Judul
Buku : Always be in Your Heart
Penulis : Shabrina Ws
Penerbit : Qanita (imprint of Penerbit Mizan)
Terbit : Cetakan I, Februari 2013
Tebal
Buku : 236 halaman
ISBN : 978-602-9225-77-8
Peresensi : Linda Satibi
Menengok sejarah lalu
negeri ini, ketika propinsi termuda melepaskan diri dari pelukan tanah air, ada
banyak kisah terserak di sana. Perpisahan yang terjadi karena dua pilihan:
tetap menjadi bagian dari merah putih atau berdiri sendiri sebagai negara
merdeka. Pertikaian dan bentrok senjata yang menelan korban jiwa tidak sedikit.
Akibatnya, anak-anak yang kehilangan
ayah, istri yang ditinggal suami tercinta, sahabat-sahabat yang terpisah, juga
pasangan kekasih yang tercerai berai, merupakan bagian yang tak terhindarkan
dan menorehkan luka yang dalam.
Novel
“Always be in Your Heart-Pulang ke Hatimu” mengangkat latar pra dan pasca
refendum ke dalam sebuah kisah cinta yang mengalun lembut dengan aroma yang
manis. Kisah cinta Marsela dan Juanito, yang bermula dari persahabatan keduanya
sejak kecil. Cinta bertumbuh dalam diam, lalu mengakar dan menguat. Hingga
akhirnya mereka bersepakat untuk menikah. Namun apa daya, rencana pernikahan
terhambat oleh kondisi politik yang tidak menentu. Pihak keluarga menundanya,
menunggu sampai situasi cukup reda (halaman 69).
Sayangnya, prinsip
kedua keluarga itu berbeda. Bagi ayah Marsela, sampai kapan pun merah putih
adalah pilihannya. Sementara bagi Juanito, Timor Leste adalah tanah kelahiran
yang tak akan ditinggalkannya (halaman 70). Marsela kemudian ikut bersama
ayahnya mengungsi ke Atambua.
Sepuluh tahun pun
berlalu. Banyak hal yang terjadi. Apakah penantian Marsela berujung bahagia?
Apa yang terjadi pada Juanito? Berangkatkah ia menyusul Marsela? Lalu, siapakah
Randu, pemuda yang dijumpai Marsela di pengungsian?
Kita
punya cinta yang sama, tetapi memilih jalan yang berbeda
Aku selalu menunggumu dari matahari di timur hingga matahari di barat
Aku telah melewati musim yang berganti berulang kali
Namun, kau tak pernah hadir di sini
Kini, ketika aku ingin pulang ke hatimu, masihkah pintunya terbuka untukku? (halaman 5)
Aku selalu menunggumu dari matahari di timur hingga matahari di barat
Aku telah melewati musim yang berganti berulang kali
Namun, kau tak pernah hadir di sini
Kini, ketika aku ingin pulang ke hatimu, masihkah pintunya terbuka untukku? (halaman 5)
Sebagaimana novel
romance, novel ini memuat jalinan cinta yang menyentuh dan menghanyutkan. Ia
mengajak pembaca merenungkan makna kesetiaan. Saat kesetiaan menjadi ujian. Sepuluh
tahun bukan waktu yang singkat. Dalam rentang waktu itu apa pun bisa terjadi.
Banyak hal yang bisa saja berubah. Namun apakah hal itu juga berlaku untuk hati
dan rasa?
Novel pemenang ketiga
Lomba Romance-Qanita ini, menampilkan setting yang apik, tentang bumi timur
Lorosae. Lengkap dengan petikan bahasa Tetun, bahasa asli orang Timor. Suasana
alam, meliputi keadaan tanah, hewan dan tumbuhan khas, hingga makanan khas,
hadir sangat alami. Begitu pun suasana kota sebelum dan sesudah referendum.
Dibutuhkan riset yang serius, sehingga latar tidak tampak sebagai tempelan
belaka.
Selain menghadirkan kisah cinta yang menawan,
novel ini mengingatkan pembaca bahwa sebuah konsekuensi sejarah yang
menyakitkan akhirnya diderita oleh masyarakat sipil yang bahkan tidak mengerti
pergulatan masalah politik yang sebenarnya terjadi. Mereka harus menerima
kepahitan demi kepahitan, tanpa daya untuk menolak.
Pesan lain yang
tersirat dari novel ini adalah menggugah kesadaran pembaca akan nasib
saudara-saudara sebangsa setanah air yang tinggal di pengungsian. Apakah
kecintaan pada tanah air dengan memilih tinggal di wilayah Indonesia, terbayar
dengan kehidupan yang layak? Tidakkah nasib mereka masih terlunta-lunta?
Rangkaian peristiwa
dalam perjalanan sebuah bangsa, memang kerap menimbulkan jejak luka. Namun
hendaknya, hal tersebut semakin diminimalisir pada masa mendatang, dengan
perencanaan dan pemikiran yang lebih matang.
Barakallah masuk koran mamah
BalasHapusMuhun Alhamdulillah..
BalasHapusHaturnuhuun Rian..