Selasa, 13 Desember 2011

Ketika Dibenturkan

Seorang sahabat berkeluh, "Mengapa aku selalu berhadapan dengan orang miskin yang menyebalkan?"

Ceritanya begini, dia itu pernah suatu kali menolong orang yang memohon-mohon untuk dapat bekerja apa saja di rumahnya. Tapi, ketika sudah menjadi ART alias Asisten Rumah Tangga di rumah sahabat saya itu, eh malah kerja seenaknya. Datang siang, tapi belum petang sudah ingin pulang. Belum lagi izin ga masuk, seriing banget, dengan beraneka alasan.

Lain waktu, sahabat saya menolong seorang tukang ojek yang motornya melayang karena tak sanggup memenuhi cicilan pembayaran. Sahabat saya, dengan hati putihnya, meminjamkan motornya dengan kompensasi sejumlah rupiah yang sangat rendah, itung-itung pengganti sewa. Namun apa yang terjadi? Abang ojek itu raib menggondol motor sahabat saya.

Seorang ustadz menanggapi keluhan sahabat saya dengan mengatakan, "Allah akan terus menguji dengan satu hal yang menjadi titik lemah kita, hingga kita berhasil melaluinya".

Nah, rupanya saya pun diuji dari sisi yang berbeda.

Pada sebuah acara kajian, saya diminta untuk menjadi pembawa acara. Saya menyanggupi karena ingin menunjukkan loyalitas pada teman-teman panitia yang lain. Padahal pada hari yang bersamaan, ada seminar yang akan saya ikuti dan sudah mendaftarkan diri dari jauh-jauh hari. Oh, ternyata.. pada hari'H', tiba-tiba ada panitia yang sangat inisiatif langsung membuka acara dan menjadi host sepanjang acara berlangsung. Duh, masa' sih saya harus bilang, "Eh, kan saya MC-nya.."  Nggak banget! Saya pun dengan tabah mengikuti acara kajian, sementara teman yang mengikuti seminar yang saya batal ikuti, kirim sms mengabarkan betapa kerennya seminar itu.. :(

Dan.. hari ini, seorang sahabat yang sudah lama tak jumpa, sepakat untuk rendezvouz di sebuah mal yang tak jauh dari kantornya, namun lumayan jaauuuh dari rumahku. Tapi demi menemuinya, saya rela berpayah-payah menempuh mal itu berangkot ria (tiga kali naik turun angkot) dan melewatkan sebuah acara pembinaan masyarakat yang seharusnya saya hadiri.

Dalam perjalanan, sebuah sms dilayangkan kepada sahabat lama itu bahwa saya dalam perjalanan. Dia belum membalas. Ketika tiba di mal, saya sms lagi posisi saya di Gramedia. Masih tak ada jawaban. Beberapa saat berkeliling di Gramedia, sudah lebih dari 30 menit berlalu. Saya sms ulang ke nomor HP yang satu lagi. Tetap tak ada jawaban. Sepuluh menit setelah itu, akhirnya saya telpon dia. Tak diangkat. Perasaan saya mulai tak menentu. Tak ingin membencinya.

Tiba-tiba HP bergetar. Dia menelpon. Lalu bertubi-tubi permintaan maaf meluncur. Katanya saat ini dia lagi di Bandung, karena mendadak kemarin sore mendapat tugas dari Boss. Saya katakan, Ok.. gpp. Saya maafkan dia. Tapi terbersit dalam benak, kenapa dia ga kabari saya? Ah, sudahlah..

Ketika sahabat saya meneriakkan kegeramannya, "Dasarr.. Orang Miskin ga tau diriii.."
Untunglah, saya masih bisa menelan ucapan kekesalan, "Uuh.. saya dah berkorban sedemikian, ternyataaa... "

Yup, sobat.. tak ada pengorbanan yang sia-sia..
Bersiaplah.. saat kita dibenturkan..

1 komentar:

  1. ya ampuun mbag lind. tp memang itu sering terjadi kok mba, perasaan udah bela-belain eh yg dibela seenaknya. tp insyaAllha kalo sabar dan ikhlas, semua ada balasannya

    BalasHapus