Pelajaran kali ini aku dapat dari warung Ceu Encum, di dekat rumah. Waktu itu aku belanja biasa. Saat lagi milih-milih, datang seorang anak, "Ada Aibon?" tanyanya. Lalu Ceu Encum bilang, "Ga ada, abis!" Anak itu terdiam sejenak, hingga akhirnya meninggalkan warung.
Ceu Encum pun mulai bercerita (seperti kebiasaannya). "Saya mah suka ragu-ragu, kalau ada anak yang pingin beli aibon. Apalagi anaknya kayak tadi itu. Kuyu, lecek, mencurigakan."
"Emang kenapa, Ceu?" tanyaku.
"Takutnya dipake ngelem. Pan anak-anak yang di daerah atas itu terkenal suka mabok, pokoknya pada ga bener, pada suka ngelem," jawab Ceu Encum dengan nada prihatin.
"Jadi sebenernya, aibon teh ga abis?"
"Iya. Tapi daripada nanti malah dipake ga bener, mending saya bilang ga ada."
"Ga ngerasa rugi, Ceu? barang dagangannya ga jadi ada yang beli..."
"Ga apa-apa, Neng. Daripada anak-anak itu teh malah ngelakuin yang ga bener pake barang dari sini. Nanti saya ikut kebawa dosa."
"Ceu Encum hebat..."
"Saya mah kasian sama anak-anak kayak gitu teh, Neng. Tapi ga bisa ngelakuin apa-apa. Yaah... bisanya saya cuma mencegah mereka ngelakuin yang ga bener."
Pembicaraan berlanjut dengan keprihatinan yang kental dari Ceu Encum, akan kelangsungan masa depan anak-anak yang notabene adalah generasi muda bangsa ini. Akan menjadi seperti apa negeri ini bila generasi muda bukannya semangat berprestasi tapi malah menghancurkan diri sendiri dengan ulah negatif. Bahkan untuk berbuat ga bener itu butuh modal. Dan ketika mereka ga mampu, malah memaksakan diri dengan mencari alternatif lain, seperti ngelem.
Aku tercenung dengan perbincangan sederhana ini. Ceu Encum dengan 'langkah kecil' nya telah berbuat sesuatu untuk menyelamatkan anak bangsa. Ia memiliki kesadaran yang sangat baik sehingga menumbuhkan kepedulian yang tinggi terhadap perilaku buruk anak-anak muda di lingkungannya. Andai semua orang dewasa menyadari hal ini, tentu akan lebih banyak anak muda yang terselamatkan. Untuk sebuah tujuan mulia, dengan kalimat mentereng: menyelamatkan anak bangsa, ternyata bisa dilakukan siapa saja, dengan tindakan sederhana namun nyata, dengan niat yang luhur. Tidak perlu didapat dari ruang seminar yang mewah, atau dari ruang diskusi berkelas. Ceu Encum, tanpa atribut apa pun, tanpa mengusung kepentingan apa pun dan siapa pun, tulus melakukannya.
Kita, sudahkah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar