Itu betul-betul pertanyaanku buat diriku sendiri. Aku mulai sedikit terusik dengan aktivitasku akhir-akhir ini yang rasanya semakin membuatku sulit untuk menulis. Padahal, konon teman-teman penulis yang aku kenal, mereka setiap hari pasti menulis. Lha aku? riweuh sama kerjaan domestik dan kutukan princess sleeping beauty. Duh.. aku nih penidur banget.. :(
Coba kita flashback dulu, gimana ceritanya aku bisa ambil bagian di dunia tulis menulis. Jujur, kadang aku merasa aneh sendiri. Karena temen-temenku biasanya memulai menulis sejak kecil. Mereka membuat cerita apa saja di buku apa saja. Sedang aku? Uh, pelajaran Bahasa Indonesia saja tidak menarik minatku kala itu. Namun karena aku memang merasa harus mendapat nilai yang baik, maka nilai Bahasa Indonesia ya selalu di atas rata-rata.
Bahkan ketika ternyata aku kuliah di Fakultas Sastra pun aku tidak nyadar tentang segala ilmu susastra Indonesia. Yang menjadi konsentrasi hanyalah seputar matakuliah yang berhubungan dengan kejepangan. Aku malah baru ngeh ketika kemarin tanpa sengaja aku membaca transkrip nilai, Ooh.. ternyata ada matakuliah "Pengantar Linguistik", "Pengantar Kajian Sastra", "Metode Penelitian Sastra".. dan ternyata matakuliah "Bahasa Indonesia" aku dapat C. -_-
Lalu aku mulai nyemplung di dunia tulis menulis, ketika punya akun fb sekitar penghujung 2010. Aku terkagum-kagum sama tulisan orang-orang yang keren banget, menurutku. Terutama tulisan temenku yang satu itu (ga usah aku sebut namanya ya.. :D). Terbitlah keinginan untuk bisa menulis juga, tapi ga mimpi as good as him, yang penting bisa nulis dengan panjang dan jelas maksudnya, ga ngalor ngidul geje.
Aku ingat banget ketika mulai nulis di note fb, sampai berpuluh-puluh menit bolak balik nulis-delete-nulis-delete. Akhirnya cuma jadi 1 paragraf.. haha.. Rugi bandar deh, waktu itu msh nge-rental di warnet. Belum punya modem dan atau speedy.
Tak lama kemudian, ada audisi menulis yang digawangi Tias tatanka-Gola Gong. Aku pun ikutlah. Tanpa beban. Dan.. pada hari pengumuman, aku berdebar-debar karena membaca notif namaku di-tag Mbak Tias Tatanka. Ternyataa,, tulisanku lolos! Aku terpana. Rasanya tak percaya. Maka.. Tias Tatanka mengubah hidupku.. (lebayy..) Aku pun jadi semangat ikut-ikut lomba menulis untuk antologi.
Kini, setelah kurleb ada 17 antologi yang terbit, teman-teman mulai menyemangati supaya aku menulis buku sendiri. Glekt!
Entahlah, kadang aku masih merasa belum menjadi penulis. Aku tidak mengharuskan diri setiap hari menulis. Sesempatnya dan tergantung kebutuhan, Pas ada lomba, ya nulis. Ga ada lomba, kadang sibuk ngurusin yang lain. Atau pas lagi niat ngirim tulisan ke media, ya nulis.
Tapi, sekarang kepikir juga untuk setiap hari nulis, setidaknya di blog. Toh di blog aku bisa bebas menulis apa aja. Semoga sih ada yang bermanfaat bagi yang baca.. (halloow.. ada yang baca nggak yaa..? ^^ )
InsyaAllah, mulai hari ini dst aku mau nulis setiap hari. Bukan untuk legitimasi sebagai penulis. Tapi yaa.. konon menulis itu kan terapi jiwa. Semoga dengan menulis bisa lebih membuatku sehat secara fisik dan psikis.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya Ananta Toer
BalasHapuswow.. PKH mantav..
Hapusyakinlah, bahwa mamah akan menjadi penulis yang luar biasa suatu saat nanti. :)
BalasHapus