Aku paling anti nonton acara-acara infoteintment (duh.. nulisnya gmana seh..? :P). Tapi ketika suatu hari ponakanku dateng dan memegang remote, ya sudahlah... ga enak hati mau merebut, lalu membiarkan ia memilih acara yang paling kuhindari itu.
Mau ga mau aku agak-agak nyimak juga. Dan aku terpaku menatap seorang artis yang sedang menjadi topik utama. Dia memproklamirkan diri berubah wujud, berganti kelamin. Parasnya cantik, tubuhnya molek.
Yang mengusik pikiranku adalah, bagaimana perasaan ibunya. Duh, sebagai seorang ibu, rasanya aku merasakan betapa pilu bila anak menempuh jalan salah. Aku ga tau jalan hidup si artis tersebut, bagaimana keluarganya dan latar belakangnya. Aku hanya melihatnya dari sudut pandangku. Tapi kupikir tentu orangtua si artis tersebut telah mendidiknya sedari kecil. Bahkan kulihat, artis itu pernah juga rekaman album religi sewaktu dulu sebagai penyanyi cilik.
Aku jadi teringat anak-anakku. Sedari kecil, aku arahkan mereka untuk melangkah hanya di jalanNya. Sekolah di SDIT, full day. Di rumah aku perdengarkan nasyid dan tilawah. Aku haramkan sinetron dan infotaintment. Aku usahakan terlindungi dari hal-hal buruk.
Kini, anak-anakku beranjak remaja. Mereka mulai memperlihatkan 'perlawanan'. Tidak lagi suka dengan nasyid. Mulai menyukai acara-acara ABG. Duh... sejujurnya aku bingung menghadapi ini.
Kata orang-orang, sekarang ini memang masanya, nanti juga mereka akan berubah pikiran. Tapi aku ga mau gambling. Aku merasa harus melindungi mereka. Hanya caranya kerap membuatku pusing tujuh keliling. Dan ini membuatku nyaris stress.
Melihat mereka abai pada suara azan, asyik baca komik, khusyuk nonton film Naruto, aku was-was. Fokus pada pelajaran sekolah ga terlihat, aku kebat-kebit. Aku bersuara nada tinggi, mereka malah seperti ga peduli. Aku melembut, khawatirnya dianggap lembek.
Tapi melihat artis yang menempuh jalan salah itu, sepertinya aku harus bersyukur. Yup! bersyukur seenggaknya anakku masih on the track. Anakku masih sholat. Tilawah, meski kadang-kadang. Yah... walau hafalan sudah menguap, aku berharap di masa depannya mereka akan kembali merawat hafalannya yang dulu pernah mengisi kalbunya.
Aku sama sekali bukan bermaksud ngrasanin artis itu, ya. Duh... sama sekali nggak. Aku hanya berusaha memetik ibroh dari kejadian tersebut. Bahwa anak-anak itu jangan sampai kita 'lepas'. Bila pada saatnya nanti mereka harus jauh terpisah jarak, karena kuliah di lain kota atau di luar negeri (Aamiin...), kita harus tetap 'mengikat'nya dengan doa. Kita ga bisa menutup mata dari lingkungan pergaulan yang semakin ga karuan. Pengaruh buruk bisa berhembus di mana saja. Maka kita, para orang tua, mari lindungi anak-anak dengan doa yang tulus, dan jangan letih untuk terus mengingatkan mereka agar senantiasa menjaga akhlaknya.
Meski mereka tetap terlihat manis, jangan sampai pola pikirnya tercemar. Aku lihat, para sahabat artis itu, menganggap bahwa jalan yang ditempuh sahabatnya adalah haknya. Mereka mendukung sahabatnya, bahkan terkesan mengacungkan jempol karena dianggapnya berani menentukan sikap, tanpa takut dibicarakan orang. Duh... lagi-lagi aku mengurut dada. Jangan sampai pula anakku berpikiran nyeleneh seperti itu. Aku yakin, artis dan para sahabatnya itu tidak merasa salah atas apa yang dilakukan dan diucapkannya.
See, betapa tugas kita sebagai orangtua tidak ringan, meski jangan juga menjadi menyerah karena beratnya itu. Kita bermohon kepada Allah, sang Penggenggam Kehidupan, agar diberiNya kekuatan, kemampuan, dan kesabaran, dalam mendidik dan membesarkan buah hati tercinta. Aamiin.
menjadi orang tua itu susah sekali ya, mba. Anak2ku yg masih balita saja sudah bisa membantah lho. Bingung jadinya...
BalasHapusIya, Mbak.. mungkin karena anak-anak adalah kunci surga.
BalasHapusSemangaaaatt Mbak Ela..
iya, mah. semanga ya, didik teteh!
BalasHapus