Dug! Dug!
Jantungku berdetak lebih cepat demi melihat Bapak
Pejabat dari Kementrian Negara Urusan Kreativitas Rakyat menghampiri podium
untuk mengumumkan hasil Lomba Kreativitas Kelompok Ibu-Ibu Kreatif. Ada rupa-rupa
lomba yang diadakan, yaitu: Lomba Menulis, Lomba Menari, Lomba Menyulam, Lomba
Mengaji, Lomba Mengisi TTS tentang dunia
pendidikan dan kewanitaan, Lomba Lari Estafet, dan Lomba Melukis. Lomba ini
berlangsung di ibukota, dengan peserta dari berbagai kota di sekitarnya.
Bapak Pejabat itu mengumumkan satu demi satu para
pemenang, dengan gayanya yang sok memancing rasa ingin tahu penonton.
Dilambat-lambatkannya irama suara, dibolak-baliknya urutan kejuaraan,
dipasangnya mimik wajahnya se-ekspresif mungkin, Bah!
Sorak sorai membahana. Penonton dari berbagai kota itu
melonjak-lonjak tatkala namanya atau nama temannya, bahkan nama kotanya saja
yang disebut, sebagai pemenang. Aku pun tak kalah girang, karena berhasil
menjadi Juara I Lomba Menulis. Beberapa temanku, dari kelompok-kelompok lain dalam satu kota, Alhamdulillah
juga meraih prestasi. Ada yang Juara I, Juara II, dan beberapa Juara Harapan.
Usai semua pemenang lomba diumumkan, ternyata masih
ada satu lagi kategori pemenang. Kota yang menggondol banyak piala Juara I akan
menyabet penghargaan sebagai Kota Paling Kreatif. Lalu Bapak Pejabat itu pun,
lagi-lagi dengan gaya noraknya, berkoar penuh semangat,
“Pemenangnya adalah.. Kotaaaa… apa yaaaa..?”
Penonton berseru-seru, memohon-mohon agar segera diumumkan. Dan Bapak Pejabat
itu tampak menikmati betul rasa kepenasaranan penonton. Dengan senyum lebarnya
yang sarat kepuasan, ia berteriak,
“Pemenangnyaaa… Kotaaa… Huuujaaaannn…!”
Wow.. itu kotaku! Berjingkrak-jingkraklah
teman-temanku menarikan kegembiraan. Binar-binar kebahagian terpancar dari mata
kami. Dan rupanya masih ada pengumuman lain.
“Kota Hujan.. akan mendapat piala dan hadiah uang..
sebesaarrr… liiimaaa puluh jutaaa ruppiaaahh..!”
Bapak Pejabat itu makin lebar
senyumnya karena merasa berhasil membuat suasana semakin gegap gempita.
Teriakan histeris membahana.
Bisakah kau bayangkan menerima hadiah uang lima puluh
juta rupiah? Sungguh, kejutan luar biasa! Kami senang bukan buatan. Uang itu
akan kami bagi secara adil sesuai dengan perolehan prestasinya. Yang Juara I
akan mendapat bagian paling besar, dan Juara-juara lain menyusul berdasarkan
urutannya.
Kami pulang ke Kota Hujan dengan hati berbunga-bunga.
Senyum-senyum manis tersungging di banyak bibir, menepis letih yang tergambar
di wajah kami.
Keesokan harinya, kami berkumpul hendak membicarakan
masalah hadiah limapuluh juta rupiah itu. Sang Ketua Rombongan angkat bicara.
“Sahabat-sahabatku, hingga larut malam tadi, saya berkutat dengan angka,
menghitung pembagian hadiah uang limapuluh juta, agar benar-benar adil dan
merata.”
Takzim kami mendengar kalimat indah itu. Lalu, sambil menghela nafas
dalam-dalam, Sang Ketua melanjutkan pembicaraan.
“Namun tadi pagi, saya ditelpon oleh Pimpinan Pusat Kelompok Ibu-Ibu Kreatif.
Katanya, uang itu adalah sumbangan dari Kementrian Negara Urusan Kreativitas
Rakyat bagi Kelompok Ibu-Ibu Kreatif yang sudah memiliki anggota lebih dari
seratus orang dan telah memperoleh Sertifikat Kreatif dari perwakilan kota
dengan predikat: A!”
Senyap menyergap. Kami saling berpandangan. Manalah
ada diantara kami yang memiliki anggota kelompok berjumlah sebanyak itu, dan
Sertifikat Kreatif pun belum kami peroleh, karena untuk mendapatkannya konon
harus menyogok banyak rupiah kepada Tim Penilai.
Dalam kehampaan itu, suara Ketua kembali terdengar.
Kali ini iramanya lunglai.
“Karena kita tidak memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, maka uang tersebut, katanya akan dikembalikan ke kas Negara.”
“Karena kita tidak memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, maka uang tersebut, katanya akan dikembalikan ke kas Negara.”
Horee...!!! :) :D
BalasHapuskota hujan menang! Eh, Alhamdulilah...
Tapi ko' ngga kebagian hadiah nya sih? Emang nih, Indonesia mah ngeselin! :(