian? Mampukah Akna bangkit dari keterpurukan akibat perasaan tak berguna sebagai orang cacat? Berhasilkah Keisha menyemangati Akna untuk kembali menjadi seorang suami normal? Apa saja yang Keisha lakukan demi tetap menjaga kondisi perekonomian keluarga karena Akna dirumahkan dari perusahaan?

Lika-liku perjuangan Keisha, jatuh bangunnya menghadapi Akna yang seketika berubah bagai monster, dirangkai dalam jalinan cerita yang manis. Penokohan berhasil dibangun rapi. Akna yang matang menjadi Akna yang hancur, Keisha yang selalu dimanja menjadi Keisha yang mandiri, lalu para sahabat, Emi dan Romi, semua hadir dalam porsi yang pas.

Meski novel ini tergolong ringan, namun ia membawa pesan moral yang dalam. Betapa sebuah keadaan tenang bisa berganti penuh gejolak. Musibah yang datang bisa sama sekali tak terprediksi. Dan kita semua harus siap untuk itu. Tidak berhenti pada titik pasrah, namun harus disertai dengan kesediaan untuk berdamai dengan takdir. Mustahil Tuhan membiarkan hambaNya terseok sendiri. Ketika kita sungguh-sungguh berusaha keras, positif thinking, disertai doa yang tak putus, maka yakinlah pintu akan terbuka menuju hikmah kebaikan yang melimpah. Setidaknya ia mendewasakan.

Novel ini jauh dari monoton. Di dalamnya ada sisi-sisi romantis yang maniiis dan lembuut, ada pula sisi komikal yang riang, kocak-kocak bergembira. Pada bagian yang mengharu biru, tak terasa pipi membasah, ga mengekspos banget kesedihan, tapi pilunya terasa halus dan menyentuh.

Selain manis legit pahit getir masalah rumah tangga, lengkap dengan konflik campur tangan mertua, novel ini pun menghadirkan sisi indah persahabatan. Sikap Emi, sahabat Keisha, dan Romi, sahabat Akna, tulusnya terasa sampai ke hati.

Kalau bicara kekurangan, tentu tak ada gading yang tak retak. Retakan yang terdapat dalam novel ini masih biasa-biasa saja. Aku hanya sedikit terganggu dengan beberapa typo. Lalu beberapa ‘hehehe’.. rasanya ga perlu ada deh, Mbak Eni.. :)  Oh ya, panggilan Keisha, juga agak-agak membingungkan. Panggilan sayang dari Mamanya, Kekei atau Keike? Atau dua-duanya? Untuk cover, kupikir akan lebih cakep kalau ada ilustrasi pelangi yang melatari. Meski cover yang sekarang ini pun sudah cukup menawan dan eye catching.

Ada lagi yang bikin novel ini asyik. Cuplikan lagu-lagu turut mewarnai beberapa adegan. So sweet deh. Dan, setelah baca novel ini, aku sempat berpikir jadi novelis itu kayaknya susah ya. Deskripsinya sangat detil dan untuk beragam hal. Di novel ini, ketika membicarakan tentang masakan, segala bumbu dijelaskan dengan gamblang. Baik itu masakan Perancis, pun masakan dari Tanah Batak. Lalu tentang seluk beluk online shop, tentang rupa-rupa barang keperluan bayi, sampe proses pemakaian kaki palsu. Semuanya rinci. Penulis benar-benar menguasai materi. Tapi ada beberapa juga yang rasanya terlalu ‘cerewet’.. mungkin ini cetusan alam bawah sadar sang penulis yang memang enerjik dan lincah berbicara.. :)

Salut buat Mbak Eni Martini yang berhasil dengan cantik mengemas kisah Akna-Keisha dalam sebuah novel yang keren. Buat yang penasaran sama novel ini, sila segera memburunya di Gramedia dan toko buku lainnya.
Moga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang hadir dalam setiap episode kehidupan. Bisa menikmati cantiknya pelangi yang muncul di ujung hujan. Meski konon kini tak setiap hujan menyisakan pelangi, namun pelangi hakiki ada di dalam hati yang ikhlas.

Trimakasih Mbak Eni, yang senantiasa menghadirkan pelangi dalam persahabatan kita..





6 komentar:

  1. makasih Mba Linda, aku padamu ^_^...semoga pelangi itu segera kau dapati di pucuk genteng atap rumahmu, aamiin

    BalasHapus
  2. Mba Myra silakan cari di toko buku gramedia, dll..atau pesan langsung ke penulisnya ^_^

    BalasHapus
  3. Aku lebih suka cover iini disbanding cover pelangi secara harfiah.xixixixi.. Kali cover INI menurutku puitis.( lagi3 semua diuitisasi ya mbak Lin? He he he). Taping bener deh. Gambarnya sepasang insane yg tengah berjalan dikehidupan yg mirip pelangi. Ada wrarna hangar hingga dingin.

    BalasHapus
  4. kompliiiit... as always. cuma kali ini bahasanya lebih santai yaa mah ;)

    BalasHapus