Rabu, 14 Desember 2011

Semua Berhikmah

Hari ini agendaku cukup padat. Pagi berpacu dengan waktu, menyiapkan si bungsu berangkat sekolah lalu melesat menemani si kakak (Nadia) berenang bersama sekolahnya. Di kolam renang, Nadia asyik bercengkrama dengan teman-temannya, sementara aku membaca.

Tampak ibu-ibu orangtua siswa lain yang duduk-duduk bergerombol, saling bertukar kudapan dan riuh berbincang segala rupa. Aku tidak tertarik bergabung. Lebih memilih menepi ke sudut, berasyik masyuk dengan buku. Selepas Nadia berenang, jam 11 aku menuju rumah teman. Sebuah kajian rutin pekanan, selalu kuhadiri.

Selesai kajian, rumah teman yang lain kusambangi. Kali ini, rapat tentang sebuah acara yang sedang kami rancang untuk pembinaan anak-anak dan remaja.

Rapat ditutup pukul 15.40. Aku menumpang motor sahabatku, Ila. Rupanya kami harus kembali ke rumah teman tempat kajian tadi, karena Hp-ku tertinggal di sana. Hufftt..

Tiba di gerbang komplek, sekitar pukul 16.05, kulihat dua orang rekan guru tengah berjalan ke arah keluar komplek. Ternyata mereka hendak menengok anak murid yang sakit dan dirawat di RS Hermina. Aku segera turun dari motor, dan membatalkan acara pulang. Kuputuskan untuk berbalik arah, ikut ke rumah sakit. Lalu terpikir untuk naik mobilku saja, maka kutelpon suami. Ternyata suami sedang berada di proyek perumahannya yang tak jauh dari komplek kami. Katanya, "Ini dah mau pulang, pake mobil aja berangkat ke Hermina-nya".

Aku dan 2 rekan guru menanti di gerbang komplek. Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit. Akhirnya aku menelpon lagi dan ternyata suami masih di proyek. Hingga setengah jam lebih, tanduk sudah melesak-lesak ingin menyembul. Huh.. aku paling sebal menunggu, apalagi bila berdasarkan perhitungan logika, seharusnya tidak perlu ada acara menunggu demikian lama. Setelah kutelpon lagi, dan kabar yang didapat tidak berbeda dengan yang pertama, dengan gusar aku berujar, "Ok, ga usah diantar pake mobil, kami naik angkot sajah!"

Bergegas kami naik angkot dengan hati mendongkol. Maksudnya, aku yang dongkol. Geram. Kesal. Bagaimana kalau jam bezuk berakhir jam 17.00? Sementara waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 16.45, sedangkan lokasi Hermina masih jauh. Seorang rekan guru, bertanya via sms kepada orangtua si sakit tentang jam bezuk. Alhamdulillah, jam 17.00 - 18.00. Tak lama kemudian, terdengar suara telpon dari Hp guru yang tadi. Sepertinya penelpon menanyakan tentang kami.
"Iya, kami lagi di jalan, menuju Hermina."
"...."
"Apa? Sudah pulang?"
"...."
"Belum terlalu jauh sih.."
"...."
"Iya, gapapa. Kami pulang lagi aja."
"....."
"Ooh.. pulangnya ke rumah eyang.. iya.. Baik, Bu. Wa'alaikumsalaam."

Aku jadi malu rasanya. Sudah merajuk sama suami, ngambek karena menunggu lama.. ternyata justru di situ hikmahnya. Kalau kami dari tadi langsung berangkat, maka kami akan kecele sampai di rumah sakit, karena si sakit sudah kembali ke rumah.

Jadi teringat anak-anak di TK dengan hati putihnya kerap mengingatkan sambil melafalkan hadits, "Laa taghdob walakal jannah.. Janganlah engkau mudah marah, maka surga untukmu.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar