Hari ini aku mulai lagi liqo'. Akhirnya ditempatkan juga setelah enam bulan tak kunjung di-follow up. Dan, lagi-lagi terkaget-kaget dengan hal baru yang aku temui di kota ini. Hadeuh.. jauh sama di Bogor. Tapi, aku ga akan membahas tentang suasana liqo. Tadi aku mendapat sesuatu yang rasanya selama ini hilang. Sebuah rasa kembali. Berada di sebuah kondisi dimana kita saling mengingatkan. Subhanallah.. rindunya pada tetes-tetes segar akan kajian ayat-ayatMu, Yaa Rabb.
Berhubung em-er ga datang, jadi diisi dengan kultum dari mutarobi yang namanya Ani. Ia mengambil satu ayat dari Surah Yasin ayat 65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Seketika aku teringat pada lagu Chrisye yang liriknya ditulis Taufik Ismail dengan inspirasi dari ayat itu. Meleleh air mataku setiap mendengar lagu tersebut.
Aku menyimak uraian Ani. Bahwa seluruh bagian tubuh kita akan merekam dengan baik, segala apa yang telah kita lakukan. Tak hanya tangan dan kaki, namun jantung, hati, jaringan otak hingga ke sel-sel darah. Semuanya.
Tentang daya rekam ini, Ani menuturkan sebuah kisah. Ada seorang pria yang mengalami sakit jantung parah, dan tidak ada jalan lain untuk menyambung hidupnya kecuali dengan transplantasi jantung. Singkat cerita, didapatlah jantung dari seorang pendonor. Lalu operasi pencangkokan pun berjalan sukses. Pria tersebut hidup dengan normal kembali. Hingga 13 tahun kemudian, pria itu ingin mengetahui jatidiri sang pendonor. Pergilah ia menuju rumah sakit tempat ia dioperasi dulu. Sayangnya pihak rumah sakit tutup mulut, tersebab kesepakatan dengan keluarga pendonor untuk tidak membuka identitas. Bolak-balik pria itu mengulang permintaannya, namun pihak rumah sakit memegang teguh kesepakatan tersebut.
Pria itu tidak kehilangan akal. Ia menemui dokter yang dulu mengoperasinya, dan akhirnya sang dokter luluh. Diberitahukannya identitas keluarga pendonor. Segeralah pria tersebut menemui istri pendonor yang tentu saja sudah menjadi janda itu. Ia menyampaikan rasa terima kasihnya yang dalam. Komunikasi terus berlanjut, hingga pria itu dan sang janda mengalami ketertarikan, merasakan rasa yang sama. Maka, keduanya menikah.
Dalam perjalanan rumah tangga mereka, timbullah masalah. Si pria merasa tidak sanggup menghadapinya, hingga ia mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.
Cerita ini membuktikan betapa bagian tubuh merekam dengan baik peristiwa yang terjadi pada 'tuan'nya. Jantung tersebut merekam perilaku pemiliknya. Saat ia berpindah tempat, hal-hal yang dulu terjadi, kembali berulang. Misal: tertarik pada wanita yang sama, pun wanita tersebut merasa melihat suaminya yang dulu, melalui gerak-gerik dan cara bicara pria tersebut. Termasuk peristiwa bunuh diri. Hal itu pula yang menyebabkan meninggalnya si pendonor. Jadi ketika menemui masalah dalam rumah tangga untuk kasus yang sama, maka jalan yang ditempuhnya adalah bunuh diri. Wallaahu'alam, apakah ini cerita ini nyata atau fiksi.
Yang patut kita garis bawahi adalah jangan sampai peristiwa yang terekam pada anggota tubuh kita didominasi oleh hal-hal buruk bergelimang dosa. Istighfar dan bertobatlah, bergegas menuju ampunanNya.
Selain anggota tubuh, benda mati pun dapat menjadi jejak saksi bagi amal-amal kita. Itulah sebabnya mengapa seusai mengerjakan sholat fardlu, kita dianjurkan agar bergeser, berpindah tempat untuk melakukan sholat sunah rawatib. Sehingga lantai yang menjadi saksi amal baik, menjadi lebih luas areanya. Begitu pula dengan jalan-jalan yang kita lalui saat pergi ke majlis ilmu atau ke masjid, semua akan menjadi saksi. Hatta, saat membuang sampah yang tercecer di jalan, maka jalan tempat bekas sampah tersebut pun menjadi saksi bahwa kita beramal dengan menjaga kebersihan.
Subhanallah, mari bersegera memperbaharui niat. Segala amal yang kita lakukan hanyalah demi ibadah semata, demi meraih ridlo-Nya. Dan di yaumul hisab nanti, biarkan anggota tubuh serta benda-benda mati sekeliling, riuh memberikan kesaksian tentang amal shalih yang kita kerjakan. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar