Dalam
lingkaran perjalanan hidup manusia, semua mafhum bahwa perputaran roda akan
mempergilirkan kondisi susah-senang, lara-bahagia, sedih-gembira, tangis-tawa.
Semua dalam kadar berbeda-beda. Agar kita bisa melihat keragaman, mampu
memaknai rupa-rupa keadaan. Maka, seterpuruknya seseorang, jika matanya
menyalang, ia akan melihat bahwa dirinya tak sendiri, bahkan boleh jadi orang
lain lebih lagi tersuruk dalam kepedihan.
Untuk
kondisi duka, biasanya berderet-deret kalimat pelipur lara akan bertaburan demi
menghibur pula menyemangati. Bersabarlah,
karena Allah beserta orang-orang yang sabar. Ujian kesedihan ini adalah bentuk
kasih sayang Allah. Kalau sekarang mampu melewati ujian ini, artinya sukses
naik kelas menuju tingkat kualitas yang lebih baik. Allah akan mengangkat
derajat, melalui ujian ini. Etc, etc.
Demikian
pun yang aku alami. Seketika berada dalam kondisi yang tak terbayangkan
sebelumnya. Begitu banyak yang berubah. Serba kehilangan. Butuh adaptasi yang
amat sangat. Mau tak mau harus bekerja keras. Zona nyaman menjauh. Rasanya
terhuyung-huyung, terseok-seok, tersaruk-saruk..
Pada
saat itu, Subhanallah, terasalah kasih sayang orang-orang terdekat. Mereka
menghujaniku dengan aneka penyemangat, peluk hangat, ukhuwah erat. Meski terkadang yang diucapkan terdengar
klise, walau terkadang muncul dalam benak bahwa ucapan itu mengawang karena
mereka tak sungguh mengalami kepahitan yang terjadi. Namun semua sungguh benar
adanya.
Satu
yang pasti dari sekian banyak ucap itu, bahwa Allah tiada mungkin mendzalimi
hambaNya. Ternyata benar, Allah ingin kita dekat. Dan nyata betul, Allah tidak
meninggalkan kita bila kita bersandar hanya kepadaNya. PertolonganNya
seringkali hadir tak terduga. Membuat ingin rasanya mendekapNya. Di antara
beban yang menghimpit, selalu ada ‘tanganNya’ yang seketika memapah dan
membimbing, membuat hati lega lalu senyum tercipta.
Fabiayyi
aalaa-i rabbikumaa tukadz dzibaan. Bersyukur. Bersyukur. Bersyukur.
Kerap
tak terlintas, tiba-tiba kemudahan datang. Meski mungkin kecil buat orang lain,
namun terasa sangat besar dan berarti bagiku. Rupanya Allah pun suka memberi kejutan
yang manis. Aih, indah nian.
Suatu
hari, aku mendapati bagian tubuhku membutuhkan obat. Sayangnya, harga obat itu
aku tahu cukup mahal untuk ukuranku saat ini. Tapi kupikir kesehatanku tentu
juga amat penting. Maka tak kuhiraukan rupiahku akan berkurang, aku melangkah
mantap menuju apotek. Alhamdulillah, di sana sang apoteker sedang datang
berkunjung. Ia sahabat yang masih terhitung kerabat dekat. Kuutarakan maksudku
mencari obat. Setelah mencarinya, ia mengangsurkan obat tersebut seraya
berkata, “Persediaan kami tinggal yang ukuran besar ini. Mau?”
Terbayang
rupiah yang tentu lebih besar tersebab ukuran obat dalam volume lebih banyak.
Namun kumantapkan untuk mengangguk. Saat kutanya berapa harganya, tiba-tiba, “Ambil
aja,” ucapnya tulus. Subhanallah, rupanya Allah telah membisikkan ke telinganya
agar obat itu digratiskan saja buatku. Kukira sungguh dalam hitungan detik,
bisikan itu menghampirinya. Tak direncanakan sebelumnya.
Setelah
menyampaikan terima kasih yang dalam, aku meninggalkan apotek dengan penuh
syukur. Merasa masih ingin berterima kasih, kulayangkan pesan singkat yang
isinya lagi-lagi ucapan terima kasih. Dan tahukah kau, apa jawaban saudaraku?
“Itu
dari Allah.”
Subhanallah..
Betapa Maha Baiknya Allah, mendekatkanku kepada orang yang baik.
Lalu,
pernah juga saat transaksi lainnya, si pedagang tiba-tiba memberikan potongan
harga yang cukup signifikan. Rupanya ia dibisikiNya juga untuk menolongku. Itu
terjadi bukan sekali dua.
Siapa
bisa menduga, seseorang ‘kan tergerak untuk melakukan kebaikan kepada kita,
tanpa campur tangan Dzat Yang Maha Kuasa untuk menggerakkan hati seseorang?
Betapa
Maha Baiknya Allah. Aneka cara diperlihatkan, rupa-rupa jalan ditampakkan. Agar
mata hati ini terbuka. Agar syukur tak henti melantun di lisan, tak jeda
menggema di hati.
Terima
kasih Yaa Allah… untuk segala kejutan yang manis… dan tentu untuk telah
memberiku sahabat-sahabat yang baiik… yang meski terbentang jarak di antara
kami, yang meski tak sekali pun kami bersitatap, namun Kau dekatkan hati kami,
hingga doa-doa para sahabat yang satu demi satu menyerbu langit, menjadi
pendukung dan penyemangat bagiku.
Sungguh
aku percaya, betapa Maha Baiknya Engkau, Yaa Allah…
Tulisan yg sangat inspiratif, Mba Linda. Seandainya bisa diikutkan ke tantangan 30 hari ngeblog blogdetik :-)
BalasHapusSaat ini aku msh blm terlalu pede ikutan lomba2 ngeblog..
BalasHapusInsyaAllah, suatu hari nanti.. :)
bersyukur ya, mba. insya Allah dimudahkan segalanya. kuncinya sabar dan syukur :)
BalasHapusSubhanallah... Allah memang Maha Baik. Terima kasih untuk tulisannya mbak :)
BalasHapus