Jumat, 08 November 2013

Tentang Betang

Menghela  napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Aku tertegun. Menjeda sejenak. Di tanganku, tergenggam novel mungil bertajuk Betang. Baru saja kukhatamkan. Dan inilah yang tertinggal di benakku, tentang Betang..

Novel ini sejuk, tenang, mengalir, mungkin seperti sungai-sungai yang ada disebut dalam kisah di dalamnya. Tidak ramai konflik. Meski ada sebagian orang yang menyebutnya sebagai ‘kekurangan’ penulis novel ini, tapi aku tidak melihatnya demikian. Setiap penulis punya style-nya masing-masing toh? Dan ketika ia tidak menampilkan konflik yang semarak, maka pada sisi lain ia menonjol.  Quote-quote yang indah mewarnai, tak hanya sebagai hiasan, namun ia mencerahkan.

Sempurna tak selamanya sesuai dengan keinginan kita. Nyess… hatiku meleleh. Betapa ku acap berontak oleh ketidaksesuaian garis hidup dengan keinginan.

Kita bisa memilih, tetap membenci dan terus menerus sakit hati, atau memaafkan dan membiarkan langkah menjadi ringan. Lagi-lagi aku terdiam. Duhai, memaafkan dan membiarkan segala yang telah lalu tak lagi membayangi… sungguh aku masih terhuyung melakukannya.

Tentang Betang, tentang Danum, Kai, Arba, Dehen, Ayah, semua begitu sederhana. Tak ada bagian yang meledak-ledak. Dan ketika tiba di puncak konflik, sealaminya muncul genangan di pelupuk mata, lalu meluruh, membasahi pipi. Sebuah kesedihan yang menggiris dalam diam, menimbulkan senyap yang merayap ke segenap penjuru hati.

Dalam kesyahduannya, novel ini membuka kesadaranku, membuatku terperangah, menggiringku untuk semangat tiada lelah. Kerja keras, kesungguhan berjuang, keteguhan pada iman, cinta tulus yang tak bersyarat, adalah hal-hal yang mutlak harus dilakoni. Aku harus melakukannya, meski entah nanti ceritaku  akan berujung di mana…


7 komentar:

  1. Tulisan tangan mba shabrina bagus banget yak *salahfokus :D

    BalasHapus
  2. hahaha... Eckiiii..
    Iya, tulisan Mbak Shab, baguuss.. tapi, kalau yg paling bawah, tulisan nama 'Shabrina Ws' itu mah dari sonohnyah..

    BalasHapus
  3. Makasiiiih Mbak Linda, udah meluangkan waktu membuat catatannya.
    Quote2 itu sebenarnya pengingat diri saya :)

    Mbak Fardelyn, oooh ituh, ituuh tulisan saya yg Shabrina Ws...xixix pinjam cetakan :D

    Mbak Naqi, yaaang di Pelari Cilik ya? :D

    BalasHapus
  4. Sebenarnya lebih asyik baca yang sederhana ya mbak :)
    Seperti kata mbak Linda, novel ini sederhana ... tapi pasti asyik

    BalasHapus
  5. Tuh kan.. Kl Mbak Linda yg bikin reviewnya mah jd romantis gini, ga kya aku yg ga bisa serius... :( eh aku jg mau lah dpt ttd Mbak Shabrina :)

    BalasHapus
  6. Petuah2 dlm bentuk quote ini pasti hasil dari buah yg tak jatuh dr pohonnya. Masih ibgat kan diary day bergambar seorang bapak dan seorang cucu didepan perapian?

    BalasHapus