Jumat, 24 Mei 2013

PRIHATIN PADA FATIN

Berita kemenangan Fatin cukup gegap gempita. Ada yang bersuka cita karena jagoannya menang, ada pula yang kecewa. Yang kecewa, bisa tersebab ia lebih mengunggulkan Novita, tapi boleh jadi juga karena memang tidak suka dengan kemenangan ini. Tidak suka pun pasti ada alasan yang melatarinya. Bisa sedih, kecewa, khawatir, miris, dan semacamnya. Saya termasuk yang mana?
Ketika awal-awal muncul X-Factor, saya sudah mendengar kabar tentang Fatin, yang video penampilannya saat masih proses seleksi, konon dilihat ribuan orang. Waktu itu saya masih belum tertarik melihatnya. Sampai ketika berita tentang Fatin semakin santer, akhirnya saya melihat acaranya di TV. Entah waktu itu itu penampilan yang keberapa, yang jelas saat itu Fatin mengenakan semacam gaun selutut, cukup lebar, dengan celana dalaman yang ketat. Kerudungnya pendek dimodifikasi sesuai trend mode jaman kini.
Entah kenapa, saya seketika disergap rasa sedih. Fatin cantik, tersenyum, bernyanyi… menjadi ‘santapan’ khalayak ramai. Wajahnya dinikmati jutaan orang. Bagi saya, muslimah bukan selayaknya demikian.
Huu.. pasti saya diprotes orang-orang nih. Apalagi kaum muda. Saya seperti mewakili kaum yang kolot, anti kemajuan.
Jadi begini, saya sebetulnya mengagumi bakat Fatin. Suaranya bagus. Tapi, seorang muslimah bukan di sana tempatnya. Kata anak saya, kan Fatin menyanyi juga untuk berbakti sama orangtua, uang hasil kontes mau dipakai untuk biaya berhaji. Oke.. tapi untuk mendapatkan uang banyak demi melunasi ONH tidak harus dengan cara itu kan?
Pertanyaan anak saya lagi (usia ABG), lalu bakat Fatin menyanyi buat apa dong? Jawab saya, ya digunakan untuk menyanyi, tapi bukan di panggung spektakuler macam X-Factor itu. Yang di-elu-elukan banyak orang, videonya di Youtube di-download banyak orang. Maka, menyanyinya harus dalam koridor syariat Islam. Lagunya yang menggugah kesadaran untuk mengingat Allah dan mengagungkan Rasul. Bukan yang memperlihatkan kemolekan paras pula kecantikan tubuh.
Saya diprotes lagi nih.. hehe.. Suara-suara lain bilang, kan bagus ada muslimah yang maju bersaing dalam kancah bergengsi.. penampilannya sopan kok.. jangan lihat negatifnya dong.. ini langkah positif agar muslimah percaya diri.. bisa menjadi motivasi untuk muslimah lainnya agar berprestasi.. bla.. bla..
Pendapat-pendapat itu tidak salah. Tapi… saya ada pengalaman dengan seorang ABG laki-laki. Dia seriiing banget melihat video dari Youtube, penampilan seorang artis penyanyi muda yang cantik. Dia pandangi video itu berulang-ulang. Ketika diingatkan, dia tersinggung. Saya kan cuma melihat biasa, ga pake nafsu! Lha, saya tidak bilang soal nafsu kok, saya hanya mengingatkan supaya tidak melihat sering-sering. Kok ngerasa ya..?
Nyatalah mengapa Islam mengatur agar hubungan laki-laki dan wanita dengan ghadul bashar (menundukkan pandangan). Berkata Al-‘Ala’ bin Ziyad, “Janganlah engkau mengikutkan pandanganmu pada pakaian seorang wanita. Sesungguhnya pandangan menimbulkan syahwat dalam hati.”
Seperti pada kasus ABG yang saya ceritakan di atas. Dia sendiri mungkin pernah mengalami, awalnya dari pandangan sahaja, selanjutnya.. hmm.. hmm.. Malah yang membuat miris, waktu itu teman di fb pernah cerita tentang hebohnya para pria di twitter. Sampai ada yang mengumpamakan pingin ngemut Fatin, saking Fatin itu manis kayak permen..
Duh..
Maka, dunia artis yang glamour itu memang bukan tempat bagi muslimah. Sangat sulit untuk tidak terwarnai. Bagaimana menangkal budaya yang sudah biasa berlaku di dunia itu? Saat kemenangan Fatin, dia dipeluk dicium oleh lawan jenis. Tak ada daya untuk menolak. Cipika cipiki laki perempuan sudah biasa toh?
Ini tulisan sekedar ungkapan pikiran dan perasaan saya belaka. Sangat mungkin terasa tidak sedap bagi sebagian orang. Tapi inilah suara saya. Saya merasa, ada yang tengah terbahak menyaksikan muslimah menjadi tontonan yang bebas dinikmati siapa pun. Umat Islam bergeser cara pandangnya terhadap sebuah prestasi. Apakah menjadi tetap menjadi prestasi, bila ada nilai-nilai Islam yang secara haluus dikikis? Prestasikah bila menjadi juara adalah juga menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah?
Penonton Indonesia banyak yang tidak menyadari hal ini. Mereka, pria wanita, tua muda, berlomba ‘menolong’ Fatin dengan mengirim sms dukungan sebanyak-banyaknya. Tanpa sadar mereka telah mendukung upaya-upaya yang secara halus disusupkan untuk memudarkan nilai-nilai Islam. Agar kaum muda terlena. Semua terbius oleh semangat menjadi juara, yang merupakan perlambang kesuksesan. Duhai, siapakah yang sukses?

Wallaahu’alam.



3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaah.. aku blm baca komennya, dah keburu dihapus..

      Hapus
  2. lagi pula Allah kan juga melarang seorang wanita bernyanyi, karena suara adalah aurat bagi permepuan. perempuan boleh memakai suaranya tetapi untuk membaca lantunan ayat suci alquran dan untuk bercakap-cakap seperti biasa.

    BalasHapus