Minggu, 29 Desember 2013

Keajaiban Melalui Cara Sederhana



 Judul Buku                :  Menciptakan Keajaiban Finansial
Penulis                        :  Innuri Sulamono
Penerbit                      :  Indah Setya
Terbit                         :  Cetakan Pertama, Maret 2013
Tebal Buku                :  236 halaman
Ukuran                       :  12 x 18 cm
ISBN                           :  978-602-17304-1-6
Harga                         :  Rp. 50.000

Keberadaan blog pada masa kini tidak sekadar wadah menulis yang bisa dinikmati oleh sesama blogger. Beberapa penerbit melirik blog-blog yang menarik, lalu membukukannya, dan.. wow.. buku tersebut mendapat sambutan meriah dari pembaca. Sebut saja buku-buku Raditya Dika yang berseri-seri karena demikian digemari, dan ‘Perempuan Pencari Tuhan’-nya Rindu yang juga ada lanjutan seri-nya sebab seri pertama yang direspons dengan sangat baik oleh pembaca.

Belum lama ini hadir pula buku ‘Menciptakan Keajaiban Finansial’ yang berangkat dari kumpulan blog berisikan tulisan-tulisan ringan namun bertenaga. Adalah Innuri Sulamono yang bertutur tentang pengalaman dalam episode kehidupannya saat terpuruk secara finansial. Langkah-langkah yang ditempuhnya untuk bangkit, sikap yang dilakukannya, pemikiran yang dikembangkannya, semua terangkai dalam kalimat-kalimat sederhana yang terasa mengena dan mudah dipahami.

Buku ini terdiri dari lima bab. Bab pertama, bertajuk “Terlepas dari Jerat Hutang” yang berisi empat tulisan. Berkisah tentang episode terlilit hutang yang membuat hidup seakan terasa beraat. Namun sungguh mencengangkan bagaimana penulis menyikapinya. Jangan punya keinginan hutang itu segera lunas, tapi tumbuhkan keinginan untuk memperoleh ridha Allah saja (halaman 13). Untuk meraih ridho Allah itu haruslah diawali dari diri kita sendiri yang senantiasa merasa ridho dengan segala pemberianNya. Apa pun kondisi yang dialami, kita harus rela, harus suka, meski kondisi itu tidak menyenangkan. Termasuk di dalamnya kondisi berhutang.

Bab dua, diberi judul “Keajaiban Finansial”. Di dalamnya mengulas formula yang dilakukan penulis dalam geliat tumbuh kembang bisnisnya yang bangkit dari keterpurukan. Lalu Bab 3, berjudul “Kebaikan”, tentang bagaimana penulis konsisten (istiqomah) berbagi dan memanage kebaikan. Pada Bab 4, memuat “Kisah Inspirasi”. Ada kisah seorang buta huruf dengan 600 pekerja, perampok yang bertobat, juga bagaimana dulu penulis ‘menuhankan’ suaminya sendiri, serta beberapa kisah menyentuh lainnya. Terakhir, Bab 5 berisi “Renungan”, bagaimana kita menempatkan diri dalam hidup, sebagai hamba Allah-kah, atau sebagai hamba materi?

Saya betu-betul bersyukur bisa mendapatkan buku ini. Alhamdulillah hadiah lomba resensi. Tapi pertama kali mengetahui keberadaan buku ini dari tulisannya Mbak Leyla Hana di blognya tentang resolusi 2014, yang menukil buku ini. Pada waktu itu saya sudah tertarik, dan subhanallah.. Allah menghadiahkannya untuk saya melalui tangan Mbak Eni Martini.

Lembar demi lembar saya telusuri, seluruh tulisannya bernada inspiratif. Gaya penyampaiannya santai, tidak menggurui, tapi mengandung kompor alias memotivasi. Mengambil contoh-contoh dari kisah keseharian yang dekat dengan kita, tentang pengamen, tukang sayur, tetangga yang doyan ngutang, pedagang asongan, pun tak ketinggalan interaksinya dengan anak-anak dan suaminya.

Banyak quote bertaburan dalam buku ini. Lagi-lagi kalimat yang sederhana, tak berhias diksi yang penuh aksi. Semisal: Merugikan orang lain berarti merugikan diri sendiri, menolong dan membantu orang lain berarti menolong diri sendiri (halaman 78). Sederhana, bukan? Lalu diiringi dengan pemaparan peristiwa yang berkenaan dengan quote tersebut. Terasa mengena dan membukakan mata serta hati. Diajaknya pembaca mengikuti keajaiban-keajaiban yang menyertai peristiwa tersebut. Betapa Maha Kuasa Allah, maha mengejutkan anugerah dan rezeki yang dilimpahkan kepada hambaNya yang senantiasa ikhlas berbuat kebaikan.

Demikian yang mengalir dalam tulisan-tulisan seorang Innuri. Tidak sarat dengan teori-teori yang membuat kening berkerut. Meski ada menyelipkan nukilan pendapat para pakar, semisal: Quantum Ikhlas-nya Erbe Sentanu, Hukum Newton III, dan lainnya, namun bahasanya tetap membumi. Tak ketinggalan pula petikan ayat-ayat Al-Quran yang relevan dengan topik yang sedang dibahas. Semua menjadi lengkap, seperti sajian empat sehat lima sempurna.

Dari keseluruhan tulisan yang menyentuh dan menyemangati ini, saya paling terkesan pada tulisan yang berjudul “Tertipu Angka-angka”. Tulisan ini benar-benar menonjok saya, dalam pengertian positif. Betapa seringkali angka-angka itu menipu dan membuat susah.

