Rabu, 21 Desember 2011

Menjadi Ibu

Alhamdulillah aku adalah seorang ibu. Putra-putriku ada empat. Masing-masing dengan karakternya sendiri-sendiri. Kadang membuat hatiku berbunga, namun tak jarang membuat tanduk bercula.

Demikian cara Tuhan mendidik hambaNya. Bagaimana keterampilan mengolah emosi, kepandaian berkomunikasi, ketepatan bertindak, keluhuran budi, kecerdasan nalar, semua dipadu dalam materi hidup berjudul 'membesarkan dan mendidik anak'.


Anak-anak yang lucu dan menggemaskan di usia bayi dan balita, menjadi berbeda saat usianya beranjak remaja. Tiba-tiba ia membentak, membangkang, bahkan berkata buruk. Terhempas rasanya berhadapan dengan kenyataan itu. Anak yang dulu ditimang dan dibelai sayang, berubah di luar persangkaan. Siapkah aku?

Sejujurnya, tidak! Ditambah dengan segala tudingan bahwa perilaku anak sangat bergantung dari model yang ditampakkan orangtuanya. Kemudian keharusan untuk selalu bersikap lemah lembut dan menghindari segala jenis kekerasan, baik verbal maupun fisik. Aku merasa menjadi tertuduh.

Aki ingin bercerita banyak tentang perasaanku. Betapa aku galau, gundah gulana, resah dan gelisah. Tapii.. sebuah tembok menghadangku. Tembok itu berkata: Seorang ibu tidak boleh berkeluh kesah. Seorang ibu harus sabar. Seorang ibu harus tegar.

Arrrgh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar