Sabtu, 07 Desember 2013

Ketika Cinta Lalu Menjadi Sembilu



Judul Buku                :  Perjalanan Hati
Penulis                        :  Riawani Elyta
Penerbit                      :  Rak Buku
Terbit                         :  Cetakan I, Mei 2013
Tebal Buku                :  iv + 194 halaman
ISBN                           :  602-175-596-0
Biduk rumah tangga tak selamanya tenang berlayar. Adakalanya terhantam gelombang yang menimbulkan guncangan. Penyebabnya aneka rupa, dari stadium dini berupa perbedaan-perbedaan pendapat, hingga stadium lanjut yang lebih serius, semisal: pengkhianatan.
Novel “Perjalanan Hati” mengisahkan biduk rumah tangga Maira-Yudha yang terguncang oleh sebuah rasa di masa lalu. Sebaris nama masih tersimpan rapi di dalam hati. Suara dari masa lalu itu masih berembus kencang, Menyergapku dalam rindu yang dingin (halaman 11). Andri, laki-laki dari masa lalu Maira, sesama aktivis pecinta alam, kembali hadir setelah sekian lama menghilang. Keduanya berada dalam satu rombongan backpacker ke Gunung Anak Krakatau.
Keikutsertaan Maira berarti melanggar janjinya kepada Yudha, bahwa pendakian ke Gunung Leuser sembilan bulan menjelang pernikahannya, adalah pendakian Maira yang terakhir. Namun akhirnya Yudha memberi izin, karena adik Maira dan istrinya juga ikut serta dalam rombongan itu, sehingga Yudha bisa memastikan Maira aman sepanjang perjalanan.
Sesungguhnya bukan hanya itu alasan Yudha. Ia mencium kegusaran Maira tersebab kedatangan mantan kekasih Yudha menemui Maira. Yudha tidak tahu persis apa saja yang mereka bicarakan, tapi ia merasa perlu memberi waktu untuk Maira cooling down. Perjalanan ke Anak Krakatau sepertinya sangat tepat.
Apakah perjalanan tersebut benar-benar me-refresh pikiran Maira yang kusut karena kehadiran wanita dari masa lalu suaminya? Bagaimana pula kedekatannya dengan Andri selama perjalanan? Menyesalkah Yudha atas izin yang diberikannya, karena ia pun sebenarnya tahu bahwa Andri berada dalam rombongan itu?
Perjalanan hati Maira mengalun lembut sepanjang cerita. Konflik yang hadir tidak meletup-letup, cenderung sederhana. Berkisar seputar kegalauan Maira. Andri-nya yang dulu dinanti dan dirindu, tiba-tiba berada begitu dekat. Sosok Andri yang di awal digambarkan cuek, ternyata mengalami pengembangan karakter. Saat berduaan kembali bersama Maira, meski status Maira sudah bersuami,  Andri melancarkan manuver-manuver yang cukup berani. Secara psikologis, hal ini logis karena Andri merasa sudah ‘kalah’, maka ia berusaha merebut kemenangan, yang masih sangat diharapkannya. Ia sangat menyesal atas kesalahannya dulu yang tidak berterus terang mengenai perasaannya.
Maira yang digambarkan sebagai sosok anak gunung banget, ternyata tidak cukup kuat menghadapi gempuran rasa antara masa lalu dan kenyataan hari ini. Semakin jauh aku melangkah, hanya resah yang kian menggumpal (halaman 91). Penulis mengeksplorasi gejolak hati Maira dalam perjalanannya menapaki jejak rasa. Ditaburi dengan diksi yang menawan dan quote-quote manis pada setiap pembuka bab. Perjalanan hati ini pun terasa halus berdesir.
Yang agak terasa mengganjal adalah sikap Yudha yang melepaskan izin untuk Maira pergi, sementara dia tahu dalam perjalanan tersebut ada Andri, lelaki dari masa lalu Maira. Tidakkah tepercik api cemburu di hatinya? Apakah ego kelaki-lakiannya tidak terusik?
Sebuah pelajaran yang patut digarisbawahi dari kisah Maira-Yudha adalah jangan biarkan kisah cinta masa lalu menyelinap dalam kehidupan rumah tangga. Celah kesempatan yang terbuka sedikit saja bisa mengundang peluang untuk menggoyahkan hati. Siapa pun tahu, kalau pria dan wanita itu, seperti dua kutub magnet yang tarik menarik. Tetapi, yang satu tidak akan berusaha mendekat, apalagi sampai menarik, kalau tidak ada sinyal yang dikirimkan oleh pihak satunya lagi. (halaman 100)
Selain Maira, hadir pula tokoh perempuan lain, yaitu Donna. Ia perempuan dari masa lalu Yudha. Karakter yang melekat padanya adalah perempuan yang kuat dan mandiri. Potret perempuan masa kini yang mampu berjalan tegak di atas kakinya sendiri. Ketegarannya bisa menjadi simbol kekuatan seorang perempuan yang sering digambarkan lemah. Betapa ia mampu berlapang dada dan ikhlas melepas masa lalu, kemudian mantap melangkah di kehidupan masa kini dan yang akan datang.
Sebagai sebuah novel dewasa, novel ini sangat santun. Kemesraan suami-istri tidak di-ekspos secara vulgar. Deskripsinya disiasati dengan ekspresi dan bahasa tubuh si tokoh.
Setting tempat mendapat ruang yang cukup. Situasi khas Pelabuhan Merak, kondisi gunung Anak Krakatau dengan lontaran lahar dan material vulkanik lainnya, hadir dalam porsi yang pas sesuai tuntutan cerita. Nampak bahwa penulis melakukan riset yang serius, sehingga deskripsi setting cukup detil dan memikat.
Alur cerita bergerak perlahan pada bagian awal, lalu menjadi lebih cepat saat mendekati akhir. Ending pun terasa agak instant.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang mengiringinya, novel ini  memiliki keindahan bahasa yang sangat pekat. Diksi yang cantik dan menyentuh memenuhi sepanjang jalan cerita.  Covernya pun tampak lembut dalam ilustrasi sederhana dengan pilihan warna teduh.
Pesan yang tersirat dapat ditangkap dengan baik. Betapa komunikasi yang mengusung kejujuran, sangat penting dalam sebuah keutuhan rumah tangga. Maka novel ini recommended bagi pasangan suami istri, baik yang usia pernikahannya masih muda maupun yang sudah berbilang tahun, dan baik juga dibaca oleh yang belum berumah tangga untuk bekal kelak bila melangkah ke jenjang pernikahan.


15 komentar:

  1. dulu ketika diberi pilihan aku memilih coffee memory karena aku gak ngikutin kak lyta ketika menulis ini, menerbitkannya bahkan gak ikutan mempromokan. hemm ... ternyata sama menariknya. dan berhasil, resensi teh linda jelas selalu bikin mupeng buat membaca novel ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku punya dua2nya dong.. hihi.. pamer..
      yg Coffee Memory juga ada lomba resensinya.. yuk, Nti ikutan..

      Hapus
  2. Bagus, Mba reviewnya. Novel romans itu idenya muter-muter begitu saja ya, tergantung kepiawaian penulis saat menuliskannya :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasiiih Mbak Ela..
      iya, novel romance ya seputar itu, tapi pernak-perniknya yg bikin seru.. :)

      Hapus
  3. Novelnya santun, resensinya tak kalah santun. Khas mbak linda, menyentuh namun tetap jeli :)

    Moga menang dan berkah. aamiin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanx yaa Miss Merantau.. Aamiin..
      Moga nanti resensiku utk novelmu, nggak mengecewakanmu.. :)

      Hapus
  4. kalau menentukan alur buku yang aku baca, kadang2 masih bingung, karena ada yang flasback juga,, T___T jadi biasanya gak aku sisipkan di review :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak usah bingung.. kalau relevan utk diulas di dalam review yg kita bikin, ya tulis aja.. hehe..

      Hapus
  5. seperti biasa : keren... sukses mbak Lindaaaaaa.......*ketjup*

    BalasHapus
  6. Penasaran, ingin mengetahui isi cerita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiii dah mampir.. salam kenal.. :)
      Isi ceritanya bagus, Mbak.. dibeli aja bukunya.. :)

      Hapus
  7. Balasan
    1. jadi Mbak Binta ga ikutan event lomba yg ini? asiik.. berkurang 1 saingan berat... :)

      Hapus