Dalam tulisan tersebut diceritakan bahwa penulis mendengar keluh kesah seorang penjual nasi pecel yang terlilit hutang sebesar lima juta rupiah. Setelah itu penulis bertemu dengan temannya yang mengalami kebangkrutan parah. Tanahnya yang ‘berceceran’ di mana-mana, serta rumah megah laksana istana, harus direlakan demi melunasi hutang dan itu masih belum cukup. Sementara penulis sendiri hutangnya mencapai ratusan juta. Nah, bagi tukang pecel, hutangnya demikian menyulitkan, sedang bagi penulis jumlah segitu tidak sebanding dengan hutangnya yang ratusan juta. Namun bagi teman penulis, tentu hutangnya yang bermilyar rupiah itu pastilah paling berat. Ini membuat saya tercenung. Apalah arti angka-angka itu, karena sesungguhnya yang harus diyakini adalah Allah memberikan ujian itu sesuai dengan kapasitas masing-masing hambaNya. Yang penting kita yakini bahwa sebaik-baik penolong hanyalah Allah. Mau hutang seberapa pun jumlahnya, semua kecil saja bagi Allah. Apa sulitnya bagi Allah, menjadikan hutang itu lunas.

Saya lekas beristighfar. Teringat ketika pertama kali mengetahui buku ini, Mbak Leyla bilang, ini penulisnya terbebani hutang besar tapi mampu bangkit. Lalu ketika saya tahu hutangnya ratusan juta, sebuah pikiran buruk melintas, “Ooh.. baru ratusan juta.. belum M seperti keterpurukanku...” Astaghfirullah... betapa saya mengutamakan jumlah angka, merasa memiliki beban lebih berat, padahal bagi Allah, jumlah sebanyak apa pun bukan hal yang berat untuk menjadikannya lunas.

Setelah itu, saya jadi selalu teringat dan memegang contoh keikhlasan penulis dalam menyerahkan segenap permasalahan hutangnya kepada Allah. Sebuah lantunan kepasrahan yang indah: Ya Allah, aku sungguh tidak sanggup menyelesaikan hutangku, tapi Engkau bisa. Aku pasrahkan semua hutangku kepadaMu, terserah bagaimana Engkau menyelesaikannya. Biarkan aku bersenang-senang dengan banyak mensyukuri nikmatMu dan ijinkan aku berbuat kebaikan karenaMu (halaman 11-12).

Ajaib, saya pun menjalani hidup dengan lebih tenang. Setiap hari melakoni pekerjaan dengan lebih bahagia. Karena toh berkeluh berkesah tak mengubah masalah. Sekarang saatnya memantaskan diri di hadapan Allah. Apa yang ada dinikmati, disyukuri. Sehingga tumbuh rasa tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, mempersembahkan yang terbaik di hadapanNya.

Himpitan persoalan itu memang perlu kita alami, agar kita punya pengalaman bahwa Allah itu selalu menolong dan hanya Dia satu-satunya penolong (halaman 22). Subhanallah... dalam masalah yang begitu rumit dan pelik, di sana ada pertolongan Allah. Tak akan pernah Allah membiarkan kita terjerat masalah berat, tanpa campur tangan bantuanNya di dalamnya, asal kita sungguh-sungguh bergantung dan memohon dengan segenap ketundukan. Dalam kungkungan masalah, toh saya masih dapat berpikir, dapat mengatur langkah, menyelamatkan anak-anak, dan lainnya. Bukankah itu bentuk pertolongan Allah?

Ada lagi satu point yang saya garisbawahi dari buku ini, yaitu tentang bersedekah. Meski saya belum bisa seperti penulis yang ketika punya uang lima ratus ribu, sedekahnya empat ratus ribu. Pernah saya mengalami kebingungan, ketika masih di awal bulan, uang tinggal dua ratus ribu, lalu bismillah saya sedekahkan seratus ribu. Dan benar yang dikatakan penulis bahwa pertolongan Allah kemudian berjatuhan, penuh keajaiban dan kadang tidak masuk akal.

Maka buku ini benar-benar hadiah dari Allah untuk saya. Ia mengajarkan banyak hal dengan caranya yang sederhana namun menghunjam. Mencerahkan tapi tidak menyilaukan. Seperti judulnya yang mengandung kata keajaiban, saya pun kecipratan keajaiban itu. Dan semoga Anda pun mendapatkan keajaiban setelah membaca buku ini. 

*) Resensi ini diikutsertakan dalam Lomba Resensi Buku "Menciptakan Keajaiban Finansial"

4 komentar:

  1. Baru tau aku kalo buku ini dulunya merupakan kumpulan tulisan di blog. maklum, punya bukunya tapi sedikitpun belum dibaca, xixixiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. belum dibaca ya.. kebanyakan yg masih disegel plastik ya, jd yg datang blakangan blm kesentuh..
      Nanti klw dah balik ke Indo, baca deh.. buku ini bagus..

      Hapus
  2. jd penasaran ma buku ini mba,,sprtinya mslh finansial itu dialami siapa saja yaa,,hanya kadarnya saja yg berbeda2,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Tita.. mslh finansial itu kayaknya denyut kehidupan ya..
      Baca deh buku ini.. bagus lho..
      Oh ya, salam kenal Mbak.. makasiih dah mampir.. :)

      Hapus