Beberapa hari lalu
saya menyaksikan anak-anak SMU merayakan kelulusan dengan mencoret-coret
pakaian seragam yang dikenakannya dan menyemprot rambut mereka dengan cat warna-warni.
Ketika saya dekati mereka, dan menanyakan apa rencana setelah lulus ini, dengan
gaya seenaknya tanpa sopan santun mereka menjawab ‘nggak tau, yang penting
lulus aja dulu’. Beberapa dari mereka terbahak mendengar jawaban temannya.
Sedih saya
mendengar jawaban itu serta miris melihat sikap mereka terhadap orangtua yang
seperti tidak mengenal tata krama. Saya
teringat murid-murid saya di TK, mereka lucu-lucu, manis, dan sopan. Saya jadi
berpikir, tentu anak-anak SMU itu dulunya pun begitu. Lalu mengapa
kebaikan-kebaikan itu seolah menguap saat usia mereka beranjak naik.
Rumit memang
mengurai benang kusut sistem pendidikan di Indonesia. Bullying, manipulasi
nilai, pelecehan seksual, adalah contoh-contoh kasus tidak senonoh yang terjadi
di lingkungan sekolah. Saya tidak ingin mengajak anda untuk mencari siapa yang
salah dalam masalah ini. Dan tidak ingin memaparkan argumentasi tentang mengapa
kekisruhan di dunia pendidikan tak kunjung usai. Saya hanya mencoba berpikir
sederhana, bermula dari TK.
Kita tentu tidak
ingin hal-hal buruk di atas terus langgeng, dari generasi ke generasi. Maka,
marilah kita menyelamatkannya, diawali dengan pendidikan dari jenjang TK. Mari
kita benahi model pendidikan di TK. Penuhi keceriaan dunia kanak-kanak dengan
rupa-rupa kegiatan yang mengasah kreativitas, mengeksplorasi potensi, dan
mengkondisikan pada sebuah rancang bangun model karakter yang berbudi luhur.
Pembinaan karakter ini, harus dikomunikasikan dengan orangtua, sehingga
pendidikan berkesinambungan antara sekolah dan rumah. Dengan suasana yang kondusif, anak-anak akan
tumbuh dan berkembang dalam sebuah struktur rancang bangun karakter positif
yang kuat.
Kondisi yang baik
ketika di TK, harus terus dipupuk dan dirawat, hingga tatkala si anak melangkah
ke jenjang berikut, karakter baik itu tertanam kuat dan sudah menjadi gerak
kehidupannya. Maka setelah TK, jenjang pendidikan selanjutnya harus sejalan
dengan pendidikan dasar anak yang ditekankan pada pembangunan karakter positif
yang kuat tersebut. Kerja keras para pendidik, yaitu orangtua dan guru, amat
berperan penting.
Bisa dibayangkan,
bila anak-anak kita itu kelak melanjutkan estafet kepemimpinan dan menjadi
pelayan rakyat, tentu tak kan terdengar lagi model-model anggota dewan yang
doyan jalan-jalan, hakim yang mudah disuap, guru yang disunat gajinya, mafia
pajak yang santai berlenggang, dan aneka penyimpangan lain yang kini akrab kita
jumpai beritanya di media.
Semoga Indonesia
masa datang akan lebih bersinar dalam suasana aman, damai, sejahtera. Yang
sesungguhnya. Bukan sekedar slogan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar