Blurb:
Keindahan Blue Lagoon
Resort berhasil menyembuhkan luka hati Arneta
setelah putus dari Galang. Setidaknya itulah yang dirasakannya sampai
kemunculan Mark, sang general manager baru. Ketenangan Arneta terusik karena sikap
dingin cowok blasteran itu. Untuk pertama kalinya ada orang yang berani menegur
keterlambatan Arneta, meremehkan kinerjanya, dan mempermalukannya di depan para
staf.
Kekesalan Arneta
semakin menjadi karena statusnya sebagai anak pemilik Blue Lagoon Resort tidak
bisa memuluskan rencananya untuk mendepak Mark. Perang dingin di antara mereka
berujung pada sebuah pertaruhan terbesar dan ternekat yang pernah diajukan
Arneta. Pertaruhan yang perlahan-lahan membuka sisi asli pribadi Mark.
Pertaruhan yang membawa Arneta kembali bertemu Galang.
Laguna biru
kesayangannya tak lagi tenang. Luka hati Arneta yang lama terkubur kini terusik
lagi dengan kehadiran Galang. Namun, ketika mantan kekasih yang sangat
dicintainya itu melamarnya di tepi laguna, kenapa Arneta justru memikirkan
sosok lain?
Review:
Saat membaca daftar
finalis Lomba Novel Amore, mata saya tertegun sejenak di satu nama. Iwok
Abqary. Nggak salah nih? Penulis yang lebih sering ngocol dalam
tulisan-tulisannya, terjaring di lomba bergengsi novel romance? Satu lagi,
penulis ini juga idola anak saya (10 tahun). Yup! namanya memang cukup dikenal
sebagai penulis buku anak-anak. So, nggak
pake mikir lama, judul novel ini langsung masuk ke dalam wishlist. Penasaran banget saya…
Dan.. ketika lembar
demi lembar novelnya saya nikmati… hmm… novel ini asyik juga. Bahasanya segar
seperti segarnya segelas lime squash yang ada di covernya. Dialognya nggak
berlebihan, enak dikunyah. Nggak cuma dialog verbal, tapi juga suara-suara
bisikan hati, menyempurnakan keasyikan yang dibangun oleh cerita ini.
Settingnya menarik,
membidik panorama eksotis negeri sendiri. Pulau Bintan, sebuah destinasi wisata
yang cantik dan belum se-menor Bali. Deskripsi keindahannya cukup tersampaikan.
Saya bisa membayangkan tenang dan nyamannya laguna tempat Arneta melarungkan
serpih demi serpih rindunya. Tempat yang senyap dengan segala pesona ajaibnya
yang melenakan: debur ombak, desir angin, pekik camar, riak gelombang,
gemerisik dedaunan nyiur, palem, dan ketapang, lengkap dengan payung langit
biru yang membentang sempurna. Pas banget untuk meluruhkan segenap kenangan
pahit yang mengendap dari masa lalu.
Eloknya Pulau Bintan (gambar diambil dari sini) Riset untuk novel ini, terlihat cukup mendalam. Penulis fasih membeberkan seluk beluk bisnis resor, terutama yang berkaitan dengan divisi marketing. Di divisi itulah Arneta nge-pos, dan segala gerak tindaknya berkutat di situ. Saya jadi tahu, bagaimana strategi pemasaran sebuah usaha resor dalam menggaet klien, model promo yang dilakukan, termasuk istilah dalam kegiatan promo, semacam sales call. |
Selain bagian-bagian
serius, mungkin karena pada dasarnya ini penulis emang suka ngocol, novel ini
pun diwarnai unsur kocak. Bukan ngocol yang konyol, tapi semacam bumbu penyedap
yang bikin novel ini jadi mak nyuss. Saya benar-benar terhibur, karena
bagian-bagian yang lucu ini nggak dibuat-buat, tapi memang hadir alami, dan
sukses bikin saya ketawa, dari mulai ketawa skala ringan yang cuma senyam-senyum
sampai terkakak-kikik.. J Misalnya dari dialog-dialog chatting Arneta dengan Ayu, sahabatnya
yang tinggal di Bandung, juga saat adegan Arneta yang ketahuan memotret Mark
dengan sembunyi-sembunyi, dan.. selebihnya, temukan sendiri ya, lumayan cukup
banyak kok.
Menarik juga bagaimana
penulis menggerakkan tokoh-tokohnya. Nggak ada yang saling mendominasi. Galang,
yang sesungguhnya merupakan ‘biang kerok’ penyebab terdamparnya Arneta di
Bintan, hadir di bagian nyaris penghujung cerita. Penulis memilih untuk nggak
cerewet menceritakannya di awal, dan ketika dia muncul, nggak terkesan
ujug-ujug dateng juga. Sudah disiratkan sebelumnya tentang kebiasaan Neta yang
suka menyendiri di laguna, dan… penyebabnya nggak akan jauh-jauh dari urusan
cinta, kan?
Karakter Arneta dan
Mark merupakan kombinasi yang pas. Masing-masing memiliki kekuatan karakter
yang khas dan tegas. Mereka berinteraksi dalam alur yang terjaga. Ketika terasa
ada semacam plothole, ternyata di
bagian selanjutnya ada penjelasan yang menutupi lubang tersebut. Semisal
tentang Galang yang dikatakan percaya diri, tapi kok berkelit dari sebuah
komitmen? Bukankah itu menunjukkan ketidakpercayadiriannya? Ow rupanya kemudian
disebutkan bahwa Galang berasal dari keluarga sederhana dan ia ingin berupaya
menapaki jalan sukses agar tampil sebagai pemenang di hadapan keluarga Arneta
yang kaya raya.
Nggak melulu mengedepankan perkara cinta, Laguna
juga meniupkan semangat pantang menyerah. Betapa sebuah target yang
dicanangkan, harus diperjuangkan dengan program yang matang dan terencana baik.
Sebuah tantangan harus dijawab dengan kerja keras dan prestasi. Karena dunia
kerja membutuhkan orang-orang yang berdedikasi tinggi. Bila itu dipenuhi, maka
keberhasilan yang gemilang akan dicapai.
Apakah novel ini semua
bagiannya asyik? Nggak juga lah. Tak ada gading yang tak retak, tetap berlaku.
Seperti novel Amore yang saya baca sebelum ini, di Laguna pun tercium aroma sinetronistik. Perseteruan seru antara dua
orang berbeda jenis kelamin dengan paras menawan… hmm.. kayaknya langsung
ketebak kalau itu bakal jadi semacam kamuflase. Dan, Arneta terlihat naïf,
dengan segala serangan yang dilancarkan Mark. Tapi, bagusnya, penulis
menunjukkan betapa alam bawah sadar Neta tak berkutik juga berhadapan dengan
cowok bule yang guantheng ini.. J
tiap hari berantem sama cowok bule kayak gini dan selalu mendapat tatapan dingin macam ini..? mana tahaan.. (gambar diambil dari sini) |
Satu lagi, unsur
kebetulan. Pada moment yang urgent,
ketika Neta butuh klien besar yang mampu mendongkrak profit demi keberhasilan tim
marketingnya, muncullah sosok itu. Sosok yang melangutkan jiwa dalam bingkai
kenangan getir masa lalu. Kebetulan yang klise. Sangat disukai untuk menjadi
pilihan penulis agar memudahkan jalan cerita. Kok Galang sih yang jadi wakil
direktur marketing di perusahaan besar yang dibidik Blue Lagoon Resort?
Kebetulan banget! Sementara saya, nggak pernah tuh kebetulan ketemu sama mantan
pacar dari masa lalu… haha…
Adanya dialog chatting antara Neta dan Ayu, adalah bagian
yang saya suka. Percakapan yang lincah, segar, dan mengandung unsur kocak juga.
Betul-betul pembicaraan dua orang sahabat yang terkesan natural. Tapii… kenapa
untuk membedakan dialog chat itu dengan narasi atau dialog lain, adalah dengan
menggunakan cetak tebal pada huruf-hurufnya? Kenapa nggak menggunakan font yang
beda? Kan banyak pilihan font yang bisa dipakai yang akan membuatnya lebih
artisitik, daripada sekadar hurufnya di-bold.
Deskripsi fisik para
tokoh cukup detil dan menarik. Pembaca bisa membayangkan seperti apa sosok
Arneta, Mark, dan Galang. Meski penulis tampaknya terpeleset juga, kurang
teliti saat menggambarkan mata Mark yang memesona. Pada halaman 110, matanya
sewarna hazelnut yang coklat terang, namun pada halaman 227, matanya sewarna
almond. But, it’s no big deal, toh
tidak memengaruhi jalan cerita. Masih bisa dimaafkan untuk penulis yang baru
pertama kali menulis novel romance… J
Anyway, meski tidak bertabur diksi yang memukau, saya acung jempol buat Iwok Abqary yang berhasil yang membangkitkan sisi romantisme
yang terkubur di dirinya dalam proses kreatifnya, sehingga menghasilkan novel
romance yang manis, segar, dan menyenangkan. Dengan menambahkan ketegangan-ketegangan saat Neta harus menentukan pilihan, menjadi kejutan tersendiri buat saya, tercecap rasa kecut-manis yang enak. Maka menikmati novel ini seperti
sedang disuguhkan segelas lime squash.
Akhirnya rasa penasaran
saya lunas ketika tiba di penghujung halaman novel ini. Dan, saya nggak nyesel
beli karena novel ini cukup memuaskan. So,
saya rekomendasikan novel ini buat kamu koleksi. Jangan sampai melewatkan
kesegaran segelas lime squash yang menguar darinya… slrruup! ^_^
Judul
Buku : Laguna
Penulis : Iwok Abqary
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan I, 2013
Tebal
Buku : 232 halaman
ISBN : 978-602-03-0053-5
Harga : Rp. 48.000
Edan bener mbak Linda! Ni buku baru rilis dah ngeresensi aja. Padahal aku baru aja mau dikirimi sama Kang Iwok
BalasHapuswahahahaha... Mbak Ikaaaa...
Hapus