Berita
kemenangan Fatin cukup gegap gempita. Ada yang bersuka cita karena jagoannya
menang, ada pula yang kecewa. Yang kecewa, bisa tersebab ia lebih mengunggulkan
Novita, tapi boleh jadi juga karena memang tidak suka dengan kemenangan ini.
Tidak suka pun pasti ada alasan yang melatarinya. Bisa sedih, kecewa, khawatir,
miris, dan semacamnya. Saya termasuk yang mana?
Ketika
awal-awal muncul X-Factor, saya sudah mendengar kabar tentang Fatin, yang video
penampilannya saat masih proses seleksi, konon dilihat ribuan orang. Waktu itu
saya masih belum tertarik melihatnya. Sampai ketika berita tentang Fatin
semakin santer, akhirnya saya melihat acaranya di TV. Entah waktu itu itu
penampilan yang keberapa, yang jelas saat itu Fatin mengenakan semacam gaun
selutut, cukup lebar, dengan celana dalaman yang ketat. Kerudungnya pendek dimodifikasi
sesuai trend mode jaman kini.
Entah
kenapa, saya seketika disergap rasa sedih. Fatin cantik, tersenyum, bernyanyi…
menjadi ‘santapan’ khalayak ramai. Wajahnya dinikmati jutaan orang. Bagi saya,
muslimah bukan selayaknya demikian.
Huu..
pasti saya diprotes orang-orang nih. Apalagi kaum muda. Saya seperti mewakili
kaum yang kolot, anti kemajuan.
Jadi
begini, saya sebetulnya mengagumi bakat Fatin. Suaranya bagus. Tapi, seorang
muslimah bukan di sana tempatnya. Kata anak saya, kan Fatin menyanyi juga untuk
berbakti sama orangtua, uang hasil kontes mau dipakai untuk biaya berhaji.
Oke.. tapi untuk mendapatkan uang banyak demi melunasi ONH tidak harus dengan
cara itu kan?
Pertanyaan
anak saya lagi (usia ABG), lalu bakat Fatin menyanyi buat apa dong? Jawab saya,
ya digunakan untuk menyanyi, tapi bukan di panggung spektakuler macam X-Factor
itu. Yang di-elu-elukan banyak orang, videonya di Youtube di-download banyak
orang. Maka, menyanyinya harus dalam koridor syariat Islam. Lagunya yang
menggugah kesadaran untuk mengingat Allah dan mengagungkan Rasul. Bukan yang
memperlihatkan kemolekan paras pula kecantikan tubuh.
Saya
diprotes lagi nih.. hehe.. Suara-suara lain bilang, kan bagus ada muslimah yang maju bersaing dalam kancah bergengsi..
penampilannya sopan kok.. jangan lihat negatifnya dong.. ini langkah positif
agar muslimah percaya diri.. bisa menjadi motivasi untuk muslimah lainnya agar
berprestasi.. bla.. bla..
Pendapat-pendapat
itu tidak salah. Tapi… saya ada pengalaman dengan seorang ABG laki-laki. Dia
seriiing banget melihat video dari Youtube, penampilan seorang artis penyanyi
muda yang cantik. Dia pandangi video itu berulang-ulang. Ketika diingatkan, dia
tersinggung. Saya kan cuma melihat biasa,
ga pake nafsu! Lha, saya tidak bilang soal nafsu kok, saya hanya
mengingatkan supaya tidak melihat sering-sering. Kok ngerasa ya..?
Nyatalah
mengapa Islam mengatur agar hubungan laki-laki dan wanita dengan ghadul bashar (menundukkan pandangan). Berkata
Al-‘Ala’ bin Ziyad, “Janganlah engkau mengikutkan pandanganmu pada pakaian
seorang wanita. Sesungguhnya pandangan menimbulkan syahwat dalam hati.”
Seperti pada
kasus ABG yang saya ceritakan di atas. Dia sendiri mungkin pernah mengalami,
awalnya dari pandangan sahaja, selanjutnya.. hmm.. hmm.. Malah yang membuat
miris, waktu itu teman di fb pernah cerita tentang hebohnya para pria di
twitter. Sampai ada yang mengumpamakan pingin ngemut Fatin, saking Fatin itu
manis kayak permen..
Duh..
Duh..
Maka, dunia
artis yang glamour itu memang bukan tempat bagi muslimah. Sangat sulit untuk
tidak terwarnai. Bagaimana menangkal budaya yang sudah biasa berlaku di dunia
itu? Saat kemenangan Fatin, dia dipeluk dicium oleh lawan jenis. Tak ada daya
untuk menolak. Cipika cipiki laki perempuan sudah biasa toh?
Ini tulisan
sekedar ungkapan pikiran dan perasaan saya belaka. Sangat mungkin terasa tidak
sedap bagi sebagian orang. Tapi inilah suara saya. Saya merasa, ada yang tengah
terbahak menyaksikan muslimah menjadi tontonan yang bebas dinikmati siapa pun.
Umat Islam bergeser cara pandangnya terhadap sebuah prestasi. Apakah menjadi
tetap menjadi prestasi, bila ada nilai-nilai Islam yang secara haluus dikikis? Prestasikah
bila menjadi juara adalah juga menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah?
Penonton
Indonesia banyak yang tidak menyadari hal ini. Mereka, pria wanita, tua muda,
berlomba ‘menolong’ Fatin dengan mengirim sms dukungan sebanyak-banyaknya.
Tanpa sadar mereka telah mendukung upaya-upaya yang secara halus disusupkan
untuk memudarkan nilai-nilai Islam. Agar kaum muda terlena. Semua terbius oleh
semangat menjadi juara, yang merupakan perlambang kesuksesan. Duhai, siapakah
yang sukses?
Wallaahu’alam.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusyaah.. aku blm baca komennya, dah keburu dihapus..
Hapuslagi pula Allah kan juga melarang seorang wanita bernyanyi, karena suara adalah aurat bagi permepuan. perempuan boleh memakai suaranya tetapi untuk membaca lantunan ayat suci alquran dan untuk bercakap-cakap seperti biasa.
BalasHapus