Selasa, 20 Agustus 2013

Gimana Gak Percaya, Kalau Allah Maha Baik?

Dalam lingkaran perjalanan hidup manusia, semua mafhum bahwa perputaran roda akan mempergilirkan kondisi susah-senang, lara-bahagia, sedih-gembira, tangis-tawa. Semua dalam kadar berbeda-beda. Agar kita bisa melihat keragaman, mampu memaknai rupa-rupa keadaan. Maka, seterpuruknya seseorang, jika matanya menyalang, ia akan melihat bahwa dirinya tak sendiri, bahkan boleh jadi orang lain lebih lagi tersuruk dalam kepedihan.
Untuk kondisi duka, biasanya berderet-deret kalimat pelipur lara akan bertaburan demi menghibur pula menyemangati. Bersabarlah, karena Allah beserta orang-orang yang sabar. Ujian kesedihan ini adalah bentuk kasih sayang Allah. Kalau sekarang mampu melewati ujian ini, artinya sukses naik kelas menuju tingkat kualitas yang lebih baik. Allah akan mengangkat derajat, melalui ujian ini. Etc, etc.
Demikian pun yang aku alami. Seketika berada dalam kondisi yang tak terbayangkan sebelumnya. Begitu banyak yang berubah. Serba kehilangan. Butuh adaptasi yang amat sangat. Mau tak mau harus bekerja keras. Zona nyaman menjauh. Rasanya terhuyung-huyung, terseok-seok, tersaruk-saruk..
Pada saat itu, Subhanallah, terasalah kasih sayang orang-orang terdekat. Mereka menghujaniku dengan aneka penyemangat, peluk hangat, ukhuwah  erat. Meski terkadang yang diucapkan terdengar klise, walau terkadang muncul dalam benak bahwa ucapan itu mengawang karena mereka tak sungguh mengalami kepahitan yang terjadi. Namun semua sungguh benar adanya.
Satu yang pasti dari sekian banyak ucap itu, bahwa Allah tiada mungkin mendzalimi hambaNya. Ternyata benar, Allah ingin kita dekat. Dan nyata betul, Allah tidak meninggalkan kita bila kita bersandar hanya kepadaNya. PertolonganNya seringkali hadir tak terduga. Membuat ingin rasanya mendekapNya. Di antara beban yang menghimpit, selalu ada ‘tanganNya’ yang seketika memapah dan membimbing, membuat hati lega lalu senyum tercipta.
Fabiayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz dzibaan. Bersyukur. Bersyukur. Bersyukur.
Kerap tak terlintas, tiba-tiba kemudahan datang. Meski mungkin kecil buat orang lain, namun terasa sangat besar dan berarti bagiku. Rupanya Allah pun suka memberi kejutan yang manis. Aih, indah nian.
Suatu hari, aku mendapati bagian tubuhku membutuhkan obat. Sayangnya, harga obat itu aku tahu cukup mahal untuk ukuranku saat ini. Tapi kupikir kesehatanku tentu juga amat penting. Maka tak kuhiraukan rupiahku akan berkurang, aku melangkah mantap menuju apotek. Alhamdulillah, di sana sang apoteker sedang datang berkunjung. Ia sahabat yang masih terhitung kerabat dekat. Kuutarakan maksudku mencari obat. Setelah mencarinya, ia mengangsurkan obat tersebut seraya berkata, “Persediaan kami tinggal yang ukuran besar ini. Mau?”
Terbayang rupiah yang tentu lebih besar tersebab ukuran obat dalam volume lebih banyak. Namun kumantapkan untuk mengangguk. Saat kutanya berapa harganya, tiba-tiba, “Ambil aja,” ucapnya tulus. Subhanallah, rupanya Allah telah membisikkan ke telinganya agar obat itu digratiskan saja buatku. Kukira sungguh dalam hitungan detik, bisikan itu menghampirinya. Tak direncanakan sebelumnya.
Setelah menyampaikan terima kasih yang dalam, aku meninggalkan apotek dengan penuh syukur. Merasa masih ingin berterima kasih, kulayangkan pesan singkat yang isinya lagi-lagi ucapan terima kasih. Dan tahukah kau, apa jawaban saudaraku?
“Itu dari Allah.”
Subhanallah.. Betapa Maha Baiknya Allah, mendekatkanku kepada orang yang baik.
Lalu, pernah juga saat transaksi lainnya, si pedagang tiba-tiba memberikan potongan harga yang cukup signifikan. Rupanya ia dibisikiNya juga untuk menolongku. Itu terjadi bukan sekali dua.
Siapa bisa menduga, seseorang ‘kan tergerak untuk melakukan kebaikan kepada kita, tanpa campur tangan Dzat Yang Maha Kuasa untuk menggerakkan hati seseorang?
Betapa Maha Baiknya Allah. Aneka cara diperlihatkan, rupa-rupa jalan ditampakkan. Agar mata hati ini terbuka. Agar syukur tak henti melantun di lisan, tak jeda menggema di hati.
Terima kasih Yaa Allah… untuk segala kejutan yang manis… dan tentu untuk telah memberiku sahabat-sahabat yang baiik… yang meski terbentang jarak di antara kami, yang meski tak sekali pun kami bersitatap, namun Kau dekatkan hati kami, hingga doa-doa para sahabat yang satu demi satu menyerbu langit, menjadi pendukung dan penyemangat bagiku.

Sungguh aku percaya, betapa Maha Baiknya Engkau, Yaa Allah…

4 komentar:

  1. Tulisan yg sangat inspiratif, Mba Linda. Seandainya bisa diikutkan ke tantangan 30 hari ngeblog blogdetik :-)

    BalasHapus
  2. Saat ini aku msh blm terlalu pede ikutan lomba2 ngeblog..
    InsyaAllah, suatu hari nanti.. :)

    BalasHapus
  3. bersyukur ya, mba. insya Allah dimudahkan segalanya. kuncinya sabar dan syukur :)

    BalasHapus
  4. Subhanallah... Allah memang Maha Baik. Terima kasih untuk tulisannya mbak :)

    BalasHapus